CHAPTER 1 : Last Ramadhan
Tinggal di negeri yang minoritas muslim memang tak menyenangkan.Namun,jika tinggal di wilayah yang mayoritas muslim tentu memiliki kebahagiaan tersendiri.Seperti itulah yang kurasakan saat ini.Bagaimana rasanya saat kau bisa memiliki komunikasi yang baik dengan sesama muslim ditambah kedekatan yang bak keluarga selain karena faktor utama,yaitu sesama muslim dan muslimah.Saling mengingatkan dan saling memberi ilmu sudah tertanam di wilayah tempat tinggalku di mana ada banyak mualaf sepertiku dulu yang berusaha mendekatkan diri terhadap ajaran islam.
Aku Roseanne Park atau orang-orang terdekatku menyapaku Rose.Aku berusia 20 tahun dan merupakan gadis berdarah Australia.Semenjak kedua orangtuaku memutuskan untuk menjadi mualaf,aku dan kakakku pun turut menjadi seorang mualaf,mengikut jejak kedua orangtua kami.Ramadhan tahun ini merupakan ramadhan yang sangat membekas di benakku.
Rasanya waktu berlalu begitu cepat.Rasanya baru kemarin pertama kali aku dibangunkan sahur oleh ibuku.Rasanya baru kemarin aku pertama kali ke masjid bersama kak Jisoo dan Lisa.Semuanya berlalu begitu cepat.Dua hari kedepan hari raya akan menjemput kami selepas sebulan penuh ramadhan menemani kami.Itu merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang muslim.Namun,dibandingkan hari raya,saat-saat ramadhan merupakan saat-saat yang paling membahagiakan.Suatu saat aku akan merindukan hari-hari yang kulalui selama bulan ramadhan.
Selepas berbuka puasa tadi,aku langsung melaksanakan salat magrib kemudian membaca ayat-ayat suci al-qur’an.Malam ini merupakan malam terakhir di bulan suci ramadhan.Aku harus memanfaatkan waktu ini dengan baik.
Disela aktivitasku mengaji,samar-samar aku mendengar suara ketukan pintu yang berasal dari ruang tamu.Saat itu juga ibuku berteriak memintaku untuk segera membuka pintu menuju ruang tamu,sedang beliau tengah sibuk mempersiapkan makan malam.Aku lantas menghentikan kegiatan mengajiku kemudian bangkit menuju ke ruang tamu.
“Assalamualaikum.”
“Wa’alaikumsalam,”sahutku seraya memutar kenop pintu.Saat itu juga aku terkejut bukan main selepas melihat sosok lelaki dengan pakaian rapi yang datang ke rumahku.
“Kak Yoyo ? Ada perlu apa kemari ?”tanyaku,masih dengan mimik wajah terkejut.
“Ah maaf mengganggu aktivitasmu,Rose,tapi aku hanya ingin mengantarkan undangan ini untuk keluarga Park,”sahut kak Yoyo seraya menyodorkan sebuah undangan padaku.Aku menerimanya dengan rasa penasaran yang menyelimuti benakku.
“Ini undangan apa ?”tanyaku polos.
“Undangan untuk buka bersama esok di rumah ustad Song.Jangan lupa ajak keluarga Park ya.Sekali lagi aku minta maaf sebelumnya”ucap kak Yoyo seraya membungkuk pelan kemudian melangkah pergi meninggalkan rumahku.Sepertinya ia tengah terburu-buru.
***
“Jadi kamu juga dapat undangannya ?”aku mengangguk membuat kak Jisoo dan Lisa tercengang.
“Woah,memang benar jika ustad Song mengundang kita semua jamuan makan,eh lebih tepatnya buka bersama,”decak kak Jisoo.
“Ah tidak kebayang betapa ramenya rumah ustad Song saat itu,”timpal Lisa.
