CHAPTER 1 : JINYOUNG-SSI, YOU'RE MY DESTINY
JINYOUNG-SSI, YOU’RE MY DESTINY
Main Cast :
Park Jin Young (GOT7)
Sandara (OC)
Park Jae Young As Ayah Jinyoung (OC)
Lee Yoon Mi As Ibu Jinyoung (OC)
Genre : Teen Romantic, University
Author : Juliani Pradana Safitri
Pagi itu, tepat tanggal 29 agustus 2015 adalah hari pertama Sandara kuliah di Seoul National University. Sandara adalah siswi asal indonesia yang pintar di Fakultas Manajemen di suatu Universitas ternama di Jakarta. Ia sudah semester 5, berkat kepintarannya ia mendapatkan beasiswa untuk kuliah diluar negeri. Beasiswa luar negeri yang ada di universitas itu adalah beasiswa untuk belajar di Korea. Sandara berangkat dari indonesia 6 Juli 2015 dan ia diberi tempat tinggal oleh universitasnya di sebuah apartement yang dekat dengan Seoul National University. Hari itu, ia berangkat kuliah dari apartement nya jam 07:00 KST karena ia harus mengikuti mata kuliah yang akan dimulai pukul 08:00 KST. Karena ia hanya seorang diri selama berada dikorea dan ia hanya dibekali perkenalan dan percakapan sehari-hari dalam bahasa Korea, ia sempat kebingungan untuk mencari ruang mana yang harus ia ikuti mata kuliahnya ketika di kampus. Ia pun hanya bisa terduduk diam disebuah bangku taman kampus.
“hai... kamu siswi baru ya di kampus ini” (tanya seorang lelaki bersuara lembut dengan menggunakan bahasa Korea)
“ah? apa?” (Sandara mencoba menggunakan bahasa Korea)
“tampaknya kamu memang siswi baru dikampus ini dan pindahan bukan dari Korea jadi kamu tidak mengerti bahasa Korea” (lelaki itu kembali berbicara menggunakan bahasa Korea)
“what you say? can you tell me where class of manajemen?” (Sandara mencoba berbicara menggunakan bahasa inggris kepada lelaki yang belum ia ketahui namanya itu)
“yes, i know. I will tell you where class of manajemen. But, what’s your name?” (lelaki itu juga membalasnya dalam ucapan bahasa inggris)
“nae ireum? Ah... annyeonghaseyo Joneun Sandara imnida. Indonesiaesseo watseumnida. Bangapseumnida” (Sandara mencoba menggunakan bahasa korea yang telah ia pelajari sebelum ke Korea).
“ne, nado annyeonghaseo. nado bangapseumnida Sandara-ssi. Joneun, Park Jin Young imnida” (Jinyoung pun memperkenalkan dirinya)
“Sandara-ssi, follow me if you want to know where class of manajemen” (Jinyoung menJinyoung-ssi” (Sandara menuruti perkataan Jinyoung)
Setibanya mereka didepan ruang kelas manajemen, mereka berdua pun langsung memasuki kelas.
(berbicara dalam hati) “namja ini kenapa selalu mengikuti ku ya? Kenapa juga dia masuk ke kelas manajemen? Ah sudahlah bukan urusanku juga kenapa namja ini mengikuti ku”
Dosen pun memasuki ruang kelas, namun hanya untuk menjelaskan sedikit materi tentang manajemen keuangan lalu memberikan tugas. Dan mata pelajaran pun selesai....
“Sandara-ssi..?” (Jinyoung memanggil Sandara yang hendak pulang)
“ne... waeyo?” (Sandara menghampiri Jinyoung)
“aniyo... where do you live?” (tanya Jinyoung)
“i live in apartement” (jawab Sandara singkat)
“Park Jae Apartement? Right?” (tanya Jinyoung lebih detail)
“ne Jinyoung-ssi. mianhaeyo, i must comeback to my home. See you later” (Sandara meninggalkan Jinyoung)
Sesampainya di apartement......
“huh.... lagi-lagi namja itu mendekatiku dan mencoba mencari tau kehidupanku secara pribadi. Apa sebenarnya maksud namja itu mendekatiku?” (pikir Sandara)
“aku ga habis pikir jika akan ada namja seperti dia yang sungguh menyebalkan ya walaupun sepertinya dia orang yang baik” (lanjutnya....)
Keesokan harinya, Sandara ada jam mata pelajaran yang harus diikuti. Dan lagi-lagi Jinyoung ada didalam kelas itu. Karena hanya tersisa satu bangku yang kosong disamping kanannya Jinyoung, dengan terpaksa Sandara harus duduk disitu karena ia terlambat.
