CHAPTER 1 : First Love
Di kereta ini aku bisa melihat laut..
Dan di sinilah untuk pertama kalinya aku mengenal cinta..
Aku rasa aku menyukaimu, kamu namja bermata indah dan beraroma kopi..
Sekarang ini hanya dengan melihatmu saja, aku bisa terhanyut dalam cinta yang manis..
“Hyunnie~ SeoHyun-ah... sedang melihat apa sih, sampai melamun begitu?” suara Nicole tiba-tiba mengalihkan perhatianku.
“eehh?! a-akuu sedang melihat laut! Lihat lautnya indah sekali yaa..” karena kaget, aku refleks menunjuk laut yang terhampar luas didepan mataku.
“masa? Hari inipun dia keren yaa.. hihihi” sambil tersenyum geli Nicole menyikut lenganku dan melirik namja itu.
“Nicole.. kamu iseng ahh!” aku tersipu malu karena merasa ketahuan bahwa aku sedang memandangi namja itu secara diam-diam.
Duuhh, padahal niatku memandanginya secara diam-diam. Namja yang hanya bisa ku lihat di pagi hari, saat aku dan Nicole berangkat kuliah dengan kereta. Makin lama aku makin suka padanya. Kalau tersenyum, matanya menyipit dan tulang pipinya menonjol. Aku suka melihat matanya yang jernih dan indah, seperti bisa menghipnotisku jika aku memandang langsung matanya.
Dia namja banget. tubuhnya yang tinggi, lengannya yang berotot, bahkan suaranya terdengar indah di telingaku. Aahh, sebentar lagi dia akan turun dari kereta ini. Omo, dan sekarang dia tepat berdiri dihadapanku.
Tiba-tiba kereta begoyang pelan hingga beberapa orang kehilangan keseimbangan, dan tiba-tiba saja sesuatu menindih badanku. Karena kaget, refleks akupun menutup mata dan menjerit pelan. Saat aku membuka mata, aku melihat mata coklat yang indah yang mampu menghipnotisku itu tepat didepan mataku. seketika aku menahan nafas karena terkejut dan wajahkupun berubah memerah. Di-dia.. dia. namja itu tepat didepan mataku! Omoo, ottokae?! Wajahnya begitu dekat dengan wajahku, aku sampai bisa mencium aroma kopi dari bibirnya. belum sempat aku mengeluarkan suara, tiba-tiba dia ditarik mundur oleh beberapa temannya.
“heey!! Pagi-pagi sudah mau mencium yeoja! ayoo cepat kita harus segera turun dari kereta ini!” sahut beberapa temannya.
“ahh.. maaf yaa. Apa ada yang sakit?”
“a-aniyo. a-aku tidak apa-apa kok..” saking gugupnya aku tidak berani memandang wajahnya. ottokae, aku harus berbicara sesuatu karena ini kesempatanku mumpung dia berada didekatku. Tiba-tiba saja rambutku serasa di tarik dan aku menjerit pelan “aaww..” ternyata beberapa helai rambutku tersangkut di kancing bajunya. entah apa yang harus aku lakukan sekarang, karena teman-temannya sudah memaksanya turun dari kereta.
“sudah kalian turun duluan saja, nanti aku menyusul..” dia berbicara kepada teman-temannya, kemudian dia kembali menatapku.
“kalian berhenti di stasiun mana? Kalian sedang menuju ke kampus kan?” karena dia heran tidak mendapatkan respon dariku, kemudian dia menoleh kearah Nicole yang saat itu juga sedang memperhatikan aku yang hanya bisa terdiam.
“ooh i-itu kami turun di stasiun selanjutnya..” jawab Nicole gugup.
“ahh, kalian mahasiswi Dongguk University ternyata.” kemudian dia kembali menatapku sambil berbicara “tahan sebentar yaa..” ditelingaku. Aku yang merasakan hembusan nafasnya yang seakan menggelitik telingaku. aku yakin sekarang pipiku sudah semerah buah apel, saking malunya aku tidak berani menatapnya hanya menunduk sampai kereta kembali berhenti.
