Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
line official dreamers
facebook dreamers
twitter dreamer
instagram dreamers
youtube dreamers
google plus dreamers
How It Works?
Dreamland
>
Fan Fiction
A Little Things Called Happiness
Posted by KaptenJe | Sabtu,26 Agustus 2017 at 12:52
26
2608
Status
:
Complete
Cast
:
Do Kyungsoo, Jung Yerin, EXO, GFRIEND
A Little Things Called Happiness

CHAPTER 1 : The Final Fight

“Yo, Kamu selingkuh? Jujur sama aku,”

Pacar saya bertanya seperti itu kepada saya, sebulan yang lalu.

Saya ngerti dan saya yakin pacar saya masih merasa perih akan hari-hari dibulan itu, bulan dimana saya bersama dia menjalani hubungan jarak jauh untuk pertama kalinya. Ternyata yang jauh bukan hanya jarak tempuh kita, tapi jarak intensitas komunikasi kamipun semakin jauh, ya?

Saya pikir dengan sudah lamanya saya menjalin hubungan bersama dia ya saya bisa ngerti posisi dia saat itu, saat dimana dia harus menyelesaikan tugas KKN di suatu daerah yang jauh dari tempat tinggal, saat dimana dia harus berjalan dahulu menuju ‘kota’ didaerah tempat melaksanakan KKN untuk mencari signal demi menghubungi saya, dimana dia juga sedang mati-matian menyelesaikan KKN sekaligus membuat laporan sehingga bisa mengambil mata kuliah skripsi lebih cepat, dan ternyata sayalah yang menghancurkan itu semua ya?

Saya tahu kalau sebenarnya pacar saya sadar dia terlalu hectic sampai  jarang memberi kabar kepada saya yang selalu menunggu notiffication darinya dan saya akui juga bahwa pacar saya tidak pernah absen untuk setiap minggunya memberi kabar kepada saya meskipun chat itupun tidak pernah berlangsung lama karena keterbatasan waktu yang pacar saya punya saat itu.

“Tapi kamu jangan marah kalau aku jujur, ya?”

Jawab saya kepada pacar saya yang saat itu sudah hampir menangis didepan saya sembari menatap saya dengan penuh amarah.

“Aku sama dia cuma temen, dia waktu itu curhat tentang masalah dengan pacarnya, dia bener-bener keliatan sedih, Rin. Sampai dimana cerita dia sama seperti yang aku alamin, aku yang jauh dari kamu, kamu yang hanya bisa sekali dalam seminggu untuk kasih kabar ke aku, aku yang lagi butuh seseorang dan orang yang aku butuhin sedang sibuk diluar kota sana, sedangkan saat itu yang ada dihadapan aku ada dia, Rin.

Dia kasih aku support untuk hubungan kita yang semakin hari semakin hambar karena terhambatnya untuk saling berkomunikasi, dia nenangin aku kalau aku lagi kangen kamu, Yerin”

Saya merasa sangat jahat hari itu, tapi saya harus jujur.

“DIA MULAI NYAMAN SAMA KAMU, DIO. DIA SUKA SAMA KAMU!”

Saya kaget dia semarah itu sama saya, begonya saya, saya hanya bisa terus memegang kedua tangannya dengan amat sangat erat diatas pahanya karena saat itu posisi saya hanya bertumpu dengan kedua lutut saya dihadapan pacar saya yang terduduk diatas tempat tidur saya.

“Rin, dia udah punya pacar. Aku juga udah punya kamu.”

Lagi-lagi saya mencoba memberikan penjelasan.

“Gak ada jaminan cewe yang udah punya pacar engga suka sama cowo yang udah punya pacar juga, apalagi cowo itu bikin dia nyaman saat pacarnya jauh disana. Kamu pikir itu, Yo!”

Jujur, saya tidak berani melihat wajah pacar saya saat itu. tetapi saya tahu dia sudah menangis, saya tahu juga dia sakit hati dan itu semua karena saya, iya karena ulah saya sendiri.

“Rin....” ucap saya terpotong oleh kamu

“Sini HP kamu,”

Dia mengambil secara paksa handphone yang saya pegang sedari tadi, dan saya lupa jika hari itu handphone saya menggunakan kata sandil. Saat dia meminta saya untuk menyebutkan apa kata sandinya, seketika wajah saya sepertinya terlihat pucat pasi, dengan tangan gemetar saya membuka kata sandi pada handphone saya dan setelah itu saya tidak tahu aplikasi apa yang sedang dibukanya.

Tidak lama,

“TEMEN TAPI SAYANG-SAYANGAN KAYAK GINI? TEMEN TAPI PAKE EMOTICON LOVE KAYAK GINI? CEWE MANA YANG GAK BAPER DIKAYAK GITUIN SAMA COWO, DIO? BILANG SAMA AKU?!!!”

