CHAPTER 31 : Chapter 31
*Park Dojoon
Aku membuka mataku perlahan dan mendapati diriku terbaring di lantai dengan tangan dan kakiku masih terikat. Pikiranku mencoba mengulang kembali apa yang sebenarnya terjadi padaku kemarin. Saat sedang berpikir tiba-tiba saja nayeon muncul.
“aiguuu.. kau sudah bangun yaah..” kata nayeon membuka ikatan kain di mulutku.
“geeaahh~ akan kupastikan membalasmu karena ini..” kataku menatap nayeon tajam.
“dojoon aahh.. apa kau sejahat itu, mau membalasku??” nayeon menatapku sambil memajukan bibir bawahnya.
“geehh,, yasudah.. cepat lepaskan dan aku akan memaafkanmu..”
“hmm,, sekarang kau tidak bisa bergerak.. dan hanya aku yang bisa membuka ikatanmu.. jadi.. dojoon aaahh.. ppoppoo..” kata nayeon mendekatkan pipinya ke arahku.
“haizz,, kau pikir aku anak kecil?? Kalau tidak mau lepas biar aku minta momo melepasnya..”
“Yaaa!! memangnya salah aku minta dicium?? Lagipula kau sudah pernah melakukannya kan..” kata nayeon membuatku mengingat kejadian saat aku menciumnya di gudang senjata. “Dwaessoo!!” nayeon membuka ikatanku dengan mata berkaca-kaca. Saat semuanya terlepas aku dengan cepat mencium pipinya dan tersenyum manis. Wajah nayeon memerah dan tersenyum ke arahku. “hihihi.. dojoon aah.. jadi pacarku yaah??” kata nayeon membuatku terkejut.
“eiguu,,, nanti saja yah.. setelah kita selamat dari wabah ini..” aku memegang tangan nayeon dan menariknya ke luar toko itu.
Sesampainya diluar mereka telah menunggu kami. aku melihat beberapa wajah yang tidak ku kenal. Tiba-tiba salah seorang dari mereka mendekatiku.
“annyeonghasaeyo.. umm, kau yang memimpin grup ini kan? kami hanya ingin memperkenalkan diri.. namaku—“ kata-kata pria itu terhenti saat aku terus melangkah ke arah mobil.
“dia bertengkar dengan eunbin, dan moodnya sedang tidak baik sekarang... nanti saja memperkenalkan dirinya..” aku bisa mendengar nayeon dari belakangku.
Aku melangkah ke arah mobil lalu membuka kotak tempatku menyimpan stanag dan crossbow-ku.
“eoh? nayeon aah.. apa ada yang menyentuh stanag milikku??” kataku menatap nayeon tanpa ekspresi.
Nayeon memalingkan wajahnya ke arah moonbin yang bersembunyi di belakang chika, lalu berpaling ke arahku dan tersenyum. “haahh,, sudahlah..” gumamku dalam hati melihat chika. tiba-tiba saja minhwa muncul dan langsung meminta crossbow yang kubawa. Setelah cukup lama berpikir, aku akhirnya memberikan crosbow-ku dengan syarat untuk mengembalikannya jika dalam keadaan bahaya.
Kami lalu melanjutkan perjalanan mencari markas yang baru. Saat itu aku yang dalam keadaan mood yang tidak baik, jadi mereka menunjuk eunwoo sebagai pemimpin kami sementara.
Selama perjalanan mereka berenam terdiam di dalam mobil membuat suasana awkward memenuhi mobil itu.
“o..oppaa?? g..gwaenchanaa??” tanya momo memecah keheningan.
“an gwaenchanaa.. apa yang kalian lakukan benar-benar tidak bisa dimengerti.. kenapa kalian melakukan hal itu disaat aku benar-benar masih kesal dengan chika?? Mungkin jika sinbi dan momo yang melakukannya masih bisa sedikit dimengerti.. tapi kenapa kalian berempat malah ikut-ikutan?? Aku benar-benar kecewa pada kalian..” kataku sedikit mengeraskan suaraku.
Nayeon, yuju, mina dan eunha menundukan kepala mereka. “kalau begitu kau tidak marah pada kami kan??” tanya sinbi tersenyum bersama momo disampingnya.
“aku marah pada kalian semua... terutama kalian berdua, aku pikir kalian mendukungku.. tapi... aahh, sudahlah.. setelah mengantar kalian aku akan meminta orang lain menyetir mobil ini dan akan pergi sendirian berpisah dari kelompok ini..” kataku.
