CHAPTER 2 : Silent Love
Sehun barusaja membuka matanya dan mendapati Hyebin tengah terlelap disampingnya. Sehun tersenyum sekilas. Menikmati kecantikan paras gadis yang telah menjadi tunangannya itu. Menghirup wangi khas aroma parfum rambutnya. Ini memang bukan pertama kalinya bagi mereka untuk tidur bersama dalam satu ranjang. Walau selalu bersikap dingin tetapi Sehun sebenarnya tak pernah membenci Hyebin. Sehun hanya tak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya.
Hyebin menggeliat dalam pelukan Sehun. Bukannya melepaskan pelukannya, Sehun malah mempererat dekapannya pada Hyebin, membuat gadis berkulit putih pucat itu sulit bernafas.
“Ya! Lepaskan aku Sehunnie... Aku tak bisa bernafas pabo!” Ucap gadis itu dengan suara yang masih serak, membuatnya terdengar lebih seksi.
“Siapa suruh kau menyelinap masuk ke kamarku!” Sehun masih berusaha mendekap Hyebin dalam selimut.
“Aissh.. Itu karena kau pulang larut malam kemarin, aku jadi tak bisa tidur. Maka dari itu aku masuk dan tidur disampingmu.” Terang Hyebin. Sehun hanya terkekeh kecil tak menjawab penjelasan Hyebin.
Pergulatan dua anak muda itu terhenti ketika mendengar suara ponsel Sehun yang berdering. Sehun melepaskan dekapannya pada Hyebin dan langsung meraih ponselnya.
Entah siapa yang menelepon Sehun sepagi ini. Yang pasti telepon itu membuat suasana diantara Sehun dan Hyebin menjadi kembali canggung. Sehun juga tanpa banyak bicara langsung pergi setelah mandi tanpa menghabiskan sarapannya.
“Aku pergi dulu. Pergilah naik taksi ke kampus. Aku ada urusan.” Ucap Sehun sekilas sebelum ia berlalu melewati pintu utama apartement mereka.
“Aissh... Kenapa selalu saja begitu. Tak bisakah ia berkata lebih lembut dan memberiku kecupan di dahi sebelum ia pergi? Seperti yang dilakukan oleh pasangan pada umumnya?” Keluh Hyebin seraya merapikan tempat tidur Sehun.
***
Sehun menarik paksa Hyebin yang tengah asyik berbincang dengan beberapa teman kampusnya. Hyebin hanya bisa terdiam dan meringis kesakitan karena Sehun menarik tangannya kasar.
“Sudah ku katakan aku tak suka melihatmu dekat dengannya!” Bentak Sehun ketika mereka sampai disebuah lorong yang cukup sepi.
“Dia? Dia siapa yang kau maksud?” Tanya Hyebin bingung.
“Lelaki yang tadi berbincang bersamamu. Lelaki yang tak pernah berhenti tertawa itu!” Jawab Sehun sambil terus menatap Hyebin intens.
“Mwoya.. Maksudmu Chanyeol?”
“Kau cemburu aku dekat dengannya?” Lanjut Hyebin
“hahh.. Bagaimana bisa kau cemburu dengan temanku sendiri. Kami satu smp dulu, jadi wajar jika aku terlihat dekat dengannya. Lagi pula sejak kapan kau jadi peduli denganku? Aku bahkan tak pernah protes ketika kau bermesraan dengan gadis-gadis yang selalu membawakanmu makan siang itu. Ak....” belum sempat Hyebin menyelesaikan kalimatnya, Sehun membungkam mulut Hyebin dengan ciumannya.
Chu~~~
“Kau terlalu banyak bicara Hyun Hye Bin!” ujar Sehun. Hyebin masih membulatkan matanya. Tubuhnya terasa kaku namun Sehun langsung pergi begitu saja meninggalkan Hyebin yang masih mematung di tempatnya tanpa merasa berdosa.
***
“Aku pulang.” Ucap Hyebin yang baru saja memasuki apartement dengan lesu.
“Dari mana saja kau?” Tanya Sehun yang tengah asyik bermain game di ruang tengah.
“hhh.....” Hyebin tak menjawab pertanyaan Sehun. Ia hanya melewati Sehun begitu saja tanpa melirik tunangannya itu. Tak biasanya, batin Sehun.
Tak berapa lama setelah Hyebin selesai mandi, ia masuk ke ruang tengah. Mengintip Sehun yang masih anteng ditempat duduknya.
“Sehunnie~” Panggil Hyebin manja.
“Hmmm...” Balas Sehun singkat yang masih asyik dengan gamenya.
“Alat pemanas di kamarku tiba-tiba saja tidak berfungsi, bisakah kau memperbaikinya untukku?”
“Jaebal~” Lanjut Hyebin memohon.
“Apa kau pikir aku ini tukang servis yang bisa memperbaiki alat pemanas yang rusak?” Jawab Sehun ketus yang kemudian melenggang melewati Hyebin dan masuk ke kamarnya.
Hyebin mengekori Sehun hingga di depan pintu kamarnya dan berdiri diujung pintu. Dengan muka yang sedikit memelas, berharap Sehun berbaik hati dengannya malam ini.
“Tidurlah bersamaku, cuacanya sangat dingin, besok saja kita panggil tukang servis untuk memperbaikinya.” Tak butuh waktu lama Hyebin langsung saja masuk ke kamar Sehun dan melompat ke atas tempat tidurnya.
“tak bisakah kau...” Sehun tak melanjutkan kalimatnya. Ia meraih pergelangan tangan Hyebin.