“hei.. hei agassi. kita harus segera turun sebelum pintu kereta tertutup.” Kemudian tanpa berkata apa-apa lagi dia langsung meraih tanganku dan menariku keluar kereta. Setelah turun dari kereta kami berhenti di tepi stasiun, kemudian aku tersadar bahwa namja itu masih mengenggam tanganku dan wajahku langsung kembali tersipu malu karena merasakan tangan hangat itu mengenggam tanganku. Kemudian aku kembali mendengar suaranya.
“hei agassi, apa tidak apa-apa ...” dia menatapku dengan cemas, karena tidak terlalu mendengar apa yang dia bicarakan aku hanya bisa menatapnya bingung.
“itu.. apa tidak apa-apa, temanmu sudah meninggalkanmu dari tadi lho.” namja itu kembali mengulang kata-katanya barusan.
Karena bingung, aku baru menyadari ternyata Nicole sudah tidak ada di sekitarku. Ugh. awas saja kau Nicole berani meninggalkanku sendirian dalam situasi seperti ini, umpatku dalam hati.
“ani gwenchanayo, nanti aku bisa menyusulnya..”
“u-umm.. itu mianhaeyo, karena aku kau jadi turun di stasiun ini dan ditinggalkan teman-temanmu..” aku merasa tidak enak terhadapnya karena rambutku yang tersangkut di kancing bajunya dia jadi harus turun di stasiun berikutnya. Aduuh, bagaimana ini kesan pertama terhadapku saja sudah merepotkan seperti ini. Aku kembali menunduk karena takut untuk menatap wajahnya.
“hei-hei agassi coba kau liat itu disana..” aku melihat tangannya menunjuk kearah luar stasiun.
Tangannya yang tadinya mengenggam tanganku ternyata sudah dia lepaskan dari tadi. Begitu aku menoleh kearah yang dia tunjukkan, seketika aku langsung takjub akan pemandangan laut yang ada di depan mataku. sinar matahari yang seakan terlihat sebagai serpihan kristal diatas permukaan laut itu sangat.. sangat indah.
“waahh.. sinar mataharinya bertebaraan!!” kataku takjub.
“yap, mumpung lengah..” kemudian dia langsung mencopot kancing bajunya, yang terlilit rambutku.
“jarang-jarang, pagi-pagi bisa melihat matahari begini. Aku sangat beruntung bisa melihat pemandangan seindah ini..” dia mengatakannya sambil tersenyum lebar, yang seketika membuatku terhanyut akan senyuman itu.
Bagiku ini lebih dari ‘beruntung’. Senyumnya yang tadinya hanya bisa aku pandangi dari kejauhan. aroma kopi yang manis dihembus semilir angin laut. membuatku jadi ingin memiliki cinta ini lebih banyak lagi.
Aku jadi ingin lebih mengenalmu...
# # #
Sore ini aku memilih untuk pulang dengan menyusuri laut sampai stasiun berikutnya. Angin laut yang berhembus pelan dan suara deburan ombak yang terdengar merdu itu membuatku terhanyut akan keindahan laut yang terpampang luas didepan mataku.
“haah~” aku menghela nafas panjang begitu teringat kejadian tadi pagi, dan bodohnya kenapa tadi aku tidak menanyakan namanya. Apa dia sadar kalau selama ini aku terus memperhatikannya setiap kami satu kereta? Kalau dia sadar, pasti dia menganggap aku aneh atau jangan-jangan dia menganggapku seperti penguntit?! Oohh ottokhae.
“hey YongHwa-ya, bagaimana tadi pagi dengan yeoja itu? Hahaha. bukankah mereka mahasiswi Dongguk University. bisa saja kau pagi-pagi sudah menggoda yeoja polos itu..”
“hah? apa maksudmu Joon-ah, tadi pagi itu kecelakaan. rambutnya tersangkut di kancing bajuku kau tahu. lagi pula tahu dari mana kalau mereka mahasiswi Dongguk University??”
