CHAPTER 1 : Do You Love Me?
Gadis itu berjalan cepat melewati beberapa pejalan kaki lainnya, tangan kanannya menggenggam erat Americano sementara tangan kirinya membawa bouqet mawar berwarna merah. Ia lagi-lagi membiarkan dirinya mengenakan pakaian yang tipis di hari pertama salju turun. Gadis itu menghentikan langkahnya pada perhentian bus, terlihat terengah karena ia berlari sepanjang jalan rumahnya menuju tempat ini. Ia buru-buru menaiki sebuah bus yang menjadi tujuannya. Gadis itu merogoh sakunya, menarik benda putih berwarna putih tipis itu keluar.
Minjung mengetikkan beberapa nomor yang benar-benar dihafalnya dengan baik setahun belakangan ini,wajahnya sekeitika berubah menjadi murung ketika menyadari lelaki itu tidak mengangkat telfonnya lagi .
Kau sedang sibuk? Aku menunggumu di halte biasa, temui aku jika kau sempat.
Gadis itu menutup telfonnya setelah memastikan pesan suaranya tersimpan. Kekasihnya mungkin saat ini sedang sibuk melakukan rekaman untuk penampilannya di Inkigayo. Ia mengangguk, setidaknya berpikiran bahwa lelaki itu tidak mungkin sengaja mengabaikannya.
Minjung turun dari bus ketika akhirnya ia telah sampai pada tempat yang ditujunya, gadis itu duduk pada salah satu kursi di tempat perhentian bus. Satu tahun yang lalu, salju pertama di musim dingin. Lelaki itu seperti ditakdirkan datang kepadanya untuk membantunya tersenyum setelah Cho Kyuhyun –mantan kekasihnya, secara terang-terangan berselingkuh dihadapannya.
Gadis itu melirik jam yang berada pada tangan kanannya, mendengus kesal ketika menyadari ia telah menunggu cukup lama. Minjung mengerutkan alisnya, mengenali sebuah mobil yang baru saja melintasi jalanannya, mobil lelaki itu. Gadis itu bergegas menuju SM Building, tak sabar untuk memberikan pelukan dan ucapan selamat pada kekasihnya karena akhirnya ia debut hari ini. Minjung mengerjapkan matanya ketika ia melihat seorang gadis keluar dari kursi penumpang mobil hitam yang ia kenali. Gadis itu bersembunyi dibalik mobil lain, ia melihat Luhan –kekasihnya, saat ini menarik tangan gadis itu memberinya mantel dan membawa gadis yang tadinya turun bersamanya masuk kedalam SM Building.
Minjung tertegun cukup lama, kenyataannya ia seperti merasakan Deja-Vu. Ah tidak ini bukan Deja-Vu , Kyuhyun pernah melakukan hal itu padanya –satu tahun yang lalu.
Gadis itu menahan tangisnya yang hampir saja pecah, perasaannya saat ini benar-benar tidak sedang baik-baik saja. Ia menunggu begitu lama karena merindukan Luhan dan akhir-akhir ini hubungan mereka memang tak sebaik dulu. Keduanya mulai sibuk, Luhan sibuk dengan debutnya dan gadis itu sibuk mengurus banyak hal untuk perusahaan keluarganya. Minjung bahkan tak dapat lagi keluar bersama lelaki itu karena jelas akan banyak netizen yang mengetahuinya, berita akan tersebar dan dengan sekejap Luhan akan kehilangan sinarnya.
Gadis itu melihat handphonenya yang berdering
xiaulu<3
Ia berpikir panjang sampai akhirnya memutuskan untuk tidak mengangkat telfonnya, gadis itu kembali pada perhentian bus tempatnya menunggu sebelumnya. Ia meletakkan Americano dan bouqet mawar merah yang dibawanya pada salah satu kursi dan berjalan meninggalkan tempat itu, setidaknya ia ingin menjernihkan pikirannnya. Luhan tidak mungkin sejahat itu kan?
***
A years ago, a day when the first snow drop...
Gadis itu berlari, mengenakan sweater kelabunya dan celana jins berwarna marun, menyeringai lebar ketika akhirnya sampai di tempat tujuannya –SM Building. Besok adalah hari jadinya bersama lelaki bernama Cho Kyuhyun, kekasihnya mengajaknya bertemu namun ia merasa tidak bisa lebih lama lagi menunggu dan memutuskan untuk pergi ke tempat ini setelah Kyuhyun memberitahukan dirinya sedang memiliki beberapa pekerjaan di kantor agensinya saat ini. Gadis itu segera menekan tombol pada lift tidak memperdulikan apapun disekitanya, saat ini yang ada di pikirannya hanyalah pergi menemui kekasihnya secepat mungkin.