“Tanganmu kenapa?” Tanya Sehun melihat pergelangan tangan Hyebin yang memerah.
“Kau lupa? Ini karena perbuatanmu tadi siang pabo! Kau menarik kasar tanganku hingga aku kesakitan.” Jawab Hyebin sambil melempar bantal ke muka Sehun.
“Benarkah? Ku pikir aku tak sekasar itu tadi. Kulitmu saja yang terlalu sensitif.”
“Mwo.. Kau bahkan tak pernah merasa bersalah dengan apa yang telah kau lakukan padaku. Lelaki macam apa!”
“Hyun Hye Bin diam dan cepatlah tidur sebelum aku berubah pikiran!”
***
Hari ini Sehun dan Hyebin pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli bahan persediaan untuk apartement mereka. Sebenarnya ini adalah hal yang sangat jarang mereka lakukan. Biasanya hanya asisten rumah tangga mereka yang membelinya. Walaupun mereka telah bertunangan hampir dua tahun, tapi bukan berarti mereka telah melewati banyak waktu berdua bersama seperti ini.
Sehun dan Hyebin melewati beberapa outlet. Tak terasa tangan Hyebin melingkar begitu saja ke lengan Sehun. Sehun pun sepertinya tak keberatan dengan itu. Hyebin mengajak Sehun masuk ke sebuah butik terkenal langganan Hyebin. Awalnya tentu saja Sehun menolak tapi apa daya, dia tak mungkin mau mempermalukan diri dengan bertengkar di tempat umum seperti ini.
“Pilihkan aku gaun yang bagus untuk ku gunakan di malam natal.” Ucap Hyebin sambil melihat sekeliling butik.
“Bahkan ini masih awal November dan kau sudah mencari gaun untuk malam natal?” Jawab Sehun kesal.
“Tak masalah kan jika aku membelinya sekarang. Akan lebih baik jika aku membelinya dari sekarang lalu ku simpan, jadi nanti aku tak perlu bingung lagi aku harus memakai apa di malam natal.” Timpal Hyebin lalu melanjutkan melihat-lihat isi butik.
“Terserah kau saja! Dasar yeoja. Lain kali aku tak akan mau lagi menemanimu belanja.” Ujar Sehun lirih dan mengikuti kemana Hyebin melangkah menyusuri butik. Sebagai pria yang normal ia bukanlah tipe yang suka berbelanja ataupun berlama-lama berada di pusat perbelanjaan apalagi butik. Jika ia membutuhkan barang yang akan dibeli maka ia akan pergi ke satu tempat saja untuk membeli barang yang ia butuhkan lalu pergi.
Setelah hampir satu jam berada dalam butik akhirnya Hyebin memilih satu gaun yang terpajang di manikin. Pegawai butik mengambilkannya untuk Hyebin dan berkata bahwa gaun itu adalah gaun edisi special winter yang terbaru, hanya ada tiga di Korea. Hyebin kemudian langsung mencobanya di kamar pas yang tersedia.
“Bagaimana menurutmu Sehun-ah? Apa gaun ini terlihat cocok untukku?”
“Ini adalah warna kesukaanku, merah jambu.” Tanya Hyebin yang baru saja keluar dari kamar pas dengan mengenakan mini dress dengan desain simpel tapi tetap elegan yang ia pilih tadi. Sejenak Sehun terdiam melihat Hyebin. Sehun memang tak pernah memuji Hyebin cantik, tapi tanpa ia katakanpun semua orang juga tak akan pernah bisa mengingkari kecantikan alami Hyebin. Sempurna.
“Bagus.” Jawab Sehun singkat setelah memandang Hyebin cukup lama tadi.
“Hanya itu komentarmu?” Hyebin terbelalak. Tak bisakah Sehun bersikap lebih manis batinnya. Namun Hyebin sudah terbiasa dengan sikap Sehun yang seperti itu. Mengatakan ‘Bagus’ saja masih untung, biasanya jika Sehun tak senang hati ia bahkan akan langsung pergi begitu saja. Tanpa banyak memilih lagi Hyebin langsung saja menyuruh pegawai butik untuk membungkuskan gaun yang barusaja ia coba itu.
“Cobalah gaun ini.” Ujar Sehun yang entah baru kembali dari mana. Ia membawa sebuah gaun berwarna putih lengan panjang di tangannya. Memberikannya kepada Hyebin.
“Apa ini?” Tanya Hyebin yang bingung menerima mini dress itu.
“Suruh pramuniaga itu membungkusnya. Kau akan terlihat lebih cantik mengenakan gaun putih ini.” Jawab Sehun yang kembali mengambil mini dress putih itu dari tangan Hyebin dan langsung menyuruh pegawai butik untuk membungkusnya.
“Tapi aku beum mencobanya.” Hyebin yang masih kebingungan dengan sikap Sehun barusan.
“Tak perlu dicoba.” Jawab Sehun singkat.
Belum selesai Sehun dan Hyebin membeli kebutuhan bulanan mereka. Langkah Sehun tiba-tiba saja terhenti. Hyebin yang berada di samping Sehun ikut berhenti, dan menatap Sehun heran. Perlahan Sehun melepaskan genggaman tangan Hyebin, membuat Hyebin semakin heran.
“Taemi..” Panggil Sehun lirih pada seorang gadis berambut coklat panjang yang berdiri di sebrang Sehun dan Hyebin. Hyebin hanya membeku. Menatap pemandangan yang tak pernah ingin ia lihat.