CHAPTER 1 : Terbaik Untukmu...
Ketika aku masih kecil, ada seorang superhero yang tinggal dirumah ku. Dia adalah superman, dia yang selalu muncul ketika kami membutuhkan pertolongan.
“…rgghh…. Berat sekali karung ini, asatagaaah… “ keluhku sambil menggendong segunung kerang hasil tangkapan ku di tengah laut tadi sambil turun dari perahu yang ku naiki.
“aigooo…. Jagoan ku sudah dewasa sekarang, hahaha..” celetuknya dengan membantuku mengambil karung yang ukurannya lebih besar dari tubuhku ini. Ia membawa karung penuh dengan kerang itu sampai depan rumah dan memasukannya ke dalam tong besar.
“appaaaaa…!! “ teriak Baekhyun dan Sehun. Mereka berdua adalah adik ku. Adik-adik yang paling ku sayang, meskipun sering sekali bertengkar karna suatu hal yang sepele.
“nae.. adeuul……!! “ teriaknya sambil berlari kecil menyambut Baekhyun dan Sehun.
“gendong aku appa!”
“aku duluan!!”
“aku duluaaan appaaa!”
“Omo…. Sini appa gendong kalian berdua!” ucapnya dengan senyum simpul sambil mengendong mereka berdua dengan sisa tenaga sehabis pulang berlayar mencari ikan di laut.
Ya, superman itu adalah ayah ku. Lelaki paruh baya yang tak pernah menunjukan rasa lelahnya di depan anak-anak atau istrinya meskipun setelah seharian bekerja.
“YA!! Kalian sudah besar! Kasihan ayah baru pulang melaut tapi kalian langsung minta menggendongnya! Ayo turun!! Cepat sana mandi, sudah sore gini belum juga mandi!...” teriakan lantang ku membuat mereka ketakutan dan bergegas mandi.
“aigo… jangan gitu dong sama adik mu, Jiyong. Mereka masih kecil. Bersabarlah. “ ucap ayahku sambil mengelus punggung ku perlahan.
Pulau Yeonpyeong. Disnilah kami tinggal, disebuah desa terpencil dan di daerah perbatasan antara korea selatan dan korea utara. Bagi kami setia hari adalah tahun baru dimana setiap malam bahkan siang terdengar suara tembakan yang berasal dari latihan para tentara korea. Kami hidup seperti keluarga nelayan lainnya, hidup seadanya. Hampir setiap hari kami makan dengan hidangan laut sisa tangkapan laut yang tidak laku dijual. Meskipun begitu aku selalu bersyukur karena bisa menyantap makanan mewah ala restoran ibukota yang dibuat oleh eomma ku, gratis pula dan yang lebih penting makanan laut itu penuh dengan protein dan nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak kami.
*
“Ya! Jiyongie! Kenapa melamun, apakah kamu memikirkan sesuatu?” ucap manager ku mematahkan kenangan masa remaja 13 tahun lalu ketika aku masih di Yeonpyeong.
Sudah sepuluh tahun aku tidak bertemu eomma dan adik-adik ku. Demi mengejar impian ku sedari kecil, aku memberanikan diri untuk pergi ke Seoul untuk ikut ajang pencarian bakat salah satu agensi terbesar di korea selatan. Dewi fortuna ternyata berpihak bersama ku, aku diterima sebagai trainee agensi tersebut. Hari-hari ku di sibukan dengan latihan dan latihan. Tiada hari tanpa menyanyi dan menari. Aku sangat yakin bahwa usaha tidak akan menghianati hasil. Appa ku pernah bilang “Tak ada yang pernah datang kepada seseorang, yang pantas untuk dimiliki, kecuali hasil dari sebuah kerja keras..”.