“Hiiii.. Hiiiinnggg~ Opppaaa miaaann..” sinbi mulai menangis. Beberapa saat kemudian momo, mina dan eunha meminta maaf dengan airmata yang berlinang di samping mata mereka.
“do..joon aahh.. aku tau yang kami lakukan salah.. maafkan kami.. tolong jangan tinggalkan ka— hikkkss!!” kata-kata nayeon terhenti sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Mataku bergerak ke arah kaca belakang dan mendapati yuju masih tertunduk. “hmm,, sudah kuduga dia yang paling kuat..” gumamku dalam hati.
“yuju yaa..” kataku membuat yuju mengangkat kepalanya. Beberapa detik aku terdiam lalu menarik nafas. “haaaaahh,, sudahlaah.. aku tidak tau bagaimana menggambarkan rasa kecewaku..”
Saat itu yuju sedikit terkejut dan akhirnya mengikuti mereka menangis. Suara tangisan mulai memenuhi setiap sudut mobil yang kami tumpangi.
“aaaaahhh,, akhirnya aku bisa membalas kalian.. hehehe” kataku tersenyum.
Tangisan mereka terhenti sejenak dan menatapku bingung. Setelah mengerti dengan keadaan itu tangisan mereka semakin menjadi-jadi.
“huwaaaaa~~~ oppaaaaaa kau jaahaatt.. aku pikir kau benar-benar marah dan akan meninggalkan kami...” sinbi menendang-nendang tempat dudukku dari belakang.
“ishiiii~~ jahat sekaliiii...” nayeon memukul bahuku beberapa kali.
“kalian benar-benar percaya kalau aku akan meninggalkan kalian?? Haduuh.. sudah kubilang aku akan terus menjaga kalian sampai kalian yang meminta untuk berpisah dariku..” kataku tersenyum.
Sesaat setelah mereka selesai menangis suasana di mobil itu mulai kembali seperti biasa dengan kami yang saling berbagi cerita mengingat seminggu yang sangat berat yang kami lalui.
“bisa aku minta tolong pada kalian??” tanyaku. “tolong jangan buat aku bicara dengan chika untuk sementara.. aku sudah lama memaafkannya, tapi aku masih sedikit kesal dengan kata-kata yang dia ucapkan padaku dulu.. jadi aku ingin sedikit memberinya pelajaran, dengan sedikit acting..” sambungku.
“baik oppaa..” eunha tersenyum.
Setelah melalui perjalanan yang cukup lama, kami sampai di parkiran sebuah mall yang cukup besar dengan 2 gedung mall yang terhubung dengan sebuah koridor diantara kedua gedung itu. Tanpa menunggu aba-aba, mereka langsung turun dari mobil dan mulai menembak zombie yang berada di situ. Kurang dari setengah jam kemudian kami berhasil membersihkan zombie yang berada di tempat parkir itu.
“kalian yang baru belajar menembak tolong jangan terlalu banyak menghabiskan amunisi.. minhwa, jika kau kesulitan menggunakan itu minta bantuan jimin-ssi.. lalu kalian yang menggunakan shotgun, jangan terlalu sering menembak.. senjata kalian tidak dilengkapi dengan peredam.. jadi hanya gunakan saat menghadapi head hunter atau dalam keadaan sangat terdesak..” kataku saat kami tiba di depan pintu masuk.
Saat itu mereka semua menatapku. “kenapa? Apa aku tidak boleh bicara??” tanyaku.
“oppa.. kalau begitu kau harus memimpin lag—“ “tidak sekarang..” kataku memotong perkataan cella.
Aku lalu mendekat ke arah chika sambil membawa stanag milikku. “kau pikir kau wonderwomen?? Kenapa tidak pegang senjata?? Mulai sekarang Bawa ini..” kataku memberikan stanag milikku ke arah chika.
“kau bisa menggunakannya dalam jarak jauh maupun dekat.. tapi akan lebih efektif jika dari jarak ja— kenapa??” kata-kataku terhenti saat menyadari member gfriend dan twice menatapku dengan tatapan terkejut.
“heol~ aku tidak percaya kau memberikan senjata itu pada orang lain?” nayeon menatapku
“jangan berpikiran yang tidak-tidak,, kita membutuhkan seluruh penembak untuk membersihkan tempat ini..” kataku menatap chika yang sedari tadi tersenyum di depanku.