“Kira-kira kak Jennie diundang gak ya ?”gumamku pelan.Kak Jennie merupakan sahabat sekaligus tetangga dekatku selain kak Jisoo dan Lisa.Namun,sayangnya kak Jennie merupakan seorang non-moeslim.Tetapi meskipun begitu,banyak yang mengenal baik kak Jennie dan bahkan keluarganya pun turut bergabung dengan orang-orang muslim di sini.
“Bisa jadi iya dan bisa jadi tidak,”sahut kak Jisoo yang mulai melantur.
“Menurutku bisa saja dia diundang secara dia beserta keluarganya mengenal baik ustad Song.Lagi pula buka bersama di rumah ustad Song tidak harus orang-orang muslim yang hadir.Mereka bisa menganggapnya sebagai jamuan makan yang diadakan oleh ustad Song,”jelas Lisa,berusaha berpikir lebih positif.Aku menanggapinya dengan seulas senyum.
“Semoga saja.Aku ingin bertemu kak Jennie,”ucapku pelan.
Selama dalam perjalanan kami menuju masjid,alih-alih sebuah suara familiar terdengar tengah meneriaki kami dan yang pasti aku sudah tahu siapa gerangan pemilik suara itu.
“Hey cewek-cewek!”
Mereka tiba dengan nafas yang sedikit memburu mengingat habis berlarian sebelumnya.Apalagi kak Yoyo yang mengenakan sarung dengan motif kotak-kotak membuatku tersipu melihat penampilannya.Tetapi saat melihat eksistensi lelaki sialan itu membuat rasa kesalku kembali bangkit.Ck,lelaki itu lagi!
“Kalian sedang apa lagi sih! Ke masjid sana cepat!”cetus kak Jisoo.
“My Jichu jangan lupa datang besok ya di rumah ustad Song,”ujar kak Bobby yang merupakan pacar kak Jisoo.Ia kini sedang menghampiri kekasihnya itu yang hanya memasang wajah jijik melihatnya.
“Hey,aku sudah wudhu!”bentak kak Jisoo seraya menghindar dari rangkulan kak Bobby.
“Ups maaf honey,hehe,”ucap kak Bobby seraya menggaruk tengkuknya.
“Rose,mau gak berkencan denganku esok ?”rasanya aku ingin muntah saat lelaki dengan rupa bak om hidung belang itu memandangku dengan tatapan menjijikannya itu.
“GAK MAU!!!”aku lantas mengalihkan pandanganku.Tak sudi aku menerima ajakannya.Lagi pula bukankah dalam islam tidak boleh memandang lawan jenis lebih lama.
“June-ya! Jangan menggoda anak perempuan terus!”bentak kak Yoyo.Hatiku begitu lega mendengar penuturan kak Yoyo untuk lelaki sialan itu.
“Aku cuman mengajaknya kencan kok,”sahutnya polos.Dasar tak tahu malu!
“Hey kalian semua! Gak ingin ke masjid,huh ?”sindir kak Hanbin.Sepertinya dia sudah jengah melihat kita yang hanya berdiri dan berceloteh yang tak jelas di jalanan.Pada akhirnya kami memutuskan untuk ke masjid bersama.
***
Hari ini merupakan sahur terakhir sekaligus hari terakhir puasa,mengingat sebentar malam akan terdengar suara takbir dari masjid.Rasanya aku tidak rela jika ramadhan ini akan berakhir dengan cepat.Hal-hal menyenangkan yang kulalui selama bulan ramadhan ternyata tak terasa.Esok hari raya akan mengantarkan kita kepada hari yang penuh kemenangan.
“Ugh,andai saja jika di channel tv ada siaran yang berbau islam,khususnya tentang puasa,”dengusku sembari mengetukan jemariku ke meja makan.Selepas makan entah mengapa rasa jenuh seketika menghampiriku.
“Sssttt! Jangan bicara seperti itu! Sudah resiko kita tinggal di negeri minoritas muslim,”ujar ibu.Aku hanya mengangguk lemah.