*
Aku harus merubah hidupku, semenjak kematian ayahku perekonomian di keluarga ku semakin tidak baik, bisa dikatakan kami berada dibawah garis kemiskinan. Ditambah lagi makin memanasnya isu keadaan pulau kami, ini disebabkan karena tempat kami tinggal adalah laut wilayah perbatasan antara korea selatan dan korea utara. Ayahku meninggal terkena serangan udara militer yang salah sasaran ketika ia hendak berlayar mencari ikan di laut. Perahu yang ia pakai untuk berlayar hancur berhamburan seperti perasaan ku ketika aku mendapat berita itu dari militer korea selatan yang menjaga perbatasan laut. Regu penyelamat tidak bisa menemukan jasad ayahku, begitu pula jasad teman-teman ayahku yang ikut melaut bersamanya. Eomma, adik-adiku, bahkan aku pun sangat terpukul dengan kejadian ini. Kini eomma harus menggantikan tugas ayahku menjadi seorang superwoman. Akhirnya eomma memutuskan untuk mengungsi ke pulau Imja, eomma ku takut jika kejadian ini akan menimpa aku dan adik-adiku jika kita masih harus tinggal disana. Aku harus membunuh dengan tega kenangan masa indah bersama ayahku dan juga kehidupanku di Yeonpyong.
Kehidupan ku di Imja tidak lah membaik, eommaku harus bekerja keras demi menjadi tulang punggung keluarga. Dengan sepeda usangnya iya setiap hari pergi ke pasar demi menjadi seorang kuli panggul nelayan. Eommaku sudah biasa mengangkut puluhan kilo ikan dari perahu nelayan untuk di jual ke pasar. Dia sangat kuat dan tabah. Aku bangga mempunyai orangtua superhero.
Penghasilan sehari-harinya tidak cukup untuk menutupi kebutuhan keluarga kami. Ditambah lagi biaya sekolah kami yang harus dibayarkan setiap bulannya. Eommaku tidak pernah menanggis di depan kami, meskipun ia menanggis, eomma hanya menggigit bibirnya kuat-kuat hingga berdarah agar tangisannya tidak didengar oleh kami. Perjuangaan eomma sungguh luar biasa. Terkadang mimpi untuk menjadi seorang Idol itu ku lupakan, lebih baik aku giat bekerja dari pada terus bermimpi menjadi seorang Idol.
Sore itu ketika aku pulang berlayar sehabis mencari ikan, aku masih mengingat wajah lusuh eomma ku dengan senyum simpul berlari kecil dari bibir pantai dengan membawa secarik kertas yang ia pegang.
“Jiyongieeee… lihat apa yang eomma bawa” ia menghampiri ku dengan wajah berbinar.
“oeh.. apa ini bu?”
“ini! Ini tiket bus untuk ke Seoul! Kamu mau ikut audisi itu kan?”
“hmmm… gomawoyo, eomma… tapi tidak usah repot-repot seperti ini, aku tidak akan ikut audisi itu, aku akan tetap disini bersama eomma dan Baekhyun serta Sehun..”
“mwo?? Nae oddeul, mungkin sekarang hidupmu sulit, tapi percaya lah sesuatu yang baik pasti akan terjadi… nae oddeul, mimpi itu bukan milik mereka yang berbakat, tapi milik semua orang yang berani bermimpi. Kamu boleh tidak punya uang, tapi kamu tidak boleh tidak mempunyai mimpi. Mimpilah setinggi langgit, oddeul. Jika kamu jatuh, kamu akan jatuh diantara bintang-bintang. Eomma ikhlas jika kamu pergi ke Seoul untuk menggapai cita-citamu. Maaf jika eomma tidak bisa membahagiakan mu, tapi eomma harap kamu bisa bahagia karena perjuangan eomma. Ini ambil tiketnya, dan segera kemas pakain mu, besok kamu akan berangkat ke Seoul”.
“eommaaa…. Jeongmal gomawo, jeongmal gomawoyo eommaa!!…. Aku berjanji akan membahagiakan mu suatu saat nanti” peluk ku erat dengan wajah yang penuh air mata.
“hajima… sudah jangan menangis lagi oddeul, doa eomma akan selalu menyertaimu.. jaga kesehatanmu ya jangan lupa berdoa, karena usaha tanpa doa itu hanya sia-sia… dan jangan lupa untuk bersyukur atas apa yang kamu dapatkan selama ini.”
“ne… eomma! Ne!! Eomma juga jangan terlalu kerja keras, nanti eomma sakit, eoh..” balasku sambil tersedu-sedu.
Aku tidak bisa lagi membendung air mataku ketika aku tau eomma ku membelikan tiket ini dengan menyisihkan hasil kerja kerasnya selama sebulan penuh. Aku berjanji untuk berjuangan demi eommaku dan adik-adiku. Aku akan berjuang agar eommaku tidak perlu menjadi kuli panggul lagi dipasar. Aku akan berjuang agar adik-adik ku bisa hidup layak seperti anak seusianya. Aku akan berjuang agar keluarga ku tidak khawatir lagi makan apa besok. Dan aku akan berjuang agar keluarga ku bisa tidur nyenyak tanpa takut banjir karena air laut pasang.