Tiba-tiba saja moonbin muncul dari samping kami. “dojoon hyung.. nanti aku boleh tidak pinjam senjata ini?” moonbin menatapku dengan wajah memelas.
“tanyakan itu padanya.. senjata itu sudah kuberikan padanya..” kataku menatap chika.
“gomawo hyung.. saeng tau kesalahan saeng kali ini sangat besar.. tapi saeng mohon jangan lama-lama marahnya yaah?? Saeng kangen diomelin hyung...” chika tersenyum ke arahku.
“gomawo dojoon hyung.. yaa,, nanti aku pinjam yaah?” moonbin memegang lengan chika.
“pinjemin ga yaahhhh..” terdengar suara chika saat aku berbalik meninggalkan mereka.
Aku lalu melangkah ke arah yuju dan nayeon. “boleh pinjam handgun kalian??”
Yuju dan nayeon mengambil handgun dari pinggang mereka lalu memberikannya padaku. Kami lalu masuk ke dalam melalui pintu samping.
“huaahh,, mall ini besar seka— Hmmppphh!!” kata-kata cella terhenti saat jinyeong membekap mulutnya.
Beberapa saat kemudian kerumunan zombie muncul dari toko yang berada di samping kami. mereka semua terdiam karna jarak kami dan para zombie itu terlalu dekat. Aku memberi isyarat pada member twice dan gfriend yang berada di sampingku. Yuju, mina dan sinbi bergerak ke samping kiri sedangkan nayeon sinbi dan momo bergerak ke sebelah kanan.
Aku melangkah ke depan dan memberi tanda pada mereka ber enam. Mengerti dengan tanda yang kuberikan mereka mulai melepas peredam dari senjata mereka. Sesaat setelah aku menembakan hadngunku, tanpa menunggu lama mereka mengikutiku menghabisi para zombie itu. Beberapa menit kemudian kerumunan zombie itu telah jatuh ke tanah.
Aku lalu berbalik kearah teman-teman lain yang menatap kami terkejut. “n.n.nayeon aah.. momo yaa.. mina yaa.. ada apa dengan kalian bertiga??” jinyeong menatap ketiga hoobae-nya kagum.
“wahh,, padahal seminggu yang lalu kalian bahkan tidak bisa menembak kertas target.. lumayan juga..” kata mark.
“hehehe,, ini berkat latihan keras dan sedikit dorongan dari pria disana..” sinbi menatapku.
aku mendekat ke arah sinbi dan memukul kepalanya. “mengoceh saja.. cepat ambil posisi..”
“aa,, mian.. hingg..” sinbi bergerak ke arah belakang bersama momo dan langsung berebaring di lantai.
“kalian sedang apa??” tanyaku menatap mereka yang hanya berdiri menatap kami bertujuh yang sudah dalam posisi masing-masing.
“e.eh?? apa yang harus kami lakukan hyung??” tanya chika.
“haaaaahh,, momo yaa..” kataku berpaling dari chika.
“kalian juga harus bersiap-siap, kami menggunakan senjata tanpa peredam sedari tadi.. dan dalam mall seperti ini, suara senjata kami akan terdengar sangat jelas.. jadi kemungkinan besar kita akan kedatangan banyak tamu... eoh eunbin aah., ayo kesini.. kau menggunakan stanag milik oppa kan..” kata momo.
“jika kita membersihkan lantai satu persatu akan memakan waktu seminggu lebih.. dan sangat ber resiko.. jadi lebih baik kita mengundang sebanyak mungkin kesini dan membersihkan sisanya nanti..” jelas yuju.
Seperti mengerti mereka semua mulai mengambil posisi menembak. “kalian berdua tolong lindungi mereka dari belakang..” kataku menatap rocky dan sanha. Mereka mengangguk dan bergerak ke arah sinbi, momo dan chika yang sedang bersiaga dengan sniper di tangan mereka.
Beberapa saat kemudian muncul satu zombie yang berlari cepat ke arah kami.
“dia milikku..” kata momo lalu dengan cepat menembak jatuh zombie itu.
Beberapa saat kemudian beberapa zombie lain muncul dan berlari ke arah kami. momo sinbi dan chika mulai menembak jatuh mereka satu persatu.
“baiklah.. sekarang kita tinggal menunggu paket ketiga..” kata nayeon bergerak ke depan. yuju, eunha dan mina mengikuti mereka dan memasang posisi siaga.