“Ibu mau gak datang ke rumah ustad Song untuk ikut buka puasa bersama ?”tanyaku,mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Yes,of course! Kita akan ke sana sebentar sore dengan Alice,”sahut ibu seraya tengah sibuk membereskan meja makan selepas makan sahur.
“Bagaimana dengan ayah ?”
“Ayah sedang sibuk.Hari ini ia harus berangkat ke Australia.Katanya sih ada hal penting yang dilakukannya di sana.Intinya ayahmu tidak akan merayakan hari raya di sini,”
Ucapan ibu membuatku seketika merasa kecewa.Bak petir yang menyambar begitu cepat tepat mengenai batin terdalamku.Hari raya tahun ini tidak sebahagia yang aku pikirkan.Aku ingin disaat hari raya aku dapat berkumpul bersama dengan keluarga sekaligus kerabat-kerabat terdekat,menikmati jamuan saat lebaran sekaligus bersilaturahmi.Sangat indah,namun jika salah satunya tak ada,rasanya seperti ada yang kurang.Bagaikan sayur tanpa garam,terasa sangat hambar dan tentunya sedikit menjenuhkan.
“Kau tak berangkat salat subuh bersama Jisoo dan Lisa ?”suara ibu seketika membuyarkan pikiranku yang mulai kalut.
“Ak-aku mau berangkat kok!”aku lantas langsung meninggalkan ruang makan dan melesat menuju kamar untuk mengganti pakaian hendak ke masjid.
***
Selama dalam perjalanan menuju masjid aku merasa tak begitu bersemangat.Gairah hidupku perlahan sirna begitu saja.Wajahku sepertinya nampak lesu ditambah langkahku yang seolah malas untuk berangkat ke masjid.Kak Jisoo dan Lisa tentunya sudah menyadarinya.
“Jangan sedih mulu,Rose.Ini puasa yang terakhir loh,”ujar kak Jisoo.
“Iya tuh.Hari raya sudah di depan mata.Kau harus semangat!”timpal Lisa.
“Ck,kalian tidak pernah mengerti perasaanku!”cetusku kesal.Mereka memang tak paham dengan situasiku saat ini.
“Memangnya ada apa sih ? Tell me about it!”ujar Lisa.
“Ayahku... ayahku tidak merayakan hari raya di sini.Beliau hari ini berangkat ke Australia selepas salat subuh karena memiliki kesibukan di sana,”sahutku dengan suara yang terdengar lirih.
“Ah I see.Kenapa tak bilang dari tadi,”ucap Lisa.
“Lagi pula ayahmu memiliki urusan di Australia semata-mata juga mencari nafkah untuk keluargamu,bukan ? Ketimbang ayahmu tak menyelesaikan urusannya di sana dan lebih memilih tetap di sini pasti ayahmu akan kena dampak buruknya.Tolong mengertilah situasi ayahmu,Rose,”ujar kak Jisoo yang sukses membuatku bungkam seketika.Memang benar yang dikatakan kak Jisoo,aku seharusnya mengerti terhadap situasi ayahku.Aku lebih mengutamakan perasaanku ketimbang logika saat itu.
“Yang kak Jisoo ucapkan memang benar.Aku memang sangat egois,”ucapku pelan.
“Jangan menyalahkan diri sendiri dong!”ujar kak Jisoo seraya menepuk pelan punggungku.
Tak lama kemudian,suara dekapan sepatu seketika terdengar bersamaan dengan suara yang sangat familiar di pendengaranku.Ah pasti mereka lagi!
“Hey kalian bertiga!”itu suara kak Bobby.
Mereka kini tiba bersamaan dengan aku,kak Jisoo dan Lisa menoleh,membalikkan badan menghadap mereka.Wajah kami begitu masam saat melihat keberadaan para lelaki yang suka mencari perhatian itu.
“Wajah kalian kok ditekuk gitu sih ?”tanya kak Hanbin.
