CHAPTER 2 : Part 2
Note:
Tolong perhatiin Musim ama Tahun nya ya coz ini ceritanya gw bolak balik waktunya kkkkkk
***
Tokyo, Autumn 2008
Aku, Yamamoto Yukiko.
Ku gerakkan jari-jari kaki ku. Sebelum kubuka mata ini. Ku gerakkan sepuluh jari tanganku juga. Aku masih hidup.
Kubuka kedua mataku. Hanya pandangan putih bersih atap kamarku. Ya, aku harus melakukan ini setiap hari. Memastikan aku masih hidup atau tidurku berlanjut selamanya.
Terdengar suara dari bawah sepertinya ramai sekali. Aku menguap dan meregangkan tubuhku di atas kasur. Ah iya! Hari ini Lee Jonghyun sudah mulai bekerja! Cepat-cepat kupakai mantel pink menutupi sweater putih tebal di tubuhku. Dan keluar kamar dengan sedikit berlari.
Ketika sampai di bawah tangga kulihat pria Korea itu sedang mengangkat kardus-kardus besar yang ia turunkan dari mobil box pengantar barang pagi ini. Itulah kenapa aku memintanya bekerja disini. Tidak mungkin aku biarkan Okaasan (*Ibu) mengangkat kardus-kardus itu setiap hari. Kulirik Okaasan yang ada di meja kasir. Rupanya dia sedang memperhatikan Jonghyun juga.
“Okaasan, ohayou~~ ada yang bisa kubantu?” Sapaku sambil melangkah mendekatinya. Tapi kuhentikan kakiku beberapa meter dari pintu luar. Aku tidak bisa lebih dekat. Aku juga tidak bisa menyapa Jonghyun yang ada di luar. Ini sudah musim gugur. Cuaca diluar pasti sudah dingin.
“Oh Ohayou Yuki-chan” balas Okaasan menoleh menyadari aku sudah ada disini. “Tidak usah, lihat.. Teman Korea mu sangat membantu sekali di toko kita” Okaasan menghardikan kepalanya keluar, ke arah Jonghyun sambil tersenyum puas.
Tadinya kukira Okaasan akan marah saat kupinta Jonghyun akan bekerja disini kemarin. Apalagi dia pria asing. Tapi setelah tahu aku telah melukai Jonghyun sampai pingsan, Okaasan menyetujuinya.
“Yuki-chan ohayou!!” Sapa Jonghyun berseri saat melihatku ketika dia masuk kedalam. “Obasan (*bibi) kutaruh kardus ini dimana?” Tanyanya. Kulihat wajahnya menahan berat kardus yang ada di pundaknya. Kasihan sekali dia.
“Taruh disini saja! Nanti akan kurapikan” Jawabku langsung mendahului Okaasan. Wajah Jonghyun langsung terlihat lega saat menaruh kardus di dekat kakinya.
“Tidak apa?” Tanya Jonghyun sambil mengelap keringat di dahinya.
“Iya, Biar aku saj.. Uhuk uhukk”
“Yuki-chan kau tidak apa-apa??” Jonghyun dengan sigap membuka dan menyodorkan air mineral yang ada di rak dekatnya.
Batuk ini kenapa harus datang sih? Dan aku tidak bisa menghentikan batuk ini.
“Aku tidak apa-apa..” Langsung kuminum air yang dia diberikan. Berharap batuk ini segera berhenti.
“Kenapa kau jadi terbatuk seperti ini? Yuki-chan kau baik-baik saja?kau sudah diberi obat?” Suara Okaasan terdengar cemas sekali.
Oh iya aku lupa. Aku mengusap mataku yang mulai berair. Berdeham sedikit dan menjawab Okaasan. “Belum.. Aku akan ke atas sekarang” kuberikan lagi botol itu kepada Jonghyun yang terlihat cemas juga dan berbalik ke arah tangga lagi. Ke kamarku.
Botol air steril di kotak obatku sudah hampir abis. Kutuangkan ke kapas dan ku usap ke kulit lengan kiriku yang sudah kuikat agar bulatan nadi terlihat oleh mataku. Sensasi dingin terasa di kulit yang ku usap.
Kukatupkan bibirku menahan rasa sakit saat suntikan yang ada ditanganku menembus kulit bulatan nadi tadi. Memasukan beberapa tetes cairan ke dalam tubuhku.
