CHAPTER 2 : BAB II
“yang mana rumahnya?” Jinki mengedarkan pandangannya ke kiri dan ke kanan masih sambil memegang kemudi.
“sebelah kiri pagar putih” Myun Ji menunjuk rumah yang ia maksud. Jinki memakirkan mobil dengan baik, lebih baik dari orang yang terkena amnesia “cara menyetirmu bagus juga” Myun Ji tersenyum memandang Jinki. Setahunya Jinki mengalami shock dan trauma pasca kecelakaan yang menghilangkan ingatannya, itu juga yang dikatakan dokter, tapi Myun Ji melihat seperti tidak ada masalah.
“sama saja” tukas Jinki sambil melepaskan sabuk pengamannya dan membuka pintu.
“untuk orang yang terkena amnesia?” Mendengar kembali suara Myun Ji, Jinki menghentikan gerakkannya, entah apalagi yang harus dia lakukan untuk meyakinkan gadis di sampingnya.
“aku masih mengingat jelas bagaimana kehidupanku, kehidupan yang tidak ada kau didalamnya” Myun Ji tercekat, tenggorokkannya tiba-tiba seperti mengering. Apa Jinki benar-benar tidak mengenal dirinya? Sifatnya benar-benar dingin. Jinki mengetuk jendela mobil memberi tanda kepada Myun Ji untuk segera turun.
Myun Ji segera turun dan menghampiri Jinki “sepertinya banyak orang yang akan menyambutmu didalam” ucap Myun Ji sambil membantu Jinki menurunkan tas dari bagasi. Wajah Jinki berubah tegang dan kaku, Myun Ji mencoba bersikap ramah “bersikap biasa saja, mereka tidak akan mengigitmu” semoga saja perkataannya tadi masih bisa dibilang ramah.
Myun Ji dan Jinki masuk ke dalam rumah bersamaan, pintunya sudah terbuka lebar jadi mereka hanya perlu masuk, memasang sebuah senyuman dan semua mata tertuju pada mereka, seketika suasana menjadi ramai dan haru.
“anakku Jinki!” pria tua berkepala setengah botak dan berkaca mata menhampiri Jinki dan memeluknya. Itu ayah Myun Ji, sifatnya sama persis dengan orang yang dipeluknya, suka melucu hal yang tidak lucu. “aku tahu pasti kau lupa padaku ya? Aku Ayah dari gadis yang kau cintai” Tuan Kim merangkul anak gadisnya.
“Ayah” Myun Ji merasa tidak nyaman, masalahnya sifat Jinki yang sekarangkan agak bertolak belakang. “oh iya apa kau lapar? Gadis-gadis cantik dirumah ini sudah mempersiapkan makanan untukmu, ayo semua kita berkumpul dimeja makan” Tuan Kim masuk kedalam diikuti beberapa orang yang wajahnya sebersemi-semi, itu sepupu-sepupu Jinki. Myun Ji tersenyum geli melihat Ayahnya yang mulai berjalan menjauhi mereka.
“gadis-gadis cantik?” Myun Ji kembali ke wajah datarnya dan menatap Jinki yang sudah menaikan alisnya.
“maksudnya Ibuku dan kakakmu, ayahku memang suka bercanda” Jinki mengangguk ketika Myun Ji mulai berjalan mendahuluinya “dan..” Myun Ji memutar tumitnya, menghadapkan badanya kearah Jinki “aku suka alismu tadi” kemudian kembali berjalan meninggalkan Jinki diruang tamu. Jinki kembali menaikkan alisnya dan menyentuhnya sejenak.
“oh adikku sudah pulang!” Jinhya memeluk Jinki dengan erat kemudian mengacak rambutnya “semoga kau panjang umur dan segera sembuh” Jinhya mengecup dahi adiknya, sebenarnya dadanya agak sesak melihat Jinki adiknya sendiri mentapnya seperti orang asing.
“sudah bersedihnya, ini waktunya kita makan. Kalian tahu? Kalau Bulgogi ini bisa bicara dia pasti sudah bilang ‘cepat makan aku selagi hangat! cepat makan aku selagi hangat!’” Tuan Kim mengubah suaranya ketika mempraktekan hasil imajinasinya membuat semua yang berada di meja makan tertawa. Kecuali Jinki yang masih canggung dan menutup mulutnya rapat-rapat.