BRRRRRRRRRK!

Demi Tuhan, untuk pertama kalinya saya melihat pacar saya semarah itu. Handphone saya dibanting hingga semuanya berceceran dilantai, sementara pacar saya terus menangis diatas tempat tidur saya. Saya bingung harus bagaimana, saya hanya bisa diam karena posisi saya memang salah.

Sekitar 15 menit berlalu, pacar saya akhirnya berhenti menangis meskipun sesekali mengalami cegukan. Dia mencoba duduk disebelah saya yang sedang menangkupkan kedua tangan diwajah, lalu mencoba mengusap puncak kepala saya  sampai beberapa kali, hingga saya bisa mendengar suara tangis saya sendiri, iya saya menangis.

“Sayang, aku disana gak main loh, aku KKN, aku juga dikit-dikit nyusun laporan supaya setelah selesainya KKN kita bisa main, supaya aku juga bisa cepet ngambil mata kuliah skripsi, supaya cepet lulus nyusul kamu di wisuda nanti, kamu enak udah kerja. Aku masih menuju kearah situ. Oke mungkin itu udah gak penting, sekarang hubungan kita, kamu maunya gimana?”

Jantung saya seperti akan lepas, saya seperti tertembak. Dan hari itu juga saya merasa egois karena saya tidak mau mengakhiri hubungan saya bersama pacar saya. Hingga pada akhirnya hubungan saya bersama pacar sayapun terus berlanjut hingga detik sekarang ini. Setelah kejadian itupun kamu kembali lagi ke desa tempat dimana pacar saya ditugaskan oleh Universitasnya.

Saya tidak mengerti kenapa saya bisa setega ini kepada pacar saya sendiri, gara-gara saya pacar saya harus izin kembali ke rumah dengan alasan yang belum saya tahu apa alasannya kepada dosen pembimbingnya. Namun sepertinya saya harusmembalas semua perjuangan pacar saya  untuk saya dan hubungan kami dengan kehadiran saya ditempat KKN nya untuk merayakan hari ulang tahun nya.

Saya sudah menyiapkan kejutan ini dengan matang dari jauh-jauh hari bersama teman-teman saya dan teman-teman dari pacar saya yang kebetulan beberapa temannya  itu sedang KKN ditempat yang sama dengan pacar saya juga hingga saya tidak perlu pusing-pusing mencari teman untuk menyiapkan kejutan ini.

Hingga hari dimana saya bersama team yang membantu saya sudah siap untuk meluncur ke tempat dimana pacar saya KKN, diperjalan mobil yang saya tumpangi mendadak berhenti alias mogok. Saya kurang mengerti tentang otomotif alhasil saha hanya membantu mengambilkan beberapa barang yang dibutuhkan oleh Chanyeol sang empunya mobil itu untuk ia gunakan membetulkan mobilnya itu.

Melihat bendera merah putih berkibar disepanjang jalan menyadarkan lamunan saya ternyata hari ini sudah kesekian kalinya saya melewati upacara bendera. Saya bahkan tidak ingat kapan terakhir saya ikut upacara bendera, sedetik mengingat masa lampau akhirnya saya tersadar lagi bahwa kemungkinan besar pacar saya disana sedang melaksanakan upacara bendera bersama murid-muridnya. Bahkan mungkin juga pacar saya menjadi pembina upacaranya, jika benar saya merasa sangat menyesal karena saya tidak ada disampingnya karena saya yakin dia pasti gugup sekali.

“Yes, selesai,” ucap Chanyeol

Saya bersama teman-teman yang lainpun mulai masuk kedalam mobil untuk melanjutkan perjalanan yang sudah menyita beberapa jam tersebut. Kami semua tidak ada yang tidak bicara dan tidak tertawa ketika teman saya Chanyeol yang menyupir itu selalu membuat lelucon, terlebih leluconnya itu membahas masalah tentang saya yang sebegitu beraninya “bermain” dengan wanita selain Yerin.

“Ini bukan gue banget ngasih suprise kayak gini, norak banget pake balon-balon segala,” ucap saya kepada teman-teman saya

“Lu yang norak gila flat banget jadi cowo giliran selingkuh nomer satu aja lo, Yo,” jawab Sehun

“Kampret, bahas itu mulu lo,” hardik saya kepada Sehun

Saya tidak tahu sudah berapa jam saya didalam mobil, ketika teman-teman saya mulai tumbang dan tertidur namun mata saya masih tetap terbuka dengan tanpa sedikitpun ada rasa kantuk, beserta balon yang sesekali ada yang meletus namun kuabaikan, dan ketika Chanyeol yang sedang mengemudi sambil bernyanyi sesuka hati namun saya tidak bisa berkomentar karna saya mengerti itu cara dia supaya tidak mengantuk.