Setelah sekitar 2 menit menunggu, akhirnya para zombie lain muncul dan melangkah pelan ke arah kami.
“nayeon aah... seperti biasa..” kataku.
“yoosshh.. semuanya tahan tembakan.. yang memakai shotgun fokus pada head hunter.. minhwa yaa, bunuh slicer yang muncul..” kata nayeon lalu menembak ke arah langit-langit beberapa kali. kerubunan zombie itu mulai melangkah cepat ke arah kami.
“SEKARANG!!!” teriak nayeon. saat itu kami menghujani para zombie itu dengan peluru.
“Minhwa yaa,, Slicer disinii..” kata yoongi tiba-tiba. Minhwa berlari ke depan yoongi. Saat berada di depan slicer itu minhwa seperti terdiam dan menatap slicer itu ketakutan. Saat aku akan bergerak ke arahnya gerakanku terhenti melihat jimin telah lebih dulu berada di belakang minhwa. Jimin memeluk minhwa dari belakang lalu membantu minhwa mengangkat tangannya dan dengan cepat menembak tentakel slicer itu dengan crossbow yang telah kumodifikasi membuat slicer itu jatuh ketanah.
“eohh.. dojoon hyung.. beberapa dari mereka tidak berhenti bahkan saat ditembak di bagian kepala..” kata eunwoo.
Saat itu aku menatap zombie yang semakin dekat dengan eunwoo dan langsung berlari ke arahnya. “Oppaa!!” mina melempar shotgun miliknya ke arahku.
Melihat sobekan besar di bagian perutnya aku menangkap shotgun yang dilempar mina dan langsung mengarahkannya ke perut zombie itu. tembakanku membuat lubang cukup besar di bagian perut zombie itu membuatnya jatuh ke tanah. “apa-apaan dengan zombie ini??” kata minhwa melihat ke arah zombie yang baru saja ku tembak. Di bagian perut zombie itu terbelah secara vertikal dengan sesuatu seperti gigi yang tajam muncul di belahan perutnya.
Saat itu tiba-tiba saja kepala zombie di dekat kami pecah dengan tentakel yang muncul dan langsung bergerak ke arah minhwa. “awass!!” kataku menarik minhwa ke pelukanku dan berputar ke samping membuat tentakel slicer itu menebas bahu kananku. Aku langsung memegang lengan minhwa dan mengangkat tangannya ke arah tentakel slicer itu. seperti mengerti minhwa menembak crossbow yang ia pegang membuat sllicer itu jatuh ke lantai.
Jimin dan chika berlari ke arah kami.
“jjagiya kau tidak apa-apa? aigo ottokhae..” kata jimin membantu minhwa berdiri.
“waahhh,, padahal aku yang terluka disini..” gumamku dalam hati.
“hyung bahumuu beredarah.. aahhh,, gomeeen.. saeng hanya mau menembak zombie yang mendekati minhwa,, tapi tidak tau kalau zombie itu akan berubah menjadi slicer..” chika mencoba membantuku berdiri.
“tidak perlu aku bisa sendiri..” kataku menatap chika dingin.
“hyuunnggg~~~” kata chika dengan mata berkaca-kaca.
Beberapa menit kemudian kami berhasil menembak jatuh seluruh zombie yang datang.
“hyuuuhh,, akhirnya selesai...” gerutu moonbin lalu menjatuhkan diri ke lantai.
“waahh,, kalian ber enam benar-benar hebat.. kalian sudah jadi seperti ini dalam waktu seminggu..” mark menatap member twice dan gfriend yang sedang merapikan senjata mereka.
“haaahh,, kau tidak tau saja latihan apa yang kami ikuti bersama orang disana, oppa..” kata mina menatapku.
“kami sudah pernah membersihkan klinik yang diserang kerumunan zombie sebelumnya.. jadi, ini jadi mudah..” sinbi membanggakan dirinya.
“tapi dojoon oppa.. tadi itu apa?? apa itu evolusi baru lagi??” tanya minhwa.
“eoh.. momo menamakannya eater.. zombie itu tidak menggigit dengan mulutnya, tapi dengan bagian tubuh yang lain.. kalian hanya bisa membunuh zombie itu dengan menembak hancur tempat gigi-giginya muncul.. dengan kata lain, hanya shotgun yang dapat membunuhnya..” jelasku.
