CHAPTER 1 : Got Love
Gadis itu selalu mengunjungi tempat ini setiap tahunnya, tidak ada yang berubah. Pemandangan laut tenang di bawah sana, cahaya kemerlap dari gedung-gedung tinggi pencakar langit di setiap sisi kota, angin malam yang dingin menghembuskan rambut gadis yang kini sedang menatap langit penuh bintang itu. perlahan ia mengangkat tangannya ke atas, menunjuk ke arah bintang di langit “aku..aku ingin kembali ke sana. Entah kapan.. tapi, aku akan kembali ke sana.” Pandangan gadis itu teralihkan oleh kembang api yang sudah mulai bertebaran di langit seoul. “kau sedang menunggu seseorang?” Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing di telinganya, ia menoleh ke arah datangnya suara itu. seorang pria berambut pirang, berkulit pucat yang mengenakan mantel dan syal hitam. Pria itu sedang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan saat ini berjalan mendekat ke arahnya. “p..pak mark? Bagaimana kau bisa di-? Oh. Maksudku.. apa yang kau lakukan sendirian di sini?” gadis itu melebarkan matanya dan menatap pria itu bingung. “bukankah harusnya aku yang bertanya seperti itu, hana? apa yang kau lakukan di sini? Sendirian? Bukankah seharusnya kau ada bersama denganku saat ini untuk makan malam?!” jawab pria itu dengan sedikit nada jengkel. “oh?” hana kini terlihat kebingungan, ia menundukkan kepalanya ke bawah, tak berani menatap pria itu lagi. “kau sudah ada janji dengan seseorang di sini? Karena itulah kau tidak mau makan malam denganku?” mark menolehkan wajahnya mendekat ke arah gadis itu. spontan hana memundurkan wajahnya ke belakang “ten..tentu saja tidak. Aku sedang tidak menunggu seseorang.” Hana masih tidak berani menatap mata pria itu. mark memundurkan wajahnya dari hana. mendengar jawaban yang keluar dari mulut gadis itu, mark menghembuskan nafas lega, “benarkah? Aku lega mendengar itu. ku kira kau tidak ingin makan malam denganku karena dirinya..” kini seulas senyum manis terpancar di wajah pria itu yang membuat hana bertanya, mengapa pipinya terasa panas. “dirinya? Maksud bapak? Siapa..?” hana menaikkan kedua alis tebalnya. “ PASS! Bagaimana jika aku yang bertanya sekarang?” pria itu menatap kedua mata bulat hana secara bergantian. “jadi..apa alasanmu tidak datang ke ruanganku? Dan bertanya mengenai makan malam kita?” pria itu masih meletakkan kedua tangannya di dalam saku mantel berwarna hitamnya. “aku... emm.. aku kira..” hana menjawab sambil menatap gedung-gedung tinggi di belakang bahu pria itu. “ya? Aku kira...?” ucap mark, tak sabar menanti jawaban gadis itu. “aku kira.. bapak membatalkannya,” hana segera melanjutkan setelah melihat ekspresi pria di hadapannya itu mulai berubah, “karena aku merasa akhir-akhir ini sikap bapak berubah begitu dingin padaku” gadis itu kini kembali menundukkan kepalanya ke bawah, “bapak sudah tidak pernah tersenyum saat berpapasan denganku, bahkan...bahkan bapak selalu terlihat sangat sibuk, karena itu aku berpikir bapak tidak punya waktu akan itu dan aku pun tidak berani menanyakannya di tengah kesibukan bapak” kali ini terdengar nada jengkel dari jawaban gadis itu. “benarkah alasannya karena itu??” ucap mark cepat, spontan memajukan wajahnya ke arah gadis itu, hana yang kaget dengan reaksi pria di hadapannya itupun hampir terjatuh ke belakang. Seketika hana merasakan tangan besar yang terasa hangat sedang merangkul erat pinggangnya, dan satu tangan besar hangat yang lain menggenggam lengannya. Jarak pria itu dengan hana sangat dekat hingga mark baru menyadari bola mata gadis di hadapannya selama ini berwarna cokelat. Hana tidak mengetahui alasan mengapa jantungnya berdegub sangat kencang, begitu kencangnya hingga ia takut pria itu dapat mendengarnya. Hening sejenak. Mark masih menelusuri wajah gadis itu dari dekat, kini seulas senyum muncul di bibir pria berhidung