Minjung mengambur keluar dari lift, langkah gadis itu terhenti ketika melihat Kyuhyun-nya sedang bermesraan dengan Choi Sooyoung. Ini hanya salah paham bukan? Ia berharap saat ini seseorang memberitahunya Kyuhyun tidak memiliki hubungan apapun dengan Choi Sooyoung.
Ia hendak melangkahkan kakinya menanyakan semuanya pada Kyuhyun, namun lagi-lagi langkahnya terhenti ketika lelaki itu tiba-tiba saja mencium pelipis gadis yang memiliki tinggi hampir sama dengannya itu. Choi Sooyoung, ia cantik, memiliki tubuh semampai dan tentu saja Cho Kyuhyun akan dengan mudah melupakan gadis seperti Han Minjung bukan?
Gadis itu berbalik bergegas memasuki lift kembali, ia meletakkan kedua tangannya pada wajahnya berharap orang lain tak menyadari tangisannya. Gadis itu menutup mulutnya, berharap ia bisa menangis dalam diam –tetap saja, ia tidak bisa melakukannya. Pemandangan yang dilihatnya, hanya saja begitu menyakitkan dan gadis itu tidak bisa menahan lebih lama lagi itu menumpahkan kesedihannya. Ia berharap ia tidak terlalu jatuh cinta pada lelaki jahat itu –namun kenyatannya ia sangat mencintai Cho Kyuhyun lebih dari apapun. Gadis itu jatuh terlalu dalam sekarang dan ia tak yakin apa ia dapat berdiri seperti semula.
Ia berlari menuju tempat pemberhentian bus yang berada tak jauh dari SM Building. Gadis itu menangis histeris, mencoba mengabaikan keadaan disekitarnya. Minjung mengeluarkan handphonenya mengetikkan dengan cepat nomor Kyuhyun.
“Kyuhyun-ssi.”
“ Jungie-ya? Aku tidak bisa bertemu denganmu hari ini ma –“
“ Mari kita akhiri saja, hubungan kita. Maafkan aku. Selamat hari jadi Oppa.”
Gadis itu memutuskan sambungan telfonnya, berusaha tak menyesali kalimat bodoh yang langsung saja meluncur pada benaknya. Benar, jika lelaki itu mempunya gadis lain yang dapat membuatnya tersenyum lebih lebar bukankah ia harus merelakannya? Jika Cho Kyuhyun tidak dapat berada lebih lama disisinya maka tidak ada alasan apapun yang dapat membuatnya menahan semua ini.
Jelas sebuah kebohongan jika saja gadis itu mengatakan dirinya saat ini baik-baik saja, ia sedang tidak baik-baik saja –ini semua terlalu cepat, kenyataan pahit itu hanya saja datang sebelum ia sempat mempersiapkan apapun. Sebelum ia belajar untuk melupakan Cho Kyuhyun.
Minjung mengusap air matanya dengan punggung tangannya, mengangkat kepalanya menatap sekeliling dan tertegun selama sesaat menyadari seorang lelaki yang mengenakan topi hitam sedang menatapnya saat ini.
“ Apa kau orang jahat yang mengikutiku?”
Gadis itu akhirnya membuka suara setelah sekian lama tertegun mengamati lelaki dihadapannya.
“ Kau akhirnya menyadarinya.” Lelaki itu terlihat mengangguk, tersenyum tipis menatap wajah lucu Minjung yang terlihat kebingungan.
“ Ahjussi, aku sedang tidak minat bercanda.” Minjung menatap kesal lelaki dihadapannya. Kening lelaki itu terlihat berkerut mendengar Minjung yang menyebutnya dengan sebutan ‘ahjussi’.
“Hei aku bukan Ahjussi. Aku mengikutimu sejak tadi saat kita naik bus hingga masuk kedalam SM Building dan kau sama sekali tidak menyadarinya?”
“ Kau mengikutiku sejak tadi?” Minjung menatap lelaki itu heran, sekaligus merasa was-was karena lelaki itu membeberkan padanya kenyataan bahwa ia telah mengikuti Minjung sejak tadi.