“Sudahlah kami ingin ke masjid sekarang juga.Ini hari puasa terakhir!”cetusku kemudian membalikkan tubuhku lalu melangkah begitu saja meninggalkan mereka disusul oleh kak Jisoo dan Lisa.
“Rose!”
Suara itu lagi!
“Roseanne Park!”
Berani sekali dia memanggil nama asliku!
“Mawar!”
Apa-apaan ini!
“Taman mawarku yang sangat indah bak bidadari ~,”
Anak ini benar-benar! Aku sangat tak sudi mendengar namaku diucapkan terlebih lagi dilecehkan oleh mulut besar miliknya itu! Kukepal dengan kuat tanganku disertai emosiku yang mulai menggebu-gebu kemudian aku membalikkan badanku dengan perasaan jengkel.
“GO JUNAEDI SIALAN APA MAUMU,HAH!!!”pekikku jengkel.
“Aku mau dirimu,taman mawarku yang indah ~,”sahutnya disertai dengan nyanyian yang membuatku rasanya mual ingin muntah.
“JANGAN PERNAH MEMANGGILKU DENGAN SEBUTAN ITU!!!”pekikku lagi.
“Lah namamu Rose,bukan ? Rose berarti mawar,sedangkan margamu Park berarti taman.Aku benarkan ?”ucapnya polos lebih tepatnya sok polos! Anak ini harus kumusnahkan!
“Sabar Rose! Kamu sedang puasa loh! Abaikan saja anak cabe itu.Ia memang suka cari perhatian,”ujar Lisa.Kali ini anak itu beruntung,mengingat aku sedang berpuasa dan harus mengontrol emosiku.Tenang Rose ini hari terakhir menjalankan ibadah puasa dan setelah itu kau bisa dengan puas memaki sekaligus menghajar anak cabe itu.
“Mawar indahku kok diam saja sih ? Kehabisan kata-kata ya ?”kali ini aku harus mengabaikan perkataan yang dilontarkannya.Anggap saja ucapannya itu hanyalah angin yang berhembus.
“Gangguin anak perempuan mulu sih lu! Ayo salat subuh terus jangan lupa bertobat karena sudah buat puasa orang jadi makruh!”kak Hanbin lantas langsung menyambar June dengan menarik kupingnya lalu menuntunnya menuju masjid diikuti oleh kak Yoyo dan kak Bobby.
“Aw sakit weh! Nariknya lembut dikit kek!”rintihnya disaat kak Hanbin masih dengan santainya menarik kupingnya sembari berjalan menuju ke masjid.Haha rasain tuh dasar anak cabe berperawakan om hidung belang!
Akhirnya aku bisa bernafas dengan lega.Aku pun melanjutkan perjalananku menuju ke masjid bersama dengan kak Jisoo dan Lisa.Suasana hatiku nampaknya menjadi lebih baik.Namun,alih-alih aku merasakan jika ada sosok lain yang berada di belakangku.Aku pun lantas menoleh,memastikan jika itu hanya halusinasiku saja.
“Maaf aku tak bermaksud...”sejak kapan kak Yoyo berada di belakangku ? Bukankah tadi dia baru saja pergi bersama dengan kak Hanbin dan yang lainnya.
“Ah gak apa kok.Ada apa ?”tanyaku yang kini tengah mengernyitkan kening.
“Aku dengar ayahmu tak dapat ikut bersama keluargamu,”aku hanya mengangguk pelan.Ia nampak tersenyum.Ah senyum itu... senyum yang selalu memenuhi hariku dikala jenuh.Rasanya sudut bibirku jadi turut terangkat melihat senyumnya.
“Ayah ada kesibukan di Australia.Hanya ada aku,ibu,dan kak Alice yang datang,”ucapku.
“Kutunggu kedatanganmu beserta ibu dan kakakmu.Please don’t be sad and keep smile,”pungkasnya,masih dengan senyum khasnya yang terukir di wajah tampannya.Ia kemudian meninggalkanku,sedang aku masih terhipnotis akan wajah rupawannya.