Konsep kejutan ini memang bukan sepenuhnya ide saya, namun rencana ini memang pure dari saya yang memang ingin memberikan kejutan kecil untuk pacar saya yang sedang mengabdi didesa yang membutuhkan dia bersama teman-temannya itu. Kalian harus tahu, sepanjang perjalan saya tidak berhenti memegang dengan hati-hati akan kue tart yang saya beli tadi malam menggunakan gojek supaya tidak hancur. Setiap melewati tikungan saya harus sedikit mengangkat kotak kue itu supaya tidak ikut miring mengikuti arah tubuh saya yang terpentok pintu mobil.

Setelah melewati jalan raya berjam-jam, kini saya melewati bebatuan krikil yang mengguncang mobil yang saya tumpangi. Saya juga harus tetap menahan kotak kue yang saya pegang supaya tidak jatuh sementara teman-teman saya yang sudah bangun dari tidurnya itupun juga ikut menahan beberapa barang supaya tidak terjatuh berantakan terutama makanan dan minuman.

“Mending kita jalan kaki ajadeh, ini makanan udah pada tumpah-tumpah,” ucap sinbi

Saya hanya mengiyakan ucapan teman saya karena saya juga berfikir jika terus menggunakan mobil bisa jadi yang rusak bukan barang-barang yang dijadikan kejutan saja, namun mobilnya juga bisa rusak karena jalannya memang amat sangat perlu dibenarkan.

Jika saya tidak mengingat kembali tujuan saya kesini untuk apa, mungkin saya sudah kembali lagi saja kemobil dan memutar balikkan menuju rumah saya. Pasalnya saya harus melewati jalan bebatuan, saya harus melewati dengan badan terus menunduk sembari berucap ‘permisi’ karena jalan yang saya lewati terdapat beberapa orang yang terus memperhatikan saya bersama teman-teman saya dengan tatapan sinis.

Saya sangat lega sekaligus takjub melihat kamu dari arah yang mungkin sekali teriakan saja sudah bisa terdengar dengan jelas oleh kedua telinga kamu. Namun saya enggan memanggil nama pacar saya karena saya ingin melihat masa depan saya dengan seksama.

“Anjir Yo masih disini aja. Buruan udah tinggal lo yang dateng sana, anak-anaknya udah siap ikut nyanyi bareng, masih lomba makan kerupuk sih tadi,”

Suara Sehun mengganggu lamunan saya yang sedang melihat masa depan saya sedang memberikan semangan kepada beberapa anak kecil yang sedang mengikuti lomba itu.

“Iya tau lagi lomba, lima menit lagi gue kebawah deh. Sana lo balik lagi, ganggu gue aja,” jawab saya kesal kepada Sehun

Sehun bukannya mengikuti apa yang saya ucapkan, dia malah ikut berdiri disamping saya, dia juga ikut mengarahkan pada titik dimana saya sedang melihat wanita yang menjadi masa depan saya kelak.

“Ohhh, pantes aja ya betah banget disini, pemandangannya ternyata bukan alam doang. Bisa aja lu ketek bencong,” ucap Sehun lalu pergi meninggalkan saya sendiri-lagi

Saya sedikit merenung ditempat saya berdiri saat ini, sembari melihat pacar saya yang tiada hentinya mengumbar senyum khasnya itu saya merasa menyesal  akan perbuatan saya dihari itu. Hari itu saya berani-beraninya menggantikan senyum yang pacar saya miliki menjadi sebuah tangisan yang menyakitkan untuknya. Saya tidak tahu apakah luka itu masih basah atau sudah kering yang pasti saya sedang berusaha untuk mengeringkan luka itu meskipun bekasnya tidak akan sepenuhnya hilang.

Dunia anak-anak adalah dunia kamu, bahkan jika aku memberikan pilihan kepada kamu antara aku atau anak-anak mungkin jawaban kamu adalah anak-anak. Maka dari itu hingga detik ini aku tidak berani menanyakan perihal tersebut karna aku tau bahwa kamu tidak bisa lepas dari dunia anak-anak yang menjadi cita-cita kamu. Sementara duniaku itu pasien dan semestaku selalu kamu.

Ketika saya turun menuju sebuah lapang berukuran kecil, saat itu sedang berlangsung lomba menebak gurunya masing-masing. Mata yang ditutup oleh sehelai kain, berjalan mencari tempat dimana gurunya berdiri lalu meraba wajah gurunya tersebut dan mulai menebak dengan menyebutkan namanya.

“Yo, abis ini Yerin yang kita suruh tutup matanya. Nanti lo berdiri aja ditengah biar si Yerin nebak lo dulu, abis gitu nanti kue nya biar anak-anak aja yang bawa ya,” ucap Sinbi sebagai intruksi kepada saya

Saya hanya mengangguk mempercayakan segala sesuatunya kepada teman-teman saya karena teman-teman saya pastinya sudah sering melakukan hal ini atau mendapatkan kejutan semacam ini. Saya jadinya merasa sedingin es ya?

