CHAPTER 1 : 1998; First Love Story Just Begin
Park Sandara adalah murid kelas tiga di sekolah menengah pertama di Seoul. Dia tak begitu populer, tapi kecantikan alaminya membuatnya cukup di kenal dan di kagumi oleh banyak namja di sekolahnya, termasuk Lee Donghae.
Lee Donghae sendiri adalah seorang murid kelas satu di sekolah yang sama dengan Sandara. Ini adalah tahun pertamanya di sekolah menengah. Ini juga pertama kalinya Donghae untuk meninggalkan kampung halamannya, Mokpo, untuk mengejar mimpinya untuk menjadi seorang penyanyi.
Donghae barusaja di terima audisi di SM entertaiment. Ia tengah menjalani masa trainee di tahun ini. Donghae adalah anak yang polos dan juga pantang menyerah. Meski harus jauh dari keluarga.
***
Ini adalah jam istirahat, Donghae tak pergi ke kantin bersama kawan-kawannya. Ia lebih memilih untuk pergi ke taman sekolah yang berada di dekat perpustakaan. Bukan karena ia tak memiliki uang saku untuk membeli makanan, tapi ia disini untuk menanti seseorang.
Donghae duduk di taman yang ditumbuhi rumput hijau dan bunga-bunga. Ia selalu merasa nyaman disini. Sendirian. Tak berapa lama seseorang yang ditunggunya pun muncul. Park Sandara, kakak kelasnya yang dua tahun lebih tua darinya.
Donghae tak bisa menyembunyikan raut muka bahagianya. Ia tersenyum lebar melihat Sandara berjalan bersama seorang teman gadisnya. Setiap jam istirahat Sandara memang selalu melewati perpustakaan, karena jalan itu adalah jalan tercepat menuju kantin. Donghae tak menghampirinya, yang ia lakukan hanyalah melihat Sandara dari kejauhan. Itulah yang selalu ia lakukan hampir dua bulan ini.
“Dara-ya, bagaimana jika kita mampir ke perpustakaan dulu?” tanya seorang gadis yang selalu bersama Sandara itu.
“nde, untuk apa Byul-ah?” Sanadara balik beratanya kepada gadis yang ia panggil Byul itu.
“ada buku yang harus kita cari untuk mengerjakan tugas dari Ahn seongsaenim, kau lupa, huh?” jawab Byul.
“ah, ne, aku baru ingat sekarang. Untung saja kau mengingatkanku Byul-ah. Kajja kita masuk.” Dara dan Byul masuk ke dalam perpustakaan. Donghae yang sedari tadi memperhatikan Dara dan Byul berpikir sejenak dan akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam perpustakaan juga.
Didalam perpustakaan yang cukup besar itu Donghae mencari sosok dua gadis cantik yang baru saja masuk ke dalam perpustakaan tadi. Ia menengok ke kanan dan ke kiri, namun tak menemukannya.
Seorang penjaga perpustakaan menjadi ikut bingung dengan sikap Donghae yang seperti tengah mencari sesuatu. Penjaga perpustakaan itu kemudian bertanya pada Donghae, “kau murid tahun pertama bukan, apa ada buku yang mau kau cari disini? Sebutkan saja apa nama bukunya, akan ku carikan untukmu.” Ujar wanita berkaca mata itu.
“ah, eum.. aku, aku mencari. Ah, aniyo, aku akan mencarinya sendiri. Jeongseonghamnida.” Donghae sedikit terkejut ketika si penjaga perpustakaan itu bertanya padanya. Ia akhirnya memutuskan untuk keluar dari perpustakaan. Namun belum sempat ia keluar melewati pintu perpustakaan,...
*BRAKK!*
Donghae terjatuh. Ia terlalu gugup hingga tak melihat saat berbalik menuju pintu. Dan Donghae menjadi semakin terkejut ketika mengetahui bahwa yang ia tabrak adalah Byul, sahabat Dara.
“Byul-ah, gwaenchanayo? Apa kau terluka?” tanya Dara yang ikut terkejut melihat sahabatnya terjatuh.
“aku tak apa Dara-ya. Hanya sedikit terjekjut.” Jawab Byul yang langsung bangkit.
Donghae masih terpaku di tempatnya. Ia tak berhenti menatap Dara yang kini tengah berdiri di depannya. Dara yang kemudian menyadari bahwa Byul tak jatuh sendiri langsung menghampiri Donghae yang terus menatapnya.
“Hoobae, kau tak apa?” Dara bertanya pada Donghae. Membuat Donghae semakin gugup. Ia tak menyangka bahwa sunbae yang dikagum sekarang tengah berbicara kepadanya.
“apa kau terluka?” tanya Byul yang berdiri di samping Dara. Donghae hanya menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya dari Dara.
***
Semenjak hari itu Donghae menjadi semakin mengegumi Sandara. Setiap hari ia selalu memperhatikannya di sekolah dan diam-diam mengikuti Sandara hingga ia pulang kerumahnya.
Hari ini seperti biasa sepulang sekolah Donghae harus mengikuti latihan rutinnya di SM building. Hari ini jadwalnya untuk berlatih tari. Donghae tak sendiri, ada banyak anak seumuran Donghae yang juga menjadi trainee disini.
“Hae-ya kenapa akhir-akhir ini aku jarang melihatmu di sekolah? Kau bolos, huh?” tanya seorang namja yang lebih tua darinya.
