CHAPTER 1 : The Boys
Seoul masih bertaburan salju sejak pagi tadi dan belum ada tanda yang menunjukkan akan berhenti mungkin hingga esok pagi. Disaat seperti ini biasanya orang-orang akan lebih memilih untuk berdiam diri di rumah dengan selimut tebal dan segelas susu hangat, bergelung menghangatkan diri sambil menonton acara tv yang membosankan. Tapi pemuda itu sepertinya tak seperti kebanyakan orang-orang lainnya. Dia... sedikit berbeda, baiklah sangat berbeda.
Bermodalkan sehelai jaket kulit yang menempel di tubuhnya, dia berdiri menantang gravitasi di atap gedung dengan puluhan lantai. Memandang landscape kota Seoul yang bermandikan butiran salju. Jemarinya menggenggam secarik foto yang sudah usang, bibirnya melengkung menampilkan seiris senyum yang sudah terbukti mampu membuat wanita bertekuk lutut.
“Kau tahu, dengan modal senyum seperti itu kau bisa membawa puluhan wanita untuk kau ajak bergumul menghangatkan diri,” tandas seseorang.
Maniknya bergulir kearah temannya itu, kali ini pemuda itu malah menyeringai. “Kau menemukanku lagi, foxy.”
“Kau pikir aku ini siapa, Oh Sehun?”
Pemuda itu hanya memutar bola matanya bosan, tanganya bergerak menuju saku jaketnya untuk menyimpan foto tadi. “Kau itu Suga, rubah dari kelompok Black Dragon,”
‘Lagi’ Suga membatin.
Pergerakan kecil tadi tak luput dari perhatian pemuda itu, seperti dugaannya sahabatnya atau bisa dibilang bosnya sedang menyendiri sambil memandangi foto yang selalu dia simpan. Suga tak pernah tahu siapa yang ada di foto tersebut, yang jelas foto itu sangat berharga untuk Sehun.
“Kau tahu kasus pembunuhan Senator Han sedang menjadi topik yang ramai diperbincangkan, dan semalam beberapa anak buah kita melihat adanya pergerakan yang mencurigakan di Gwangju. Bagaimana menurutmu?” tanya Suga.
Sehun berbalik badan untuk berhadapan langsung dengan Suga, manik hitamnya memandang lurus ke arah kawannya itu. “Apa untungnya untuk kita terlibat kasus pejabat yang tamak seperti Senator Han? Bukankah bagus jika dia mati, itu berarti tikus yang mengambil uang rakyat di negara kita ini berkurang,”
“Sejak kapan bajingan seperti kita perduli dengan urusan para petinggi negara, hyung?” lanjut pemuda bermarga Oh tersebut.
Suga memilih untuk merapatkan mantelnya untuk menghalau udara dingin yang menerpa kulit, dia benar-benar tak habis pikir bagaimana ada orang yang lebih memilih menikmati udara di rooftop sebuah gedung di hari bersalju seperti ini. Mungkin hanya orang tak waras yang akan melakukannya, dan mungkin kawannya itu memang sudah tak waras, pikirnya.
“Aku juga tak peduli dengan pejabat itu maupun pejabat tinggi yang lainnya tapi kupikir kau akan tertarik dengan kasus yang satu ini,” Suga tersenyum miring yang mau tak mau membuat Sehun mengernyitkan dahi tak mengerti.
Paham akan rasa ingin tahu sahabatnya itu Suga kembali melanjutkan, “Menurut informasi yang kuterima, Ghost Tribe terlibat atas kasus ini,”
‘BANG’
Tepat sasaran.
Mereka saling memandang, mengerti akan apa yang dalam dalam pikiran mereka masinh-masing.
“Siapkan orang, kita pergi malam ini,” titah Sehun.
“Kau akan melakukan transaksi malam ini, kau lupa?”
Sehun mendecak kesal, kesempatan seperti sangat jarang terjadi dan ia ingin sekali membalaskan dendam lama pada anggota Ghost Tribe. Sudah lama, tapi hutang tetaplah hutang dan tetap harus dibayar dan dia berjanji akan menagihnya suatu saat nanti, inilah saatnya.
Sungguh waktu yang tidak tepat, transaksi kali ini sangat penting dan bernilai sangat besar. Sudah jelas ia akan mengalami banyak kerugian jika transaksi dengan pihak Rusia yang dijadwalkan malam ini ia batalkan begitu saja.
“Biar aku yang akan pergi, dan aku akan pergi sendiri. Kurasa kali ini kita perlu mengamati situasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan, bergerak berkelompok akan menimbulkan kecurigaan yang tak diperlukan,”
Sehun mengangguk paham dan memilih untuk menyetujui apa yang dikatakan Suga, tak ada yang perlu ia khawatirkan. Suga adalah orangnya yang paling lihai dalam hal mengintai dan menyelinap ditambah lagi dengan kemampuannya memanipulasi keadaan yang sungguh mengerikan, tak heran orang-orang yang berkecimpung dalam ‘dunia’ ini menjulukinya sang Foxy. Itu bukanlah isapan jempol semata.
“Baiklah,” dengan sekali helaan nafas sang ketua menggangguk, membuat beberapa helai rambutnya yang di cat pirang miliknya bergoyang. “Kau pergilah ke Gwangju untuk memantau keadaan.”
“Baiklah, aku akan bergegas sekarang,” jawab Suga.
Suga berbalik badan dan melangkah menuju pintu rooftop dan dilangkah ketiga dia berhenti sejenak. Dia teringat sesuatu, tanpa berniat berbalik Suga menengok kebelakang dan mendapati Sehun yang mengangkat sebelah alisnya. “What?” tanya Sehun.
“Janjikan aku satu hal,” Sehun tertawa kecil, tangannya dia masukkan ke dalam saku celananya.
Sehun tak mengatakan apapun namun Suga tahu ia diminta untuk melanjutkan kalimatnya tadi, “Kalau urusan kita dengan Ghost Tribe kali ini sukses, biarkan aku melihat siapa sosok yang selalu kau pandangi di foto itu,”
“Apa yang membuatmu penasaran?,”
“Nothing. I’m just curious. Lalu apa alasanmu begitu sering memandangi foto itu?” Suga kembali bertanya.
“Ok, let’s make a deal. I’ll tell you when we’re done with Ghost Tribe,”