“ Kau berarti melihat semuanya. Tapi kenapa kau mengikutiku?”
“ Mungkin aku tertarik denganmu?”
Lelaki itu mengarahkan tatapannya menatap iris coklat Minjung, kedua mata sembab gadis itu membulat dengan sempurna menatapnya keheranan. Mungkin gadis itu sedang berpikir lelaki yang dihadapannya sedang tidak waras, mana bisa ia mengucapkan kata seperti itu pada gadis yang bahkan belum dikenalnya selama 24 jam. Hei mereka bahkan belum saling mengenal!
“ Apa yang kau inginkan dariku sebenarnya!”
“ Aku benar-benar serius. Kukira aku mulai tertarik dengan gadis aneh ini.”
***
Luhan berlari keluar dari SM Building, langkah kakinya dengan cepat menuntunnya pada sebuah tempat yang benar-benar diingatnya. Lelaki itu menghentikan langkah kakinya bersamaan ketika sepasang matanya menangkap sebuah Americano dan Bouqet mawar merah pada salah satu tempat duduk perhentian bus. Ia berjalan mengambil kedua barang yang sengaja ditinggalkan pemiliknya –Han Minjung. Ia merindukan gadis itu setengah mati, setiap harinya-setiap malamnya ia tak bisa berhenti berpikir apa yang sedang dilakukan gadisnya? apa gadisnya tidak melupakan makannya? atau apa gadisnya saat ini baik-baik saja?
Every day, every night, only you could fill me up
Luhan mengambil posisi duduk pada salah satu bangku, membayangkan bagaimana gadis itu telah menunggunya dalam waktu yang lama. Ia hanya ingin melihat wajah gadisnya dan memastikan gadis itu baik-baik saja karena Jungie-nya tiba-tiba saja tak mengangkat telfon darinya. Lelaki itu kembali menghela nafas kasar, menarik keluar handphonenya. Entah bagaimana untuk mengatakannya namun lelaki itu dapat merasakannya, ada sesuatu yang berubah pada hubungan keduanya akhir-akhir ini. Mereka lebih sering bertengkar daripada saling mengucapkan kata sayang, Gadis itu bertambah sibuk dan begitupula dengannya, Mereka saling merindukan tapi ketika ia melihat gadis itu tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya maupun dari Minjung –hanya sebuah pandangan. Ia tidak ingin mengatakannya namun sepertinya ia mulai lelah dengan hubungan ini ––dengan dirinya sendiri.
I know our hearts are the same but
We always miss each other
Even looking at each other without words
Now I’ve gotten tired
[2PM-GIVE IT TO ME]
Ia tidak menyadari seorang gadis berambut hitam pekat selembut sutera sedang berdiri dihadapannya. Mengenakan sebuah topi untuk mencegah wajahnya dikenali orang lain yang berada disekitar keduanya. Luhan mendongak tersenyum tipis melihat gadis itu menyodorkan mantelnya padanya. Gadis itu –bukan gadisnya yang sedang dirindukannya.
“ Hei ini mantelku. Kau sama saja memberikannya kembali pada pemiliknya.” Lelaki itu tersenyum lebar menatap Sohee yang terlihat berpura-pura sebal.
“ Kenapa kau tidak menghargai sama sekali usaha gadis kecil ini Ahjussi.” Ia menarik pipi gadis yang berada disampingnya tertawa lebar melihat reaksi Sohee yang terlihat sama sekali tidak senang dengannya.
Lelaki itu baru menyadari Sohee memiliki banyak persamaan dengan gadisnya, ia memberi reaksi yang sama saat Luhan mencubit pipinya dan gadis itu bahkan memanggilnya dengan sebutan Ahjussi.
Tidak, ini tidak mungkin terjadi bukan? Ia tidak mungkin tertarik pada Yoon Sohee...
***
Gadis itu menggerutu kesal, merutuki sinar matahari yang menerobos masuk kedalam kamarnya melalui jendela kamarnya. Ia merenggangkan tubuhnya berjalan menuju kamar mandinya, melewati beberapa kekacauan pada apartemennya. Gadis itu menatap pantulan wajahnya dengan tatapan prihatin, rambut coklatnya sekarang telah berubah menjadi acak-acakan, ia bahkan tidak berganti pakaian dan lebih memilih menangis hingga fajar terbit di pagi hari selama beberapa hari terakhir. Semua ini hanya begitu menyakitkan bagi gadis itu, ia kira Luhan setidaknya begitu menyayanginya dan tidak mungkin melakukan hal seperti itu padanya. Kenyataannya tetapi lelaki itu melakukannya –lagi-lagi ia benci karena dilupakan.