“aniyo hyung, aku tak pernah bolos sekolah. Aku hanya..” jawab Donghae sedikit gugup.
“hanya apa? Dulu aku masih sering bertemu denganmu di kantin, tapi sudah hampir satu bulan ini aku tak pernah bertemu denganmu. Jujur saja padaku, tak apa, bukankah kau bilang bahwa kau sudah menganggapku seperti hyungmu sendiri.”
“Yunho hyung, bolehkah aku bertanya padamu?” Donghae terlihat ragu. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“bertanya apa?” jawab Yunho yang memulai merenggangkan ototnya sebelum ia mulai berlatih.
“kau mengenal Park Sandara? Dia murid di tingkat yang sama denganmu.”
“oh.. Sandara Park gadis mungil itu? Ne aku mengenalnya dulu kami sekelas saat kelas dua, wae?”
“kau, apakah kau memiliki nomor ponselnya? Bolehkah aku memintanya?”
“kau menyukainya, huh? Atau karena itu aku jarang melihatmu di sekolah? Haha, kau ini lucu sekali Lee Donghae. Baiklah nanti aku akan memberikannya untukmu.”
“Gomawo hyung.” Donghae tersenyum lebar.
***
Setelah mendapatkan nomor ponsel Dara, Donghae mencoba untuk mengirim pesan, tapi lagi-lagi ia mengurungkan niatnya itu karena dia takut. Apa pantas aku menghubunginya? Batin Donghae.
“Hae-ya!” sapa Yunho yang datang entah darimana.
“hyung.” Jawab Donghae yang sekarang tengah duduk di taman seperti biasa.
“kau sudah menghubungi Dara? Bagaimana balasannya?” tanya Yunho yang kemudian duduk disamping Donghae.
“belum hyung. Aku malu.” Donghae tersipu menundukan kepalanya.
“mwo, kau malu? Lalu bagaimana dia tahu kau menyukainya kalau kau tak juga mengatakannya.”
“tapi dia adalah seniorku hyung. Aku merasa takut.”
“aissh.. Siapa peduli? Ku dengar setelah ujian akhir nanti Dara akan pindah ke luar negeri bersama kelarganya.”
“jinjjayo?” Donghae membulatkan matanya mendengar apa yang dikatakan Yunho barusan.
“keluar negeri hyung? Kemana?”
“ne, aku dengar dari Hanbyul, sahabat Dara. Dia bilang orang tuanya akan dipindah tugaskan ke Filipina. Hanya itu yang ku dengar.”
***
Ini adalah hari yang cukup dingin. Musim dingin barusaja tiba. Donghae kecil termenung di tempat latihannya. Ia masih tak tahu apa yang harus ia lakukan. Tak mungkin ia mencegah Dara untuk tidak pergi keluar negeri.
Donghae beberapa kali mengirim pesan kepada Dara, namun tak ada jawaban. Hanya sekali ketika pertama kali ia mengirim pesan, Dara membalas dengan sebuah pertanyaan yang singkat, “Nuguseyo?”setelah Donghae menjawab bahwa ia adalah junior Dara di sekolah, Dara tak lagi membalas pesannya.
Donghae bejalan memecah dinginnya kota Seoul di sore hari. Ia berjalan sendirian, tak tahu kemana tujuannya. Namun ia tiba-tiba saja sampai di depan sebuah rumah. Tak terlalu megah, namun terlihat cukup nyaman. Dengan pagar berwarna coklat tua. Donghae berhenti dan memandang kearah jendela yang berada di lantai dua.
Rumah itu terlihat sepi. Untuk anak sekecil Donghae, cuaca saat ini kurang terlalu baik untuknya. Harusnya ia berada di rumah dengan selimut tebal.
“Dara sunbaenim, aku ada di depan rumahmu sekarang. Apakah kau di dalam?” Donghae mengirim sebuah pesan singkat kepada Dara.
Donghae menanti balasan pesan dari Dara, tapi nihil. Tak ada tanda juga bahwa Dara akan keluar. Donghae tetap menunggu.
Salju yang turun tak membuat Donghae menyerah. Ia membuat sebuah boneka salju di depan rumah Dara. Ia membuat boneka salju yang kecil. Ia kembali merogoh ponselnya dan mengirim pesan kepada Dara, “Noona-ya, aku membuat sebuah boneka salju untukmu. Keluarlah, ayo kita membuat boneka salju bersama.”
Bukan waktu yang singkat, Donghae kecil masih menunggu. Berharap Dara akan keluar menemuinya dan bermain bersamanya. Tapi udara yang semakin dingin mengharuskan Donghae untuk menyerah. Ia harus segera pulang jika tak ingin sakit.
Dengan berat hati Donghae melangkah menjauh dari rumah Dara. Sesekali ia menoleh kebelakang hanya untuk memastikan apakah ketika ia pergi Dara akan keluar. Donghae hanya ingin mengungkapkan perasaannya. Sekedar mengatakan selamat tinggal sebelum Dara pergi ke Filipina. Tapi Dara tak pernah menemuinya. Meski menyesal, Donghae tetap tersenyum dan kembali mengirim pesan kepada Dara ketika ia sampai di halte dekat rumah Dara,
“Noona, aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal sebelum kau pergi ke luar negeri. Tapi kau tidak muncul. Mungkin kau terganggu denganku, mianhae. Aku akan menunggumu kembali Dara noona. Selamat tinggal. Ingatlah aku sebagai hoobae yang selalu menyukaimu. Lee Dong Hae.”
***