***
Selepas kepergianku ke Seoul, akhirnya aku bisa melunasi semua janji-janji ku, janji untuk membuat bahagia keluarga ku. Jika appa masih hidup, mungkin ia juga senang melihat anaknya sukses menjadi idol di korea. Sekarang eomma dan adik-adiku tinggal di sebuah perumahaan elite daerah Gangnam, mereka berdua sudah mempunyai karir yang sukses. Adikku Baekhyun sekarang sudah menjadi dokter ahli bedah terkenal di korea, ia menjadi lulusan terbaik fakultas terbaik di Seoul National University. Sedangkan Sehun, sekarang ia sedang melanjutkan studi bidang hukumnya di Yonsei University. Dia bercita-cita menjadi seorang jaksa sedari kecil, agar bisa melawan korupsi di korea. Tidak hanya menjadi idol, bahkan aku punya brand fashion tersendiri. Aku dikenal sebagai king of fashion di korea selatan. Aku sangat berterimakasih. kepada ibu ku. Eomma, lihat lah perjuangan mu tidak sia-sia, anak mu kini sudah menjadi seorang idol terkenal.
Papan billboard, tembok jalanan, bahkan dinding sudut jalan semua dipenuhi poster wajahku. Ya, ini adalah tahun ke-sepuluh sejak aku debut menjadi seorang idol. Konser tunggal ku tidak hanya diadakan di korea selatan, tapi juga di beberapa negara asia bahkan bebarapa negara amerika seperti Seattle dan Sydney.
Ini pertama kalinya aku mengadakan konser tunggal di Indonesia. Ya negeri dengan berjuta budaya dan keindahan alam nya. Aku suka dengan keindahan Indonesia, terlebih lagi hari kemerdekaannya hanya beda sehari dengan tanggal kelahiran ku. Ajaib bukan, hehe.
*
Konser segera dimulai, aku pun bergegas dari ruang make up menuju stage, tak disengaja aku menabrak seorang perempuan yang menggunakan kacamata dengan dress panjang dan penutup kepala, orang indonesia menyebutnya jilbab.
“aah… sorry, sorry…” ucapku.
Tapi anehnya, dia hanya tersenyum, lalu langsung pergi begitu saja. “aneh… apakah dia tidak mengenalku? Klo dia tidak mengenalku, untuk apa dia menonton konser ku?” batin ku.
Tak sengaja aku temukan sebuah gantungan tas bertuliskan ‘@nicken95’. “mungkin ini punya yeoja tadi..” batin ku lagi.
Konser pun dimulai, kudengar namaku memenuhi ICE BSD. Kebiasaan ku sat konser ialah menyapa fans ku yang berada di stage VIP, aku senang jika bisa berada dekat dengan penggemarku, tanpa mereka aku bukan apa-apa. But wait, mataku tertuju kepada seorang yeoja yang pernah kutemui sebelumnya, “omo! Bukankah dia yeoja yang kutabrak tadi? “ pikirku.
“Heol! Kenapa dia begitu cantik ketika lampu sorot menyinarinya? Kenapa jantungku berdetak kencang? Tapi kenapa juga ia tidak histeris ketika aku mendekatinya? Dia penggemarku bukan sih” gumam ku kesal dalam hati.
Konser pun berakhir setelah dua jam pertunjukan, aku pun kembali ke hotel tempat penginapan ku. Dengan segelas coklat hangat, tangan kiri ku menggenggam iphone dan banyak sekali ucapan terimakasih atas konser ku tadi. Aku pun tertawa kecil melihat berbagai foto dan video yang diunggah penggemarku di instagram. Tidak lupa aku mengunggah foto ku ketika konser yang diambil oleh manager ku tadi.
“Terimaksih, without you, I’m Nothing.. #ACTIIIMOTTEWORLDTOUR2017 #JAKARTA ” sepertinya caption ini bagus untuk foto malam ini, batin ku.