“ayo Jinki dimakan ada soup Kimchi[1] pedas kesukaanmu” tawar Nyonya Kim sambil menyendokkan soup panas itu.
“maaf Ahjumma[2] saya tidak suka pedas, lagi pula saya alergi sayuran fermentasi” perkataan Jinki disambut tatapan mengejutkan, semua orang di meja makan itu tahu betul makanan kesuakaan Jinki, kenapa sampai Jinki bilang bahwa dia alergi?
“yasudah kau makan yang lain saja ya” dengan agak panik Jinhya mengambil beberapa lauk untuk Jinki. Myun Ji hanya terdiam, nafsu makannya berkurang hari ini karena melihat Jinki yang berbeda, Jinki seperti memperlihatkan kepribadian barunya. Jinhya yang melihat Myun Ji terdiam berusaha mengembalikan suasana, Myun Ji kau mau soup? Biar aku ambilkan” sadar namanya dipanggil Myun Ji mengangkat kepalanya dan tersenyum. Ini akan baik-baik sajakan?. Myun Ji membatin.
-
“ini kamarmu, yang disebelah kiri kamar Jinhya Eonnie” Myun Ji membuka pintu kamar dan membawa barang Jinki masuk kedalam. Tidak merasa Jinki mengikutinya Myun Ji membalikkan badan dan melihat Jinki yang masih diambang pintu sambil mengedarkan pandangannya. “selama kau dirumah sakit aku membersihkan semuanya, jadi jangan khawatir kau tidak akan menemukan debu sedikitpun” Myun Ji tersenyum kaku, ia hanya mencoba menebak apa yang Jinki pikirkan. Tapi sungguh, ia seperti berbicara kepada orang asing.
“tidak usah tersenyum kalau tidak mau” Jinki melangkah masuk sambil memandang langit kamar. Ternyata Jinki peka dengan senyum buatan Myun Ji. Gadis itu hanya mengulum bibirnya dan memperhatikan Jinki yang sekarang tengah melihat beberapa foto. Foto itu ternyata menarik perhatian pria berbaut perban di kepalanya itu.
Salah satu foto yang menarik itu adalah foto Jinki bersama seorang pemuda yang tempo hari ia temui dirumah sakit. Siapa namanya? Yong Hwa? ucap Jinki dalam hati. Kemudian beberapa foto yang masih asing bagi Jinki berderet dan di deretan terakhir adalah fotonya bersama seorang gadis, di foto itu keduanya masih menggunakan seragam sekolah. Jinki membalikan badanya dan melihat Myun Ji merapihkan pakaian yang sudah ia keluarkan dari tas. Jinki kembali memandang foto itu, gadis yang tengah memeluk erat Jinki di foto itu adalah Myun Ji. Jinki membawa foto itu dan duduk di tepi ranjang.
“kita berteman sudah berapa lama?”
“satu tahun” Myun Ji menjawab dengan cepat, untuk siapa lagi pertanyaan itu ditunjukkan kalau bukan untuk dirinya.
“hanya satu tahun?”
“ya, kalau berteman hanya satu tahun setelah itu kita memutuskan untuk berpacaran kemudian bertunangan” Jinki lupa dengan yang satu itu, hubungannya dengan gadis itu tidak mungkin hanya sekedar berteman. Myun Ji mentup lemari Jinki dan menyimpan tas yang tadi digunakan, kalau kau perlu apa-apa aku ada dibawah.
“aku..” Jinki bangun dari duduknya. Mendengar suara Jinki, Myun Ji membalikan badan dan melihat Jinki memegang sebuah figura yang didalamnya terdapat foto Jinki dan dirinya ketika acara kelulusan sekolah. “dibawah terlalu banyak orang aku tidak sempat menanyakan nama mereka satu-persatu jadi..” dengan setengah berlari Myun Ji menghampiri Jinki dan menarik tangannya.