Seharusnya aku melakukan ritual ini ketika bangun tidur tadi. Tapi aku terlalu semangat bangun karena mengingat Lee Jonghyun sudah mulai bekerja di toko ini.
Terdengar ketukan di pintu kamarku. Buru-buru kurapikan kotak obatku dan membuang jarum suntik yang sudah kupakai kedalam tempat sampah.
“Masuk!” Jawabku merapikan gulungan sweater di lenganku.
Kepala Jonghyun menyembul diantara daun pintu dan dinding. “Kau baik-baik saja?” Tanyanya dengan tatapan cemas.
“Aku baik-baik saja.. Tenang saja” jawabku tersenyum. Paksakan lah bibir mu Yuki. Lupakan rasa sakit di tanganmu ini. Kau tidak boleh membiarkan Jonghyun mengetahui keadaan mu.
“Yang benar? Kulihat wajahmu pucat sekali tadi” Jonghyun sudah melangkah masuk kedalam kamarku.
Ah kenapa dia harus masuk?? Gawat, saat kulihat beberapa bungkus suntikan masih ada dilantai bekas kurobek tadi. Buru-buru kusingkirkan bungkusan itu dengan kaki ku ke dalam kolong tempat tidur.
“Kamarmu panas sekali.. Kau tidak kegerahan?”
Mataku terus mengawasi Jonghyun. Semoga dia tidak melihat kaki ku tadi.
“Tidak, diluar sangat dingin sekali jadi pemanasnya kubesarkan.. Tapi mau apa kau kesini???” Tanyaku dengan nada yang sengaja kubuat agar dia merasa kalau aku tidak suka dia ada disini sekarang.
Benarkan, matanya sedikit membesar saat kubentak tadi.
“Mmhh.. Aku hanya ingin bertanya kapan kita mulai belajar gitar nya? Aku kan sudah bekerja disini..” Tanyanya sambil memegang tengkuknya dan tidak menatap ke mataku. Tapi ke kakiku.
“Habis makan malam saja kau bisa kesini. Sebelum makan malam kan pekerjaan mu sudah selesai..” Jawabku memutuskan.
“Baiklah..” Badan Jonghyun kembali ke arah pintu. Dia masih tidak menatap mataku. Maafkan aku Jonghyun.
“Jonghyun!” Panggilku sebelum dia menutup pintu.
“Ya?”
“Jangan lupa kau harus makan siang disini..” Beritahuku sambil tersenyum ke arahnya. Pertanda maafku.
Kulihat tatapan mata Jonghyun ke arahku. Dan aku bisa melihat senyuman lebarnya yang tersembunyi dibalik pintu sebelum ia menutupnya.
***
“Kau terlihat kurus sekali, makanlah yang banyak..Yuki-chan semua loh yang membuat masakan ini!” Okaasan menaruh teriyaki lagi ke dalam mangkuk Jonghyun.
Jonghyun mengunyah sambil tersenyum ke arah Okaasan. Aku senang sekali dia memakan masakanku dengan sangat lahap. Apalagi tadi saat makan siang, sepertinya dia baru menemukan lagi makanan masakan rumah. Sangat lahap. Atau mungkin dia terlalu kelelahan banyak mengangkat barang. Aku jadi ingat sewaktu melihat dia pertama kali, hanya membeli 2 onigiri dan 1 buah pisang.
“Ngomong-ngomong, kau sudah lama tinggal disini? Bahasa Jepang mu fasih sekali kulihat..” Pertanyaan Okaasan mewakili apa yang ingin kutanyakan sejak kemarin. Jonghyun baru memberitahuku dia ada di Jepang untuk mengikuti kontes musik saja.
Jonghyun meneguk minumnya dulu sebelum menjawab. “Sebetulnya aku tinggal di Jepang sudah beberapa tahun. Dulu aku pindah ke Jepang bersama orang tuaku saat aku sekolah dasar sampai SMP. Lalu aku pindah lagi ke Korea sampai sekarang. Jadi itulah mengapa aku fasih bahasa Jepang..” Dia mengakhiri cerita nya sambil tersenyum ke arah Okaasan yang mengangguk-angguk sejak tadi akhirnya dia tahu jawabannya.