Seketika terlintas dipikiran ku untuk mengetik inisial yang ada di gantungan tas milik yeoja tadi di ‘search button’. Bibirku tersenyum simpul, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya ketika aku menemukan username yang sama dengan inisial ini, apakah aku jatuh cinta dengan yeoja ini? Sungguh, aku belum pernah melihat yeoja secantik ini meskipun seluruh tubuhnya tertutup pakaian yang ia kenakan. Scroll up, scroll up, scroll up. Hanya itu yang kulakukan kurang lebih setengah jam di akun ig nya. Terkadang aku tertawa kecil membaca caption fotonya yang konyol. Haha, sungguh lucu yeoja ini. Sekarang, kamu adalah topik paling menarik untuk kubahas dengan tuhanku.
Esok hari, Ku beranikan diri untuk mengirim pesan dengan akun ig pribadi ku yang lain, “hello, apakah ini punya mu?” isi pesan ku singkat, berharap agar ia segera membalasnya. Tak lupa ku kirim foto gantungan tersebut untuk lebih meyakinkan.
‘tiiiing…’ suara iphone ku berbunyi menandakan ada pesan masuk. Astaga dragon! Ternyata pesan ku dibalasnya,
“ya itu punyaku! Kamu nemuin dimana barang itu?! Itu sangat berarti bagiku… bisakah kamu mengembalikan barangnya? Karena itu sangat berharga sekali untuk ku. “
“ya tentu saja, bagaimana kalau kita ketemuan di mall *** jam 16.00 hari ini? “
“baiklah, kita ketemuan di cafe ***, aku pakai kacamata, juga dres pink dan tas merah ya. See ya! “
“OK..”
Astaga!!! Benarkah??! Aku akan bertemu dengannya. Aku harus merubah penampilan ku agar orang lain tidak mengenaliku. Sungguh jantungku berdengup kencang saat ini.
Arloji di tanganku menunjukan pukul 15.00 aku pun bersiap pergi ke mall *** ditemani manager. Kaos oblong berlapis jaket dan celana jeans mungkin cukup untuk tidak menarik perhatian pengunjung mall, tak lupa topi dan masker ku kenakan agar pengunjung mall tidak tahu bahwa aku sedang menunggu seseorang disana. Aku mencari nama cafe yang dia bilang, cafe tersebut ternyata mudah dicari karena terletak di depan lobby mall. Kulihat yeoja berkacamata memakai dress pink dan tas merah memasuki cafe tersebut. Ku ikuti langkahnya perlahan dari belakang, selang dua menit aku baru menghampirinya yang sedang duduk sendiri di sudut resto tersebut.
Aku pun memperkenalkan diriku dan mengatakan bahwa gantungan tersebut ada padaku. Dia sungguh berterima kasih karena mau mengembalikan barangnya. Segelas ice Americano menemani perbincangan antara kami bertiga, aku, manager ku dan yeoja ini. Entah kenapa aku mulai jatuh cinta dengannya, gaya pembicaraannya yang santai, wawasannya yang luas juga jokes recehnya yangmembuat kami tertawa. Aku pun tak segan meminta id Line nya, alih-alih ingin menanyakan tempat wisata bagus yang harus ku kunjungi selama di Indonesia. Sungguh, aku membayangkan arloji berhenti bergerak, kaki kita dipasung waktu dan perpisahan batal tiba.
Keesokan harinya aku mulai rutin mengiri pesan di ruang chat obrolan. Walaupun hanya sekedar menanyakan hal-hal menarik tentang Indonesia. Dihari yang sama pula aku harus take off ke Malaysia untuk melanjutkan tour konser dunia ku. Sejak pertemuan itu wajahnya selalu menghiasi pikiran ku. Aku sayang eomma ku. Tugasku ialah menghadiahkannya menantu yang baik seperti kamu.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk menyatakan perasan ku padanya.
Dan yang terjadi adalah, aku lupa bahwa pelajaran pertama dari jatuh cinta bukanlah membayangkan hal yang indah, tapi menyiapkan kemungkinan ketika kau tak dicintai. Munglin aku hanya akan sampai pada kacamatanya, tak bisa mencapai kedalam matanya.
Dan ini saatnya aku berhenti mengaguminya. Berhenti mengharapkannya diam-diam. Berhenti tersenyum ketika melihatnya. Berhenti apapun soal dirimu. Beberapa hal mungkin sepatutnya dilepaskan, walau tidak sama sekali ku genggam.