“Loh ? Astaga aku jadi telat nih!”aku lantas langsung bergegas menyusuli kak Jisoo dan Lisa
***
Seusai melaksanakan salat subuh berjamaah kami tak langsung pulang,melainkan mendengarkan kuliah subuh yang disampaikan oleh ustad Song,ayah dari kak Mino dan kak Danah.Kuliah subuh membahas berbagai banyak hal dimulai dari tema ramadhan,idul fitri,zakat fitrah hingga yang sama sekali tak berkaitan dengan ketiga tema tersebut.
Selama kuliah subuh berlangsung,sepasang mataku tak henti-hentinya memandang ke arah lelaki dengan peci berwarna hitam di kepalanya disertai kemeja yang dikenakannya berwarna biru muda.Pandangannya begitu serius melihat ustad Song yang notabene pamannya sedang menerangkan potongan ayat al qur’an beserta hadist terkait dengan perbuatan yang biasa dilakukan oleh anak-anak muda.
Setengah jam berlalu,sinar mentari mulai nampak.Selepas kuliah subuh berakhir,aku,kak Jisoo,dan Lisa hendak pulang ke rumah masing-masing.Di belakang kami terdengar suara kak Hanbin dan June yang sedang sibuk membully kak Bobby yang berkaitan dengan kuliah subuh tadi.
“Tuh baca surah al isra ayat 32.Sudah jelas jika zina sangat diharamkan dalam islam!”cibir June seraya tertawa licik.
“Masih mau pamer kemesrahan lagi,huh ? Hahaha,ngajinya hanya di al-fatihah mulu sih!”ledek kak Hanbin.
“Berisik kalian berdua! Mau aku sumpel mulut kalian dengan kerikil,huh!”ancam kak Bobby,sedangkan kak Hanbin dan June hanya tertawa terbahak-bahak bak pasien rumah sakit jiwa.
Aku hanya bisa menghela nafas mendengar suara tawa mereka.Aku melirik ke arah kak Jisoo yang berada di sampingku.Tatapannya kosong dan wajahnya sangat datar.Ia bahkan menjaga jarak dengan kak Bobby yang juga nampak lebih dingin.Mereka berdua benar-benar menjaga jarak antar satu sama lain.Tak ada guratan kebahagiaan di wajah keduanya.
Delusiku kemudian terlintas sosok kak Yoyo.Di mana dia ? Semenjak kuliah subuh berakhir aku tak melihatnya dan bahkan mendengar suaranya.Namun,saat aku menoleh saat itu juga sosok kak Yoyo tengah melangkah cepat dengan wajah yang bagiku nampak murung.Ada apa dengannya ? Ia bahkan tak pernah menundukkan kepalanya selama ini.Semuanya seketika berubah
***
Sekitar pukul lima sore lewat dua puluh menit aku,ibu dan kak Alice bergegas menuju ke rumah ustad Song dengan mengenakan hanbok,sesuai yang tertera di undangan dresscode bagi tamu perempuan,sedang yang bagi tamu laki-laki hanya perlu memakai pakaian rapi dan sopan.Tibanya kami disambut dengan hangat oleh keluarga Song ditambah sambutan beberapa tamu yang sudah stand by di tempat masing-masing.Aku bisa merasakan euforia di rumah ini.Penuh kebahagiaan yang tiada tara.
“Assalamualaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
“As usual,anak tuan dan nyonya Park sangat cantik dengan balutan hanbok,”puji ustad Song seraya tersenyum simpul.Aku dan kakakku tak tahu bagaimana menanggapinya hanya membalas dengan senyum pula.
“Silahkan duduk,”ujarnya seraya mempersilahkan kami untuk duduk di sofa panjang berwarna merah marun,seperti warna hanbok yang kukenakan.
“Aku duduk di beranda ya,ustad.Aku sedang menunggu yang lain,hehe,”ucapku yang hanya dibalas tawa kecil dari ustad Song kemudian beliau mengangguk mengerti.