Kuhabiskan makan malam ku dalam diam. Mendengarkan semua obrolan Okaasan dengan Jonghyun. Karena sejak tadi pertanyaannya sama apa yang ingin kutanyakan. Sekarang aku tahu Jonghyun mempunyai kakak perempuan, di Korea dia tinggal di daerah Busan, usia ku lebih muda 7 bulan dari usianya, dan sekarang dia tinggal bersama 3 temannya untuk membuat musik.
“Kau bisa langsung ke atas jika makan malammu sudah selesai” perintahku bangkit dari duduk ingin membereskan piring-piring yang sudah kosong. Dan kulihat Jonghyun juga tidak menyentuh mangkoknya lagi sejak Okaasan mengajaknya ngobrol.
“Terima kasih makan malamnya.. Yuki-chan, teriyaki mu sangat enak sekali” puji Jonghyun tersenyum lebar dan membungkuk sedikit mengucapkan terima kasih sebelum dia menghilang ke atas. Ke kamarku.
Ada rasa kepuasan tersendiri dihatiku saat mendengar Jonghyun memuji masakanku. Karena baru pertama kali makananku dipuji oleh orang lain selain Okaasan.
Kulihat Jonghyun duduk dibawah saat kubuka pintu kamarku. Tangannya yang baru saja dari saku celananya langsung mengambil gitar putihku yang ada disampingnya saat melihat ku sudah datang.
“Gitarmu sudah tidak sumbang lagi sekarang, aku sudah menyetemnya ulang” Jonghyun menyerahkan gitarku saat aku sudah duduk dihadapannya. Lalu mengambil gitar miliknya.
“Lalu? Apa yang harus aku lakukan?”
Jonghyun mendenguskan tawanya mendengar aku berkata seperti itu. Kemudian ia mengajarkanku beberapa kunci gitar yang termudah dahulu. Sesekali tangannya membetulkan jari-jariku yang salah posisi. Tangan Jonghyun dingin sekali. Padahal suhu dikamarku masih sama panas nya.
“Bagaimana kalau kau menyanyikan 1 lagu untukku? Aku ingin lihat keahlianmu memainkan gitar” cetusku tiba-tiba. Jari-jariku selalu salah terus dari tadi. Sekarang lebih baik aku melihat Jonghyun memainkan gitarnya daripada jantungku terus berdegup kencang saat aku harus memandang pipi tirusnya dekat dengan wajahku ketika ia membetulkan jari-jariku.
“Lagu apa?” Jonghyun menaikkan sebelah alisnya.
“Apa saja..”
Jonghyun berpikir sejenak. “Ah ini saja..” Dia mulai memetikkan gitarnya mulai memainkan lagunya.
“Lagu apa ini?”
“Starlight Night…”
Alunan petikan gitarnya membuat bulu kudukku merinding. Indah sekali kudengar irama lagu yang ia mainkan. Ternyata Jonghyun memang pintar memainkan gitar. Jantung ku semakin berdebar saat Jonghyun menyanyikan lagunya. Aku tidak mengira suara dia semerdu ini. Tanpa perintah mataku terpejam. Menikmati Jonghyun menyanyi.
Damai rasanya aku mendengarkan dia. Aku menyukai ini. Aku menyukai Jonghyun bemain gitar.
“Bagaimana?” Kepalaku ditepuk setelah ia berhenti bernyanyi. Aku membuka mataku dan merapikan poni ku yang diacak-acak oleh tangannya.
“Aku.. Suka…”
“Apa?”
Menyadari suaraku terbata saat mengatakannya, aku langsung berdiri dan mengambil bungkusan yang sudah kusiapkan diatas meja. Menutup rasa malu ku.
“Ini… Ada berbagai makanan untuk teman-temanmu” aku menyerahkan bungkusan plastik kepada Jonghyun yang sudah berdiri juga.
“Jangan menolak! Ini kuberikan untuk teman-temanmu..” Saat kulihat mulut Jonghyun mencoba mengatakan ‘tidak’ ketika aku memberinya.
“Dan besok, kutunggu kau mengajariku gitar lagi…” Jantungku masih terus berdetak kencang ditatap oleh Jonghyun seperti ini. Dan berharap dia keluar dari kamarku sekarang juga.
***
Tokyo, Winter 2008
Ku kerjapkan berkali-kali mataku. Langit diluar masih gelap dari balik ventilasi ku yang kecil. Berharap aku masih di dalam mimpi. Karena kulihat butiran-butiran putih berjatuhan dan berterbangan di langit gelap itu. Salju sudah mulai turun. Waktu musim dingin sudah tiba.