“apa dari sini semuanya terlihat?” Myun Ji dan Jinki berada dilantai atas dan semua orang dilantai bawah terlihat dibalik balkon dimana Myun Ji dan Jinki bersender. “yang itu Ibuku, di sampingnya itu sepupumu namanya Minsu dia satu kantor denganmu, lalu anak perempuan yang dipangku Jinhya onnie itu keponakanku namanya Laura umurnya baru lima tahun tapi sangat pintar. Nah yang sedang main catur dengan Ayahku itu kepala pelayan di rumahmu namanya kepala pelayan Jung, masih banyak sih tapi itu yang harus kau ingat dulu, bagaimana?”
“kau bicara cepat sekali, akukan tidak akan kemana-mana” ucap Jinki heran. Myun Ji menggaruk lehernya dan membenarkan ucapan Jinki. Beberapa saat kemudian terlihat Jinki tertawa sejenak. Myun Ji merasa senang, ini pertama kalinya Jinki memberikan ekspresi menyenangkan setelah pulang dari rumah sakit.
“Hya, kau tertawa?”
“memangnya tidak boleh?” lutut Myun Ji terasa lemas ia sepertinya ingin berlutut saja dan bersyukur atas apa yag dilihatnya ini.
-
Jinki kembali mengelilingi kamarnya yang bisa dibilang mewah. Sambil mengeringkan rambutnya, Jinki duduk dan menyenderkan tubuhnya pada ranjang. Beberapa kejadian tadi siang berubah jadi ingatan menarik baginya. Jinki tidak pernah merasakan kehangatan seperti sekarang, banyak yang menyayangi dan mengkhawatirkannya, rasanya sangat bahagia.
Jinki tersenyum dan tertawa kecil mengingat hari pertamanya di rumah ini, tapi itu tidak berlangsung lama, ia menemukan bayangan dirinya pada cermin lemari yang berdiri tegak dihadapannya seolah ingin menyadarkan dirinya tentang apa yang sedang terjadi. Jinki bangkit dan menyentuh wajahnya, matanya sudah mulai berair. Ia kembali pada kenyataan bahwa ia adalah orang yang berbeda, kenyataan itu membuatnya seperti terjatuh dari ketinggian dan membuat kepalanya merasa sangat sakit. Jinki mulai menjambak rambutnya seperti saat dirinya di rumah sakit, tidak menyadari keadaan disekelilingnya tangan Jinki seperti digenggam seseorang.
“Jinki, kau kenapa?” suaranya cukup keras, itu Jinhya.
“kepalaku,”
“akan Noona ambilkan obat” Jinhya mengabil obat di salah satu laci di kamar Jinki dan memberikan padanya. Ini sudah kedua kalinya dan Jinki tidak ingin disiksa seperti ini. Sebenarnya apa salahnya di masa lalu? Ini begitu menyakitkan.
“sudah baikkan?” Jinhya menyentuh kepala Jinki kemudian memijatnya pelan, Jinki mengerjapkan matanya. Sekarang di kamarnya sedikit ramai, ada kepala pelayan Jung dan beberapa pelayan wanita.
“tidak apa-apa” Jinki menurunkan tangan Jinhya. “aku ingin istirahat.. Noona” Jinhya tersenyum, ini pertama kali Jinki menyebutnya Noona setelah adik satu-satunya itu memandangnya seperti orang asing.
“baiklah kalau ada apa-apa cepat panggil aku atau Jung Ahjussi” Jinhya kemudian pergi diikuti pelayan yang ikut menemaninya ke kamar Jinki. Jinhya menutup pintu kamar bernuansa hitam abu-abu itu, kemudian mengambuskan nafas beratnya.
“Nona istirahat saja, saya dan beberapa pelayan akan menjaga Tuan Jinki semalaman” Jinhya masih belum merasa lega, Jinki tidak menujukkan perkebangan yang baik.
“Ahjussi, semenjak Ayah tidak ada hanya Ahjussi yang bisa aku andalkan. Aku mohon jaga Jinki dengan baik, ketika aku sedang tidak bisa menjaganya, dia.. hanya membutuhkan sedikit bantuan kita” kepala pelayan Jung menundukan badanya dalam.
“tentu saja Nona aku akan menjaga Nona dan Tuan muda” Jinhya tersenyum dan menyentuh ujung matanya yang basah. Ini akan segera berakhirkan? Pasti berakhirkan? Jinhya memandang pintu kamar Jinki dengan tatapan pilu.