“hei bodoh! Apa kau tidak tahu kalau setiap pagi mereka memperhatikanmu.. ck, dasar namja populer. Lagi pula kalau soal wanita aku selalu tahu hahahaha.”
“ckck dasar kau playboy hahaha.”
Rasanya aku pernah mendengar suara itu, sepertinya suaranya tidak asing. Bukankah itu suara namja itu? Jadi nama namja itu YongHwa.. hihihi akhirnya aku mengetahui namanya. Aah tapi tunggu sebentar. apa tadi orang yang sedang mereka bicarakan itu “aku”?? jadi teman-temannya tahu kalau aku selalu memperhatikan mereka setiap di kereta? Bagaimana ini?, pasti mereka menganggapku aneh. Aku harus bersembunyi, jangan sampai mereka melihatku saat ini.
“YongHwa.. Joon-ie. sedang apa kalian disini? Loh, dimana HongKi? Biasanya kalian selalu bertiga..” 2 orang yeoja keluar dari dalam sebuah mini market dan menghampiri YongHwa dan temannya yang sedang duduk di taman.
“osh.. ShinHye-ya, Fanny. kalian juga mau pulang? HongKi sedang mendaftar untuk ikut pementasan di festival kampus bulan depan.”
“ooh.. kalian tidak mendaftar juga? Kami mau makan di Cafe biasa, kalian mau ikut? YongHwa-ya, jangan lupa besok bawakan aku cd lagu yang aku minta kemarin yaa..”
“tentu kami sudah mendaftar duluan. aahh, maaf ShinHye aku lupa membawanya tadi. Besok aku pasti akan membawanya hehe kalau tidak lupa yaa..” YongHwa tampak mengedipkan sebelah matanya dan tertawa jahil.
“huh dasar. baiklah nanti malam aku akan menghubungimu agar kau tidak lupa untuk membawanya besok! Ayo Fanny, kita tinggalkan duo bodoh ini hahaha..”
Siapa yeoja itu? Apa dia yeojachingu-nya? Mereka tampak terlihat begitu akrab.. sepertinya tidak ada harapan lagi untukku. Kenapa tadi aku menguping pembicaraan mereka. apa aku sudah harus menyerah sebelum aku memulai?.
Aku meneruskan perjalanan pulang dengan meyusuri laut. aahh sebentar lagi matahari akan terbenam aku harus cepat-cepat sampai stasiun berikutnya sebelum langit menjadi gelap. aku mempercepat langkahku dan tiba-tiba dari arah belakang terdengar langkah kaki seseorang. Aku kembali mempercepat langkah kakiku, begitu aku mendengar langkah kaki dibelakangku yang juga terlihat terburu-buru. Oh, apakah ada yang sedang mengikutiku? Langit sudah tampak gelap, jelas aku takut dan mengira orang itu adalah seorang penguntit.
Akhirnya aku sampai di stasiun kereta tempat biasanya namja itu turun. Aku melirik kearah belakang untuk melihat apa orang yang tadi mengikutiku masih ada? Sepertinya aku lari cukup cepat sehingga orang itu tidak berhasil mengejarku. aku mengatur nafasku yang masih tidak beraturan sambil duduk disebuah kursi di stasiun itu. Aku melirik jam yang menempel manis di tangan kiriku. sepertinya kereta berikutnya masih lumayan lama jadi sebaiknya aku membeli minuman di mesin otomatis itu.
“aahh, ini kan kopi yang biasa namja itu minum di kereta. Seperti apa yaa rasanya?” karena penasaran akupun membeli kopi itu dan menuju tempat duduk sambil menunggu kereta tiba.
“hmm, jadi seperti ini rasanya minuman yang setiap hari dia minum.. YongHwa~ nama yang bagus. sepertinya nama itu cocok sekali dengannya..” rasa manis dan pahit kopi itu mengingatkanku akan sosok namja itu, mengingat kembali senyumannya yang seperti matahari itu membuatku tidak bisa berhenti tersenyum.
“YongHwa~ YongHwa.. kira-kira apa nama keluarganya yaa?”