Minjung berjalan keluar dari kamar mandi, memutuskan untuk membersihkan seisi apartemennya yang tiba-tiba menjadi berantakan selama beberapa hari terakhir. Sebenarnya sudah berapa lama ia menangis? Gadis itu berjalan menuju salah satu meja yang berada dekat dengan kasurnya, mengerutkan kening ketika menyadari ia mulai melakukan tindakan bodoh ini sejak 2 hari yang lalu. Pundaknya merosot ketika matanya menangkap sebuah fotonya dan Luhan yang terbingkai rapi pada mejanya. Gadis itu kembali memutar ingatannya pada malam itu ketika Luhan berjalan bersama gadis lain dan memberikan mantelnya dengan cara yang biasanya dilakukan lelaki itu padanya. Sekarang dirinya mungkin tidak lebih spesial dibandingkan gadis itu –Luhan-nya menemukan sosok gadis lain yang lebih menarik, Luhan-nya mulai melupakannya.
Lagi-lagi dengan mudahnya gadis itu menangisi Luhan, sepertinya kali ini hanya suara sesenggukan yang dapat terdengar karena air matanya sepertinya telah kering. Gadis itu memejamkan kedua matanya berharap dapat menghilangkan bayangan lelaki itu –Walaupun pada akhirnya Luhan selalu muncul dan itu akan terus terjadi. Bagaimana Luhan menjadi begitu jahat padanya, ia sama sekali tidak memahami semua ini. Gadis itu hanya berharap ia dapat menghentikan rasa sakitnya.
We used to love,
please don’t make me cry
To me, it’s only you
When I close my eyes, I see you –
Ia bahkan tak bisa membiarkan dirinya untuk memutuskan lelaki itu dan mengucapkan kata perpisahan, namun ia tidak bisa membuat dirinya lebih tersakiti lagi.
Sebentar lagi, biarkan aku sedikit egois karena menahan perpisahan kita. Beberapa hari lagi, dan aku akan berusaha menjadi kuat. Meskipun pada akhirnya aku tahu semua pertahananku akan gagal.
A day passes and another passes
and I long for you more
You don’t know, you don’t know
how much I’m hurting
[DAVICHI&T-ARA – WE WERE IN LOVE]
***
“ Apa kau akan memandanginya terus menerus? Kenapa tidak kau temui saja gadismu.” Luhan mendongakkan kepalanya, melihat Kris yang secara tiba-tiba berada didekatnya.
“ Aku tetap saja tidak bisa bertemu dengannya.”
Luhan kembali mengarahkan pandangannya menatap Americano dan Bouqet mawar merah yang mulai melayu. Belakangan ini gadis itu tidak memberi kabar padanya, bahkan ia juga tidak mengangkat telfonnya ataupun membalas pesan singkatnya. Apa yang sebenarnya Han Minjung coba lakukan? Apa gadis itu berusaha menjauhinya?
Mungkinkah gadis itu begitu marah karena Luhan terlambat datang? Belakangan ini ia telah mencoba pergi menuju perhentian bus didekat areal apartemen gadis itu. Ia sama sekali tidak pergi berkerja atau melangkahkan kaki keluar dari apartemen-nya. Entah mungkin Minjung yang berangkat lebih pagi atau dia yang tak menyadari keberadaan Minjung.
“ Ahjussi. Berhentilah mengerutkan keningmu seperti itu, kau terlihat lebih tua.”
Tiba-tiba sebuah suara membuatnya berpaling dari kedua benda yang sedari tadi menjadi fokusnya. Lelaki itu tersenyum tipis melihat Yoon Sohee yang sedang tersenyum jahil kearahnya. Gadis itu akhir-akhir ini sepertinya sedang mencoba menghiburnya dan ia benar-benar berterimakasih karena secara tiba-tiba perasaan sedihnya akan hilang bersamaan dengan munculnya wajah cantiknya.
“ Aku bahkan terlihat lebih muda dari umurku dan kau kenapa sebenarnya kau hobi sekali memanggilku ahjussi !?”