-
“YoonAhn! Apa-apaan ini?!” Myun Ji memasang wajah khawatir. Kemudian gadis berkuncir kuda datang dengan cemas.
“aku sudah bilang untuk memeberi renda dibagian atas, karena tidak dicantumkan pada design jadi mereka bilang tidak tahu” YoonAhn membetulkan letak kaca matanya.
“baiklah, aku akan turun tangan, akan aku kerjakan sendiri” Myun Ji melipat dengan asal dress –setengah jadi- itu.
“Eonnie mau kemana?”
“aku ingin menjahitnya sendiri!” YoonAhn masih mengikuti Myun Ji kebagian penjahitan.
“memang bisa?” gadis yang dua tahun lebih tua darinya itu selama ini berkutat dengan kertas dan pensil. Masa mau terjun langsung gak pake parasut? ucap YoonAhn dalam hati.
“percuma jadi design terkenal kalau tidak bisa menjahit, kau kira aku designer amatiran?” Myun Ji masih berjalan dan semakin cepat, ini masalah deadline. YoonAhn membulatkan mulutnya. Ah! Ternyata sudah punya parasut? YoonAhn kembali membatin.
Gadis berkuncir kuda itu duduk dihadapan Myun Ji yang dengan telaten menjahit dress yang belum sempurna itu.
“oh iya katanya, Jinki Sunbae[3] sudah pulang dari rumah sakit bagaimana keadaanya?” tangan Myun Ji terhenti sejenak.
“dia hilang ingatan”
“apa?! Amnesia? Dia tidak ingat Myun Ji Eonnie? Mungkin Jinki Sunbaenim hanya bercanda, diakan seperti.. itu” Myun Ji memutar bola matanya, YoonAhn sangat berisik, kalau bukan asisten kesayangannya sudah ia sumpal mulutnya dengan mesin jahit.
“kau itu berisik sekali sih, dia benar-benar amnesia! Dan mungkin sulit untuk sembuh” wajah Myun Ji berubah, rasa sedih yang sudah sedikit ia lupakan kembali terlihat jelas. Sekarang YoonAhn merasa bersalah.
“maaf, aku tidak bermaksud membuat Eonnie sedih” YoonAhn bangkit dan menunduk berulang kali. “aku minta maaf, maaf”
“ck, kau berlebihan sekali duduklah” bunyi mesin jahit kembali terdengar. Myun Ji tersenyum, YoonAhn sedikit menghiburnya hari ini. “tapi dia agak aneh, dia selalu bilang kalau Jinki bukanlah dirinya dia juga memiliki kepribadian berbeda dari sebelumnya, otaknya sudah terbalik mungkin” Myun Ji menyelipkan sedikit humor, tapi YoonAhn tidak tertawa dan malah memasang wajah datar. Myun Ji mengerucutkan bibirnnya “kau tidak seru!” Myun Ji melemparkan kain sisa bahan dress yang ia jahit kearah YoonAhn.
“atau mungkin rohnya tertukar” Myun Ji mengehentikan tangannya di udara.
“apa?”
“kau bercanda?” Myun Ji tertawa geli, melihat itu YoonAhn melemparkan kain yang Myun Ji lempar, kemudia berlari keluar.
“Hya! Kau mau aku pecat yah?” merasa di perhatikan karyawannya Myun Ji kembali duduk dan menjahit. Jantungku seperti ingin melopat saja, keluh Myun Ji.
-
“Tuan muda, ada tamu untuk Anda” ucap Kepala pelayan Jung setelah Jinki membuka pintu kamarnya.
“siapa?” Jinki akan menghindari orang itu jika ia benar-benar tidak kenal, tunggu! Bahkan semua orang di rumah ini tidak ada yang dia kenal.
“Tuan Yong Hwa, sahabat Anda Tuan”
“Hya! Jinki!” entah dari mana suara itu berasal, Jinki memejamkan matanya untuk mengatur detak jantungnya. “what’s up?!” Yong Hwa merangkul Jinki sambil tersenyum lebar. “terima kasih Kepala pelayan Jung, aku akan menemani Jinki” mendengar ucapan Yong Hwa Kepala pelayan Jung membungkuk dan segera pergi. “oke, aku yakin kau pasti punya cerita banyak, Lee Jinki” ucapnya tanpa beban kemudian duduk di meja kerja Jinki. Merasa heran, Jinki menatapnya dengan alis terangkat “Hya, bagaimana kau melakukannya?” Jinki beranjak menutup pintu kamarnya dan berjalan kearah Yong Hwa.