Tidak. Aku belum mau salju turun sekarang. Tolakku pada langit. Hari ini Jonghyun berjanji akan mengajariku membuat lagu. Dan bahan teriyaki yang sudah kusiapkan tadi malam harus kumasak juga hari ini. Aku tidak mau Jonghyun kelaparan.
Ya Tuhan aku mohon, bisakah kau menarik kembali salju-salju itu?? Aku tidak ingin musim dingin sudah datang.
Kubuka selimutku. Ada yang tidak beres rasanya di kakiku. Kuinjakkan kaki kanan ku dilantai. Tapi kakiku tidak ada tenaga saat menopang tubuhku berdiri. Tubuhku ambruk kebawah disamping tempat tidur. Kucoba sekali lagi, dan lagi-lagi aku terjatuh.
Apa yang terjadi dengan tubuhku?? Kenapa aku tidak bisa berdiri dengan satu kakiku????
Air mataku mulai berjatuhan bersamaan tubuhku yang terus jatuh kebawah setelah kucoba berulang kali. Tidak… Aku tidak mau ini terjadi. Aku harus terus berusaha. Tapi kenapa usahaku tetap saja sia-sia.
Susah payah aku meraih telepon yang langsung terhubung dengan ibuku dikamarnya. Menyeret tubuhku yang masih terduduk dilantai. Aku takut sekali.
“Okaasan… Okaasan… Tolong aku..” Aku terisak menangis sejadi-jadinya pada gagang telepon yang masih belum diangkat oleh ibuku.
“Okaasaaaann.. Okasaaannnn…aku mohoonn..”
****
Tokyo, Winter 2013
Jungshin menyikut lengan Yonghwa yang ada disampingnya saat mereka turun dari mobil menuju ke hotel. Dagunya menyuruh hyung nya itu melihat hyung nya yang satu lagi. Lee Jonghyun hyung.
“Kenapa dia? Sejak di Narita tadi kelakuannya aneh..” Bisik Jungshin. “Maksutmu?” Yonghwa balas berbisik juga.
“Kau lihat tangan nya… Dia masih menggenggam salju yang diambilnya dari airport tadi!” Muka Jungshin mengernyit ketakutkan melihat tingkah aneh Jonghyun. “Dan lagi matanya terus terpejam di mobil, tapi aku yakin dia tidak tertidur…”
Yonghwa menoleh ke arah Jonghyun. Benar saja yang dikatakan Jungshin. Sekarang tangannya sedang menampung mengumpulkan salju-salju yang berjatuhan dari langit.
“Tanggal berapa sekarang?” Tanya Yonghwa kepada Jungshin tatapannya masih memperhatikan Jonghyun.
“Tanggal 21 Desember…” Jawab Jungshin setelah melihat calender di ponselnya.
“Dan konser kita diadakan besok? Tanggal 22 Desember?” Yonghwa tidak menanyakan pertanyaan itu ke Jungshin. Tapi kepada dirinya.
“Jonghyun! Dikamarmu sudah disiapkan teriyaki yang kau pesan tadi, kau lapar lagi?”
Mereka berdua mendengar Manager hyung berteriak ke arah Jonghyun.
“Tidak…” Jawab Jonghyun datar.
Yonghwa memperhatikan Jonghyun yang lewat di depannya. Tidak menoleh pun sedikit kearahnya. Tapi yonghwa melihat sekilas ada air disudut mata Jonghyun saat lewat di dekatnya tadi. Benar-benar dia kembali seperti itu lagi, batin Yonghwa.
“Sepertinya kita harus latihan part Jonghyun juga untuk besok..” Yonghwa menepuk pundak Jungshin dan Minhyuk yang sudah bergabung dengannya.
Ia menghirup dan menghembuskan nafasnya mengikuti Jonghyun masuk ke dalam hotel. Meninggalkan kedua dongsaengnya yang sedang kebingungan dengan perintahnya tadi.
Sepertinya malam ini Yonghwa harus begadang lagi menemani room matenya yang tidak akan tertidur sampai pagi nanti.
Ternyata anak itu masih belum bisa melupakannya….
Bersambung…
Tolong Komen ya ^^