Pertanyaan yang sama, apa jawabannya akan sama?
“ Aku tidak suka dengan wajahmu yang seperti menipu umurmu sendiri, jadi orang lain sebaiknya harus kuberitahu sebelum tertipu dengan wajahmu juga.” Gadis itu tersenyum lebar, menjulurkan lidahnya menatap Luhan yang terlihat tertegun selama beberapa saat.
Jawabannya bahkan juga sama..
Semua hal mengingatkannya pada Han Minjung, Bahkan ia baru menyadarinya –ia sama sekali tak tertarik pada Yoon Sohee. Ia hanya tertarik pada kesamaan gadis itu dengan gadisnya –Han Minjung. Ia melakukan kesalahaan, sekarang sudah waktunya untuk membenahi semuanya. Gadis itu, bagaimanapun caranya Luhan harus bertemu dengannya hari ini.
***
Minjung akhirnya memutuskan untuk mengambil sedikit udara segar, mengecek bagaimana keadaan kantornya selama dua hari terakhir. Setidaknya ia yakin dapat mempercayai Park Hyerim –saudara sepupunya. Gadis itu masuk kedalam mobilnya, melajukannya keluar dari areal apartemennya. Selama sesaat gadis itu sempat mengecek jika saja Luhan menunggunya di tempat pemberhentian bus –seperti dulu yang biasa dilakukannya, tapi lelaki itu tidak melakukannya. Luhan tidak ada disana dan lelaki itu tidak menunggunya.
Gadis itu merutuki dirinya, bagaimana mungkin ia dapat melupakan janjinya untuk berhenti mengingat lelaki itu. Bodohnya lagi gadis itu mengarahkan mobilnya kearah SM Building, bukan menuju arah kantornya. Sebenarnya apa yang salah dengan otaknya !?
Ia tertegun selama sesaat melihat kursi kosong, tempatnya pada hari itu menunggu Luhan yang ternyata sedang bersama gadis lain. Gadis itu melajukan kembali mobilnya, mengarahkannya menuju Coffee Shop yang letaknya tak jauh dari tempat itu. Ia memarkirkan mobilnya dan masuk kedalamnya, berjalan gontai menuju meja pemesanan bahkan tidak menyadari seseorang lelaki masuk kedalam bersamanya.
“ Segelas Americano,hangat.”
“ Segelas Caramel Frappucino, dingin.”
Gadis itu melewati Luhan begitu saja, sama sekali tidak menyadari keberadaan Luhan yang berada tepat didekatnya.
Minjung memilih sebuah kursi yang terletak disamping jendela besar, mengarahkannya pada pemandangan jalanan Seoul di pertengahan hari. Ia kembali menatap Americano yang berada dihadapannya. Semua hal disekitarnya seperti membawanya kembali mengingat Xiu Luhan dan hal itu mulai membuatnya kesal.
Kenyataannya ia memesan minuman itu karena ia begitu merindukan Luhan, mengandai bagaimana rasanya meminum Americano hangat kesukaan lelaki itu. Mencoba merasakan kehadirannya disisinya. Gadis itu tetap terdiam, sama sekali tidak tergerak untuk menyentuh Americano hangat yang mungkin telah berubah menjadi dingin saat ini.
Ia bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan Americano-dinginnya. Luhan berjalan perlahan dibelakangnya, mengamati dari kejauhan gadisnya yang tak terlihat dalam keadaan yang baik.
Rambutnya terlihat tak tertata rapi seperti biasanya, matanya terlihat sembab –jelas gadis itu telah menangis selama beberapa hari terakhir ini, dan mungkin ini semua hanya perasaannya saja tapi gadis itu terlihat semakin kurus. Dalam jarak sejauh ini ia dapat mengawasi gadisnya dengan baik, akhirnya dapat memastikan setidaknya gadisnya masih bisa bernafas dan membuka matanya. Lelaki itu bahkan hampir saja menghambur dan memeluknya.
Minjung terlihat menghentikan langkahnya pada sebuah florist, Luhan dapat dengan yakin saat ini gadis itu tengah melihat mawar merah yang diletakkan berderet bersama dengan bunga lain, gadis itu tersenyum tipis. Sama sekali bukan senyum lebar yang biasanya membuat hari lelaki itu lebih menyenangkan, ia tersenyum getir kearah kumpulan mawar merah itu. Luhan kembali mengikuti Minjung yang sama sekali tidak menyadari keberadaannya.