“melakukan apa?” sekarang Jinki duduk di tepi ranjang.
“itu mengangkat alismu” Yong Hwa menarik keatas alisnya dengan telunjuk, wajahnya terlihat aneh. “setahuku kau tidak pernah bisa melakukan itu dari dulu” rasa senang Yong Hwa terlihat aneh bagi Jinki.
“biasa saja” Jinki menghempaskan tubuhnya dan menatap langit kamar.
“aku tahu kau masih tidak nyaman denganku, tapi sungguh aku ingin kau sembuh” kini Yong Hwa ikut berbaring dan menyanggah kepalanya dengan kedua tangan. “kita berteman sejak kecil, dan aku baru kali ini merasakan sedih yang luar biasa terhadapmu” Yong Hwa ikut menatap langit kamar.
“apa aku begitu menyusahkan?”
“sangat” Jinki memandang Yong Hwa, berpikir bahwa kenapa pria ini sangat jujur. “kau sangat menyusahkan, setidaknya bukan padaku tapi pada dua wanita itu” Yong Hwa kembali duduk, mengangkat kaki dan melipatnya keatas tempat tidur. Jinki mengikutinya sedangkan pandangannya tidak lepas menatap Yong Hwa. “kakakmu dan Myun Ji, kau membuat mereka tidak berhenti menangis, Jinki”
“aku bukan Jinki”
“aku tahu”
“kau tahu?”
“tentu saja! Orang amnesiakan seperti itu, ayolah buat dirimu sembuh dan segera lanjutkan pernikahanmu dengan Myun Ji”
“menikah?” Jinki tersenyum hambar dan bangkit. Ia rasa pria di kamarnya itu agak berimajinasi tinggi.
“kenapa kau tersenyum seperti hem..” Yong Hwa mempraktekan cara senyum Jinki yang sinis dan aneh. “asal kau tahu, sebelum kau mengalami kecelakaan kau sedang diperjalanan untuk mengadakan upacara pernikahan” Jinki menghentikan langkahnya, matanya agak membulat karena terkejut “dengan Myun Ji” sekarang Jinki merasa tubuhnya seperti disengat listrik, nada terakhir yang diucapkan Yong Hwa berhasil membuatnya tertegun.
“menikah?” Jinki membalikkan badannya.
“ssh, liatlah dirimu” Yong Hwa menyipitkan matanya dan berdumal geram. “Baiklah akan ku tunjukan sesuatu” Yong Hwa berjalan kearah meja hias disamping pintu kamar Jinki kemudian membuka laci keduanya, sekarang tangannya depenuhi buku bersampul aneh. Bukan, itu bukan buku tapi beberapa album foto. Jinki jadi mepertanyakan sebenarnya siapa pemilik kamar ini, Jinki atau Yong Hwa?
“apa ini?” Jinki duduk di ranjang dimana album foto itu diletakkan.
“album foto”
“aku juga tahu, tapi untuk apa?”
“untuk memperlihatkanmu ini” Yong Hwa membuka salah satu album foto dan menaruhnya dipangkuan Jinki. “itu foto prewedding kalian” Jinki melihat beberapa foto yang berlatar kota paris itu. “..dan yang merancang semua gaun pernikahan itu Myun Ji sendiri” dahi Jinki berkerut. “Myun Ji adalah seorang design yang cukup punya nama dan bekerja di perusahaan kecantikan yang memproduksi baju dan kosmetik, pernah beberapa rancangannya dipakai beberapa model di Paris, itu juga karena bantuan sahabat Myun Ji di Paris yang sama-sama pencinta fashion” Jinki baru mengerti mengapa Paris yang menjadi latar foto yang tengah diamatinya itu. Tapi Jinki masih tidak mengerti, mungkin Yong Hwa ingin memberitahukan kepadanya siapa Jinki dan siapa Myun Ji dan kisah keduanya.