Aku kemudian melengos menuju beranda rumah dan tepat saat itu aku melihat kak Jisoo dan Lisa sedang berceloteh di kursi beranda rumah ustad Song.
“Hey,Rose dari mana saja ?”pekik Lisa.Aku tak menyangka ia memakai hanbok berwarna hijau muda.
“Dari dalam rumah.Kak Jennie kok gak ada ?”tanyaku.
“Katanya sebentar akan nyusul bersama Hanna,”sahut kak Jisoo.
Kami pun kemudian duduk di kursi beranda sembari berceloteh ria,yeah sembari menunggu buka puasa juga.
Setengah jam berlalu,tak lama terdengar suara azan dari masjid pertanda jika waktunya untuk berbuka puasa.Kami berbondong-bondong memasuki rumah ustad Song lalu menyambar makanan yang telah disediakan untuk berbuka puasa.Ah rasanya begitu menyenangkan.Aku juga melihat pertengkaran kecil yang terjadi antara kak Bobby dan kak Hanbin yang sedang memperebutkan jus strawberry.
Lagi-lagi delusiku terlintas sosok kak Yoyo.Ah bukan saatnya memikirkannya disaat perutku masih perlu diisi beberapa makanan.Selepas makan aku lantas langsung bergegas mengambil air wudhu.Tapi tunggu,dimana kak Jisoo dan Lisa ? Ah mereka juga menghilang!
“Ah maaf kami telat,”suara itu sangat familiar.
Aku lantas langsung melengos ke ruang tamu dan mendapati sosok kak Jennie bersama kak Hanna tengah menggenggam sekotak kue.Kak Jisoo lantas langsung memanggilku agar menghampiri mereka.
“Ada kendala selama dalam perjalanan hehe,”ucap kak Jennie.Ia bahkan tak mengenakan hanbok,melainkan pakaian casual seperti kak Hanna.
“Aduh kak Jisoo kita telat salat magrib!”dengus Lisa.
“Bukannya bisa salat di rumah ?”tanya kak Hanna polos.Aku mengiyakan.
Saat itu juga kami memutuskan untuk salat berjamaah di rumah ustad Song,lebih tepatnya kami meminjam kamar kak Danah.
***
Suara takbir begitu menggema,memeriahkan malam hari raya yang penuh kemenangan ini.Aku sedang sibuk memandang langit malam yang bertaburan bintang di tambah bulan purnama yang memancarkan sinar temaramnya yang membuat hatiku teduh.
Disela suara takbir yang menggema,aku mendengar suara kak Bobby yang tengah menyanyi bersama dengan kak Hanbin.Kak Bobby nampak sedang memainkan gitarnya sembari menyanyikan lagu ‘My type’ untuk kak Jisoo di beranda rumah ustad Song.
Neoneun nae chwihyangjeogyeok
Nae chwihyangjeogyeok
Malhaji anhado neukkimi wa
Meoributeo balkkeutkkaji da
Suara kak Bobby lumayan juga ditambah alunan gitar yang lebih terdengar romantis.Aku bisa melihat rona merah di pipi kak Jisoo yang sedang tersipu.
Neoneun nae chwihyangjeogyeok
Nan neoreul bomyeon
Gajigo sipeoseo andari na
Jagi jeonkkajido saenggagi na pow
Suara kak Hanbin pun tak kalah keren.Ah kapan aku bisa dinyanyikan sebuah lagu oleh lelaki yang aku cintai.Ugh,apa yang kau pikirkan Rose!
“Kau memikirkan siapa ? kak Yoyo ?”goda kak Jennie yang entah dari mana munculnya.
“Mengagetkan saja,”dengusku.
“Sudahlah! Kau sudah pernah mengatakannya padaku jika kau memiliki perasaan padanya,”gelak kak Jennie membuatku seketika tersipu.