“maaf, apa tadi kau memanggilku?” dari arah belakang aku mendengar suara orang berbicara. refleks aku langsung menoleh kebelakang dan ternyata ‘dia’ namja itu yang bernama YongHwa sedang berdiri dibelakangku sambil memegang kopi yang biasanya dia minum.
Apa tadi dia mendengarku membicarakannya?
“sepertinya aku pernah melihatmu..” dia tampak berpikir sambil memperhatikanku dari atas sampai bawah “aahh, kau gadis yang dikereta tadi pagi yaa?” kemudian dia tersenyum.
Aku masih menatapnya dengan pandangan terkejut. sedangkan dia masih mengamati ekspresi wajahku yang aku tahu saat ini pasti kedua pipiku sudah berubah warna menjadi merah padam. Oohh ottokae!
“kau tahu namaku? Atau apa tadi kau sedang menyebut ‘YongHwa’ yang lain?” dia bertanya sambil memperhatikan ekspresiku.
Aigoo! apa yang harus aku katakan?? Kalau aku berkata jujur apa nanti dia akan berfikir aku seperti penguntit? Tapi aku tidak pandai berbohong.
“ah mianhaeyo. maaf aku tadi membicarakan orang lain..” aku tidak berani menatap matanya, karena aku takut kalau dia tahu aku sedang berbohong.
“hmph.. hahahaha” di-dia tertawa? Namja yang bernama YongHwa itu sedang tertawa dihadapanku. aku menatapnya bingung sekaligus takjub karena bisa melihatnya tertawa dari jarak yang sedekat ini.
“ah, mianhaeyo.. karna melihat ekspresimu tanpa sadar aku jadi tertawa. maaf yaa..” dia sempat menyeka keringat yang terdapat di sekitar wajahnya dengan saputangannya.
“kamu mau pulang? Bukankah kamu naik dari stasiun sebelumnya?”
Tuh kaan. dia pasti heran melihatku ada di stasiun ini. Jangan-jangan dia berfikir aku sedang mengguntit dia lagi.
“tadi aku pulang sambil menyusuri pantai. jadi aku baru naik kereta dari stasiun ini.. kamu juga baru pulang kuliah?” ketika itu dia menempatkan dirinya duduk disebelahku dan menatapku intens sekali sampai aku malu dan memalingkan wajah.
“sunset?”
“hah?” aku menoleh kearahnya, dia berguman sesuatu sambil menatap laut yang sekarang sudah terlihat gelap karena matahari sudah terbenam dari tadi.
“kau berjalan menyusuri pantai untuk melihat sunset?” dia kembali menatap kearahku tapi kali ini dia menatapku dengan pandangan yang..yang sulit untukku mengerti. mata coklat itu membuatku terdiam sesaat. dan saat ini entah ingin rasanya aku menghentikan waktu dan berharap dapat memonopoli mata coklat itu.
“hei, kok melamun?” tangannya melambai-lambai didepan wajahku. sehingga aku kembali tersadar dari lamunanku.
“ah maaf...” aku mengalihkan wajahku dan menatap kearah kakiku untuk menyembunyikan muka yang saat ini pasti sudah berubah warna.
“iyaa, aku tadi memang bermaksud melihat sunset.. dan lautnya indah sekali.” Aku menarik napas sejenak, “serpihan kristal yang bertebaran dipermukaan laut, kau tahu.. baru pertama kali aku melihatnya. Ah tunggu, ini yang kedua kalinya. yang pertama kali aku melihatnya bersamamu tadi pagi yaa kan..”
Tanpa sadar aku berbicara panjang lebar. Dan aku tidak berani menoleh kearahnya, pasti dia berpikir aku orang yang menyebalkan karna banyak bicara. Aduh kenapa sih saat bersamanya tingkahku menjadi seperti ini.
“ahahaha~” dia membekap mulutnya sambil menahan tawa.