Mataku langsung tertuju ke arah member twice dan gfriend. Saat mereka sedang menyiapkan senjata mereka Kami bertujuh melangkah sedikit menjauh.
“oppa.. jika eater muncul disini berarti..” eunha menghentikan kata-katanya.
“benar.. kemungkinan besar ada controler di dalam gedung ini.. hanya mereka yang bisa membuat zombie lain berevolusi dengan cara berbeda seperti itu..” bisikku.
“ughh,, aku punya pengalaman buruk dengan zombie itu..” kata momo.
“haaahh,, kalau saat itu eonnie sampai di gigit, aku tidak tau apa yang harus kukatakan pada member yang lain..” kata mina.
“apa yang kalian bicarakan hyung??”eunwoo muncul dari belakangku.
“tidak ada.. apa kalian sudah bersiap-siap??” tanyaku. Eunwoo mengangguk mengiyakan.
“baiklah kalau begitu.. kita akan berpencar menjadi tiga tim dojoon hyung kau pergi bersama—“ “kalian saja.. ada sesuatu yang harus ku urus sendirian..” kataku memotong perkataan eunwoo. “nayeon dan eunha, yuju dan sinbi, lalu mina dan momo.. mereka ber enam akan menjadi ketua tim.. jadi silahkan bagi menjadi tiga kelompok dan ikuti mereka..” sambungku.
“aa hyungg.. masa kami harus di pimpin wanita sih?? Mau ditaruh dimana muka kami sebagai pria..” kata sanha.
“tentu saja ditaruh di depan... saat kalian diam di markas kami berkeliling dan membunuh banyak zombie dengan berbagai evolusi.. jadi bisa dibilang, kami seonbae sekarang... hehehehe” momo meledek jinyeong mark dan bambam.
“urghh,, baiklah.. kami akan mengikuti kalian..” kata bambam.
“ada yang keberatan??” sinbi mengangkat sniper miliknya menatap tajam para member astro.
“t..tidak noona..” rocky menatap sinbi gugup.
“waaahh,, hanya dalam seminggu dia jadi menakutkan seperti dojoon hyung...” kata moonbin.
“haah,, padahal dulu dia seperti anak kecil.. wabah ini benar-benar bisa merubah orang..” kata eunwoo ikut menatap sinbi.
“2 tim bersihkan zobie yang tersisa dari lantai 1 sampai 5.. tim lain pergi ke lantai 3.. disana ada sebuah koridor yang menghubungkan gedung ini dan gedung lain.. tolong jaga tempat itu, apapun yang terjadi jangan biarkan apapun masuk.. atau keluar...” kataku.
“eum, hyung.. senjatamu??” chika mengangkat snatag yang ia pegang ke arahku.
“bukankah sudah kubilang itu untukmu.. jadi gunakan saja.. dan tolong jangan menggangguku..” kataku membuat chika menundukan kepalanya.
Nayeon mendekat dan membisikan sesuatu ke telinga chika. Seketika itu juga wajah chika kembali tersenyum. “hihihi.. kalau begitu saeng akan menunggu hyung.. jangan terlalu lama marahnya.. saeng kangen pengen ngobrol..” kata chika.
“nayeon aah?? apa kau mau aku mengiyakan apa yang momo minta sebelumnya saat kita di kantor polisi??” tanyaku.
“ciihh,, memangnya apa yang momo minta? Palingan juga jokbal..” kata nayeon meledek.
Aku mengangkat satu keningku. “apa kau yakin?”
Nayeon berpikir sejenak. “andwaee... mian dojoon aah.. tolong jangan...” kata nayeon mengingat yang kumaksud tentang momo yang memintaku untuk menjadi pacarnya.
“yasudah aku akan pergi sekarang.. kalian semua tolong ikuti apapun yang mereka katakan.. kita sedang dalam kondisi gawat sekarang.. mina yaa, aku pinjam shotgun-mu yah..” kataku.
Aku lalu melangkah ke lantai satu untuk mencari zombie controler. “zombie itu biasanya membuat tempat gelap sebagai sarangnya.. jadi untuk sekarang lebih baik aku mencari di basement...” kataku.
Aku melangkah ke arah basement dengan dua handgun mengarah ke depan. saat sedang melangkah di dalam basement, aku melihat noda darah berwarna biru di pipa yang menempel di dinding.