Setelah mata pacar saya berhasil ditutup oleh sehelai kain, sayapun berjalan ke tengah lapang dan wajah saya mulai diraba oleh pacar saya. Saya gangerti kenapa secepat itu saya bisa ditebak, entah apa yang menjadi ciri khas saya sehingga seperkian detik dia berhasil menyebutkan nama saya dan cepat membuka penutup mata itu.

“Tujuh belas agustus tahun tujuh belas, itulah hari ulang tahun Bu Yerin..”

Lho? Lho?

Lagu hari merdeka sekarang berubah ya? Saya harus tahu siapa yang mempunyai ide seperti itu? hahaha, lucu sekali dengan beberapa balon, kue tart, dan terompet yang dibawa oleh anak-anak juga teman-teman saya dan teman-teman pacar saya mereka kompak sekali. Sementara kamu menutup mulut menggunakan kedua tangan kamu dengan posisi jongkok tepat didepan saya.

Seketika seorang anak kecil memberikan saya seikat bunga yang mungkin sebagai kode bahwa saya harus memberikannya kepada gurunya tersebut yang sedang berjongkok didepan saya.

“Rin, ngapain jongkok? Ayo berdiri,” ucap saya kepada pacar saya sembari membantunya berdiri

“Kamu ngapain kesini? Aku nangis ini, malu,” jawabnya yang kini kedua tangannya menutupi wajahnya

“Kenapa nangis? Kamu kan lagi ulang tahun, liat itu diliatin murid-murid kamu,”

“Gausah dirayain kan udah dirayain sama semua orang,”

Iya, enak ya pacar saya, ulang tahunya dirayain semua orang di Indonesia.

“Nih, selamat ulang tahun Ibu Guru Yerin. Maaf dan makasih yah....” ucap saya kepada pacar saya

“Buat semuanya, hehehe,” sambung saya tepat ditelinga sebelah kanan pacar saya yang sudah berdiri dihadapan saya sembari memberikan bunga yang diberikan seorang anak tadi

“Yaa sudah-sudah para hadirin sekalian, waktu sudah menunjukan pukul satu siang, waktunya pangeran untuk makan siang. Yu mari kita kita makan. HBD ya Rin, ditiup dulu sini lilinnya kasian si adek berat bawa kuenya,” Ucap Chanyeol

“Hehehe iya, makasih ya semuanya..”

Setelah meniup lilin, pacar saya yang sedang berulang tahun itupun langsung menyeimbangi badan dengan murid-muridnya, dan mulai menarik “dunia”nya itu kedalam pelukan hangat badannya.

Moment seperti ini memang sangat langka sekali untu saya dan pacar saya, mengingat hubungan kami yang baru saja kembali pulih setelah insiden sebulan yang lalu sementara kesibukkan saya yang terus harus berada dirumah sakit sehingga saya lebih dekat dengan rekan dokter lainnya terutama dokter perempuan ketimbang dengan pacar saya sendiri. Saya juga tidak lupa menceritakan bagaimana perjuangan saya bisa berada disini dengan segala insiden sepanjang perjalanan menuju desa ini, mulai dari mobil yang mogok, beberapa balon meletus entah apa penyebabnya, lalu tangan saya yang pegal harus memegang kotak kue tart dan insiden-insiden lainnya.

Saya berhasil membuat pacar saya senang dengan segala perjuangan saya bersama teman-teman yang membantu saya hari ini, dimulai dengan tiup lilin bersama, lalu sayapun ikut bergabung mengikuti lomba bersama murid-murid paar saya itu. Ada kebanggaan tersendiri untuk saya ketika saya melihat begitu semangatnya calon-calon guru ini untuk mengadakan perlombaan, katanya anak-anak disini juga harus merasakan serunya lomba seperti didaerah-daerah lain ketika 17 agustusan.

Seperti menemukan kebahagiaan tersendiri untuk diri saya, karena ketika kita membuat orang lain bahagia maka saat itu juga kita sedang membuat diri kita bahagia pula.

Saya tidak berhenti-berhentinya mengucapkan rasa terimakasih atas segala bantuan yang teman-teman saya lakukan untuk kejutan ini, terlebih saya belum bisa memberikan yang terbaik untuk teman-teman, serta negara dan pacar saya yang berulang tahun secara bersamaan dihari ini.

Sekali lagi,

Selamat ulang tahun untuk Si Cinta dan Indonesia.

Tags:
Komentar
RECENT FAN FICTION
“KANG MAS” YEOJA
Posted Rabu,16 Juni 2021 at 09:31
Posted Senin,20 April 2020 at 22:58
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 23:42
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:08
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
FAVOURITE TAG
ARCHIVES