Tuh kaan, lagi-lagi dia mentertawakanku. Ugh. kapan sih keretanya tiba? Berada didekatnya seperti ini aku jadi mati gaya kaan. “ke-kenapa tertawa? Memangnya ada yang lucu?” aku memanyunkan bibirku sedikit karena kesal.
“ekspresimu menarik. kau unik dan lucu juga ternyata hehe..” dia tersenyum. tulang pipinya menonjol dan gigi ginsulnya terlihat, membuatnya semakin tampan.
Aah aku menyukainya.. walau aku tidak terlalu mengenalnya. aku yakin aku mencintainya. Ini satu-satunya kesempatanku untuk mengutarakan perasaanku kepadanya, aku tidak yakin lain waktu aku bisa berduaan bersamanya seperti ini.
Sekarang, atau tidak sama sekali.
“umm.. a-aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” Kali ini aku berani menatap langsung matanya, dan mengamati ekspresi wajahnya.
“ah, iya ada apa?” wajahnya masih menyungingkan senyum.
“a-aku.. i-itu ka-kamu..” ugh, SeoHyun babo! Apa sih yang sedang kau bicarakan, nanti dia mengira kalau kau gagu lagi. Fighting! SeoHyun fighting!!
“aku menyukaimu...” belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, kereta memasuki stasiun sehingga bunyinya menenggelamkan suaraku.
“apa? Kau tadi bicara apa? Maaf tadi aku tidak mendengarnya karena suara kereta..” dia menatapku. lagi-lagi dengan tatapan mematikannya itu.
Sekali lagi SeoHyun! Sekarang, atau tidak sama sekali.
“aku menyukaimu.. sejak pertama aku melihatmu dikereta. aku terpesona padamu.” Aku tidak berani menatapnya. saat ini aku hanya bisa menunduk dan memegang erat kaleng kopi yang tadi kuminum.
Cinta pertamaku yang hanya sekali seumur hidupku ini. akan aku persembahkan pada namja yang bernama YongHwa sekarang.
Sesaat suasana terasa hening dan sunyi. padahal beberapa kereta sedang mondar-mandir masuk dan keluar dari stasiun. Sampai pada akhirnya suaranya memecah keheningan diantara kami berdua.
“... maaf.” sontak aku langsung memandang wajahnya dan memperhatikan raut wajahnya. “maaf. aku belum bisa membalas perasaanmu.. aku belum begitu mengenalmu..”
Only me, only I am
hurting and hurting
Only me, only I am
comforting my aching heart
You don’t know my heart
or my loving confession
Diam. Hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini. atau lebih tepatnya aku berusaha untuk menahan air mata yang kapanpun dapat mengalir bebas dari kedua mataku. Aku memberanikan diri menatap wajahnya lagi, dan kali ini ekspresi wajahnya membuatku ingin sekali menarik kembali pernyataan cintaku tadi.
Tolong.. tolong jangan memasang ekspresi seperti itu.
Is the love – what to do?
When I see you, tears keep falling
Love – what to do?
I try to hold it in
but my love seeps out
“ti-tidak apa-apa. Maaf aku bilang tiba-tiba..” aku menggigit bibir bawahku untuk menahan tangis, “ah, keretanya sudah datang. Kau juga naik kereta ini kan? Aku naik duluan yaa.. terima kasih untuk waktunya.” Dia menatapku. mengamati ekspresi wajahku saat ini dan aku berusaha untuk tersenyum didepannya.
Musim panas. saat aku memulai tahun keduaku di universitas. Didalam kereta dimana aku bisa melihat laut. disinilah untuk pertama kalianya aku mengenal cinta. Dan juga untuk pertama kalinya aku tahu alasan mengapa cinta pertama bukan hanya berasa manis saja. Seperti kopi yang setiap hari dia minum, cinta juga terasa pahit. dan selama perjalannan pulang aku menangis dikereta.
Is the love – I love you,
when I see you, my heart tells me
Love – I love you,
even if it hurts,
it tells me that it’s okay
Pagi yang dingin menyadarkanku. Tak ada kamu yang menjadi matahari terbit bagiku.
# # #