“sudah kuduga..” gumamku dalam hati lalu menyarungkan handgun di tangan kiriku dan menyalakan senter yang telah kusiapkan sebelumnya. saat aku masuk ke bagian dalam basement aku dihadang oleh 3 zombie.
“eaters..” gumamku dalam hati melihat taring di bagian bahu, lengan, dan perut zombie itu. mataku menerawang melihat sekeliling dan mendapati seorang anak kecil meringkuk di depan sebuah generator.
“i got you..” tanpa menunggu lama aku langsung mengarahkan senter yang kupegang ke arah anak itu. anak itu bereaksi dan langsung membalikan badannya.
“Graaaaagghhh!!!!!” teriak anak itu lalu berlari menjauhi cahaya. Saat anak itu berteriak para eaters mulai melangkah ke arahku. aku mengambil shotgun yang kupinjam dari mina dan langsung menembak bagian mulut baru dari ketiga eaters itu membuat mereka jatuh ke lantai.
Setelah membereskan para eaters aku kembali berlari mengejar controler yang menghidariku sebelumnya dan menggiringnya ke atas. Saat controler itu keluar dari pintu basement, cahaya lampu meneranginya membuatnya jatuh terduduk ke tanah sambil menutup kedua matanya.
Saat itu tim yang dipimpin nayeon dan eunha muncul.
“wooowwww.. apa-apaan itu..” kata jimin terkejut saat punggung controler itu terbelah.
Dari punggung controler muncul tentakel besar dengan bagian atas berupa mulut dengan gigi yang panjang dan tajam. “KYAAARRHHH!!!!!!”
“KYAAAAA!!!!” minhwa mengeraskan suaranya terkejut.
“TEMBAK SEKARANG!!” teriakku. Kami menghujani controler itu dengan peluru.
“yang memegang shotgun fokus ke anak kecil itu...” terdengar suara nayeon ditengah suara senjata.
Setelah menghabiskan beberapa peluru menembak tentakel dan induknya, controler itu jatuh dan diam tak bergerak.
Aku menatap nayeon dan eunha lalu menganggukan kepalaku sambil tersenyum. Beberapa saat kemudian tim lain mulai berkumpul disitu setelah mendengar suara senjata yang kami tembakan sembelumnya.
“Omaigat.. what is that!!??” bambam tiba-tiba berbahasa inggris melihat mayat controler yang kami bunuh.
“wuaahh,, akhirnya ketemu yah..” kata sinbi.
“sinbi yaa.. apa itu??” tanya eunwoo.
“aku menamakannya controler.. mereka dapat mengontrol perekembangan virus di tubuh zombie lain dengan mengigitnya.. eaters adalah salah satu evolusi yang ditimbulkan dari gigitan controler.. jadi mereka bisa mengendalikan eaters yang mereka gigit... saat terkena cahaya berlebihan, sistem pertahanan diri controler akan aktif.. tentakel disana adalah sistem pertahanannya.. yang perlu kalian lakukan adalah membunuh induk dan tentakel itu secepat mungkin..” jelas sinbi.
“eehh? bukankah yang harus di waspadai hanya tentakelnya saja?? jadi kenapa tidak hancurkan tentakelnya langsung?” tanya cella.
“haahh,, kami sudah mencobanya... tapi induknya malah berteriak dan memanggil para eaters ke arah kami..” kata eunha.
“aahhh,, kalau begitu tinggal tembak induknya saja.. simpel kan??” kata moonbin dengan entengnya.
Nayeon mendekat ke arah moonbin “yaaa anak kecil.. hal itu akan menyebabkan tentakel itu lepas dari tubuh induknya.. sekarang coba kau bayangkan jika tentakel dengan mulut sebesar itu bergerak dan mengejarmu..”
“aahh eonnieee!!!” momo menatap nayeon kesal. “jangan ingatkan aku dengan hal itu.. aku tidak mau mengingat saat aku dikejar oleh--- aaarrrhh!!!” sambung momo mengacak-ngacak rambutnya sendiri.
“lalu kenapa kalian tidak memberitahu kami.. kami kan bisa membantu.. lagipula akan lebih baik menembaknya saat dia belum berubah..” kata inseong.
“haahh,, itulah alasanku tidak memberi tahu kalian.. kami bertemu dengan zombie ini 5 hari setelah meninggalkan markas.. saat itu momo pikir dia anak kecil yang masih hidup dan mengejarnya..” j