Gadis itu mulai bergumam.
“ Kenapa rasanya begitu menyakitkan karena mengingatmu? Kenapa susah sekali mengatakan ‘mari kita putus saja’ ? Kenapa semua hal menuntunku padamu? Mungkin aku menjadi seseorang yang menyebalkan dihubungan ini, mengatakan kata putus dengan mudah dan memikirkan diriku sendiri. “
Luhan tertegun selama sesaat, sebenarnya ada apa dengan gadisnya...
“ Lelaki yang baik tidak akan susah untuk mencari gadis yang lebih baik. Seharusnya aku merelakan saja dia bersama dengan gadis lain. Sama seperti Kyuhyun yang telah menemukan Choi Sooyoung, mungkin ini sudah saatnya Luhan bersama dengan gadis itu –Yoon Sohee.”
Lelaki itu menghentikan langkahnya, sebenarnya apa gadis ini sedang mengigau? Merelakannya bersama Yoon Sohee? Saatnya bersama dengan Yoon Sohee? Han Minjung pasti sedang meracau! Demi apapun dia hanya menginginkan gadis itu dan dia berusaha mengejarnya sejauh ini karena ia benar-benar menyukainya lebih dari apapun, bahkan lebih dari kenyataan bahwa akhirnya ia debut setelah sekian lama menjadi Trainee.
Luhan berbalik, berlari menuju ke arah Coffee Shop. Lelaki itu membeli segelas Caramel Frappucino, ia kemudian bergegas menuju florist tempat gadis itu berhenti selama beberapa saat. Ia membeli se-bouqet mawar merah dan segera berlari menuju tempat pemberhentian bus yang tak jauh dari SM Building. Sesuai dugaannya –gadis itu sedang berada disana, duduk pada salah satu kursi memandangi kendaraan lain yang berlalu lalang di jalanan dihadapannya.
Ia berjalan mendekati Minjung, berhenti tepat dihadapan gadis itu.
“ Apa seseorang memesan segelas Caramel Frappucino dingin dan se-bouqet mawar merah?”
Ia melihat gadis itu mendongak menatapnya tak percaya. Lelaki itu mensejajarkan tingginya dengan gadis yang berada tepat dihadapannya, ia dapat melihat sisa-sisa air mata –gadis itu baru saja menangisinya lagi. Selama sesaat ia membiarkan gadis itu terus mengamati wajahnya ia dapat merasakan aroma tubuh vanilla gadis ini dalam posisi yang sangat dekat seperti ini –dan ia selalu menyukai apapun tentang gaidsnya.
I made you cry without even knowing, I know
Ia menjauhkan wajahnya, meletakkan kedua tangannya pada paras lelah gadis cantik dihadapannya.
“ Selamat hari jadi.”
Lelaki itu tersenyum lebar menatap Minjung yang sepertinya keheranan, gadis itu pasti melupakannya. Hari ini tepat satu tahun ketika mereka berpacaran, Luhan jelas sekali membuat gadis itu terkejut.
“Aku hampir mati karena merindukanmu Ahjussi.”
Gadis itu terdengar terisak, menatap Luhan yang tersenyum lebar mendengar panggilan sayang dari gadisnya.
“ Dasar gadis bodoh, kau tidak akan mati. Lagipula kau tidak boleh, Aku terlalu menyukaimu untuk membiarkanmu melakukan hal seperti itu.”
“ Ige mwoya!? Kau mengataiku bodoh setelah membuatku menangisimu berhari-hari. Kau tidak tahu betapa menyebalkannya itu, menangismu setiap harinya. “
“ Apa yang kau tangisi? Bagaimana bisa kau menangis ketika pacarmu ini begitu menyukaimu?”
“ Aku berpikir untuk melepaskanmu.”
“ Jangan melakukannya.” Luhan menghentikan kalimatnya, menarik gadis itu kedalam pelukannya. Memeluknya erat seperti tidak akan membiarkan gadis itu kabur darinya.
“ Mulai saat ini berhenti menangis karenaku dan berhenti bertindak bodoh karenaku. Aku menyukaimu, sangat menyukaimu –Han Minjung.”
What do I do, please let me go this once
I may seem indifferent but in my heart, it’s only you, only you
I’m always here where I can reach you
[K.WILL-YOU DONT KNOW LOVE]
- THE END -