“ini foto-foto kelulusan kita” Jinki mulai memindahkan perhatiannya kedalam album yang Yong Hwa serahkan. “aku, kau, Myun Ji dan Seo Hyun adalah teman baik ketika SMA. Kita satu kelas, tapi semenjak kelas dua kelas kita terpisah kau dan aku, Myun Ji dan Seo Hyun, sejak naik ke kelas dua kau dan Myun Ji berpacaran”
“ceritakan beberapa kejadian sebelum kecelakaan” Yong Hwa mendongak mendengar permintaan Jinki, kemudian duduk menghadap sahabatnya itu sambil tersenyum. Sebenarnya Yong Hwa berharap setelah ia menceriakan semua Jinki yang ia kenal akan kembali.
“kita semua kuliah dalam satu Universitas yang sama hanya berbeda jurusan, kau dan aku Managemen, Seo Hyun Art, dan Myun Ji design. Kau dan aku adalah teman satu kantor, sekarang Myun Ji sudah punya butik yang ia kelola bersama teman-temannya dan sangat terkenal, ketika sedang di puncak-puncaknya entah kenapa kau dan Myun Ji memilih untuk menikah” Jinki menerawang, kehidupan Jinki yang sebenarnya sangat mengasyikkan jauh berbeda dengan kehidupan lamanya.
“Jinki, kau adalah orang yang menyenangkan, usil dan ada saja tingkahmu, kau adalah pria yang periang dan orang yang sangat Myun Ji cintai” pria itu menunduk karena tiba-tiba aurah kesedihan seperti membendungnya. Awalnya Jinki mengira Myun Ji hanya sahabat baik Jinki tapi sekarang Jinki sadar betapa ia sudah membuat Myun Ji kecewa, apalagi sikapanya saat dingin dirumah sakit. Sangat-sangat tidak ramah. “ya, kau telah membuatnya menjadi wanita yang paling menyedihkan mungkin, dia menghabiskan banyak waktu dirumah sakit bahkan dihari pertama kau dirumah sakit, Myun Ji tidak bisa melepaskan gaun pengantinnya” Jinki menghembuskan nafas panjang.
Memang Myun Ji yang terlihat merasa sangat kecewa saat ini, tapi andai mereka semua tahu kalau hatinya juga tidak bisa menerima keanehan ini. Bukan hanya Myun Ji yang menderita, ia juga. Bukannya kalau begitu sudah impas?
“aku minta tolong, berusahala menjadi Jinki yang kami kenal. Buat Myun Ji tertawa sebentar saja, aku sudah kehilangan Jinki yang aku kenal, aku juga tidak ingin Myun Ji menjadi orang lain”
“sebenarnya aku sedang tidak enak badan, dan ingin tidur sebentar” Jinki merapihkan album-album yang berserakan di tempat tidurnya. Yong Hwa menghebuskan nafas berat. Jinki mendengar itu, tapi pura-pura tidak perduli dan mengembalikan album foto itu ketempatnya semula. Jinki membalikkan badan, ia sudah melihat Yong Hwa berdiri dan merapihkan Jas-nya dengan wajah lesu. Matanya menjadi sayu, Yong Hwa berjalan kearah Jinki dan menepuk bahunya kemudian berjalan menuju pintu kamar, Jinki memperhatikan Yong Hwa yang tengah menyeka ujung matanya sambil terus menunduk.
“aku tidak bermaksud mengusirmu” mendengar itu Yong Hwa membalikkan badan dan tersenyum, kemudian hilang dibalik pintu kamar Jinki. Dia? Menangis?, Jinki membatin. Tiba-tiba rasa bersalah menghinggapinya.
Aku tidak tahu ini disebut kehidupan apa, aku hanya tahu cara berdoa meminta kepastian pada Tuhan. Kepastian hidupku dan hidupnya didalam kehidupan yang berbeda.
[1] Kimchi : makanan tradisional Korea, salah satu jenis asinan sayur hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas.
[2] Ahjumma : wanita berusia diatas 30 tahun dan sudah menikah
[3] Subae / sunbaenim : senior
Jangan lupa tinggalkan jejak, like, love, comment or share. Don't be silent readers and be good readers!