“Aku hanya mengaguminya.Lagi pula dalam islam zina itu dosa,”ucapku.Kak Jennie hanya mengangguk.Pandangannya mengarah ke kak Hanbin yang sedang bernyanyi bersama kak Bobby.
“Masih ada rasa dengannya ?”godaku.Kak Jennie memandangku tajam.
“Ia sudah memiliki kekasih,”ucap kak Jennie yang sukses membuatku terperanjat seketika.
“Seriously ?”ia mengiyakan kemudian menghela nafas pelan.
“Ia begitu tertutup mengenai hubungan asmaranya,”jelas kak Jennie.
“Memangnya kekasihnya siapa ?”
“Lee Hayi,teman sekolahku dulu dengan Hanbin.Mereka sudah menjalin hubungan selama setahun.Hanbin tak ingin orang-orang tahu kekasihnya.Makanya ia tak pernah mengajak kekasihnya kemanapun atau bahkan memperkenalkannya pada yang lain,”ucap kak Jennie seraya tersenyum tipis,memandang ke arah kak Hanbin yang kini sedang tertawa lepas.
Situasi seketika menjadi hening,namun aku masih bisa merasakan euforia kebahagiaan di sini.Semilir angin begitu lembut menyapu tengkuk dan wajahku.Rasanya begitu menggairahkan.
“Rose!”sebuah suara familiar sukses menyadarkanku.Aku lantas menoleh dan mendapati sosok kak Yoyo dengan senyum khasnya.
“Kak Yoyo ?”aku tak percaya jika di hadapanku saat ini ialah kak Yoyo,sosok yang selalu menghantui pikiranku.
“Hanbok merahmu cantik bagaikan bunga mawar yang indah di taman.It’s you!”pujinya seraya menyentuh hanbokku pelan.
“Thanks,”ucapku sedikit tersipu.Kedua pipiku terasa panas.
“Aku tak bisa membohongi diriku jika malam ini kau sangat cantik bak sinar rembulan di malam hari raya,”pujinya lagi yang sukses membuat dadaku berdesir mendengarnya.Sejak kapan dia jadi tukang gombal seperti June.
“Jangan hiperbola!”cetusku sembari menundukkan kepalaku.
Ia terkekeh pelan melihat perubahan mimik wajahku.Di tangan kanannya nampak sebuah kain berwarna merah marun yang entahlah aku kurang tahu mengingat cahaya di sini begitu temaram.
“Rose,maukah kau memakai jilbab ini ?”kak Yoyo lantas langsung menyodorkanku sebuah kain merah marun yang merupakan jilbab segitiga,seperti milik ibuku di rumah hanya saja berwarna hijau.Aku tentu saja terkejut.
“I-ini jilbab untukku ?”tanyaku dan dibalas anggukan singkat darinya.
“Ini milik almarhum ibuku.Dulu beliau suka sekali mengenakan jilbab ini.Aku harap di hari raya esok kau mengenakannya untukku,”ucapnya yang sukses membuatku seketika membeku.Mimpi apa aku semalam ya Tuhan.
“Apa baik-baik saja ?”tanyaku ragu.
“Aku hanya ingin melihat Rose yang mengenakan jilbab merah marun milik almarhum ibuku.Bukankah hanbok yang kau kenakan sangat cocok dengan jilbab ini ?”ucapnya.Aku pun tak bisa menolak pemberiannya dan menerimanya dengan senang hati.
Kami berdua pun kemudian memandang langit malam yang bertaburan banyak bintang disertai dengan dekorasi kembang api yang turut mewarnai malam hari raya,malam penuh kemenangan.Suara takbir yang masih mengalun disertai dengan suara ledakan kembang api bercampur menjadi satu mewarna malam yang penuh gemilang ini.Malam ini.. malam yang akan terus membekas di benakku.Malam yang penuh dengan variasi kebahagiaan dimana orang-orang muslim merayakan hari kemenangan mereka selepas menahan dahaga sekaligus emosi selama sebulan penuh.
-THE END-