“Jinyoung-ssi... why you in here?” (tanya Sandara)
“i’m student of manajemen too” (jawab Jinyoung)
“jadi, selama ini kamu mengikuti ku karena kita satu jurusan?” (Sandara sudah mulai menggunakan bahasa korea)
“iya, aku sama sepertimu, aku juga pelajar di kelas manajemen” (jawab Jinyoung membenarkan pertanyaan Sandara)
“maaf, jika aku telah berfikir yang tidak baik tentangmu” (Sandara meminta maaf kepada Jinyoung atas kesalahpahamannya)
“iyaa ga masalah kok buat aku” (seru Jinyoung yang merasa tidak keberatan akan hal ini)
Sebulan pun telah berlalu. Sandara dan Jinyoung pun menjadi teman baik. Bahkan ketika mereka berada dikampus, mereka sering digosipkan oleh teman satu jurusannya bahwa mereka berdua sedang berpacaran. Sandara pun telah mencoba mengajari bahasa indonesia dan memberitahu kebudayaan Indonesia kepada Jinyoung dan begitu pun sebaliknya sehingga mereka sudah bisa berbahasa Korea dan Indonesia. Namun tidak disangka-sangka, bahwa kini Jinyoung memiliki perasaan kepada Sandara.
“Sandara, kemarilah....” (Jinyoung memanggil Sandara dari kejauhan)
“iya Jinyoung” (Sandara langsung menghampirnya)
“ada apa memanggilku?” (lanjut Sandara)
“aku ingin menyampaikan suatu hal ke kamu. Tapi aku mohon dengerin aku...” (Jinyoung mencoba memberitahukan isi hatinya kepada Sandara)
“iyaa Jinyoung, aku akan mendengarkanmu. Berbicaralah” (kata Sandara)
“kamu masih ingat awal kita bertemu? Kamu tau saat aku mulai mendekatimu sejak saat itu?” (tanya Jinyoung)
“iyaa aku ingat, saat ada orang baik yang tiba tiba bantuin aku buat ngasih tau dimana kelas manajemen” (jawab Sandara)
“sejak saat itu juga, rasa itu mulai muncul. Entah apa alasannya, intinya aku sayang sama kamu ya walau awalnya aku cuma suka sama kamu tapi rasa ini lama-lama bertambah hingga jadi sayang saat ini. Kamu mau jadi pilihan hatiku yang terakhir?” (Jinyoung langsung mengungkapkan isi hatinya)
“Jinyoung –ssi, kamu yakin akan pilihan hatimu?” (tanya Sandara penuh keraguan)
“ne, aku yakin untuk menjadikanmu sebagai pilihan hatiku. Kamu bisa kasih aku jawabannya hari ini juga?” (Jinyoung mencoba meyakinkan Sandara)
“sebenarnya, aku juga suka sama kamu, Jinyoung -ssi tapi aku belum mempunyai perasaan sayang kepadamu seperti kamu sayang kepadaku. Aku bingung harus nerima kamu atau engga karena aku belum bisa sayang sama kamu, aku takut kamu kecewa” (jelas Sandara)
“Sandara-ssi, rasa sayang itu akan muncul seiring dengan berjalannya waktu. Jadi aku masih memakluminya kalo emang kamu belum ada rasa sayang sama aku untuk saat ini. Aku harap kamu bisa nerima aku...” (Jinyoung berharap penuh kepada Sandara)
“ne, Jinyoung -ssi... arraseo... baiklah, kita jalanin dulu” (Sandara menerima Jinyoung)
“benarkah? Aku janji, aku akan selalu menjagamu, mencintaimu, dan menyayangimu. Aku akan terus berjuang untuk cinta kita” (janji Jinyoung kepada Sandara)
Baru kali ini, ada seorang yang mampu menaklukan hatinya Jinyoung. Selama ini Jinyoung dikenal dikampus sebagai cowok yang paling dingin sama perempuan. Bahkan pernah ada senior dan juniornya Jinyoung dikampus yang hampir di DO ( Drop Out) dari kampus karena berantem untuk memperebutkan hati Jinyoung.
Tepat 10 Oktober 2015 adalah hari jadian Jinyoung dengan Sandara. Sekarang, Sandara sudah tidak canggung lagi untuk memanggil Jinyoung dengan sebutan “Oppa”. Mereka berdua lahir di tanggal dan tahun yang sama. Jinyoung lahir pada tanggal 22 September 1994 sedangkan Sandara lahir pada tanggal 22 November 1994.
“Oppa, aku pulang dulu yaa”
“Biar aku anterin kamu pulang yaaa?”
“tidak usah, nanti aku pasti bakalan bikin oppa repot. Gapapa kok biar aku pulang sendiri aja”
“udah gapapa ayoo naik mobil aku. Biar aku anter kamu sampe rumah” (Jinyoung menarik tangan Sandara dan mengajaknya masuk ke mobilnya)
Selama perjalanan mereka berbicara tentang kehidupan mereka secara pribadi agar mereka dapat saling mengenal lagi. Tidak terasa, mereka sudah sampai di depan apartement yang ditempati oleh Sandara.
“oppa, makasih udah nganterin aku pulang. Oppa, saranghae”
“Nado saranghae Sandara”
Setelah Sandara masuk ke apartement, Jinyoung bertemu dengan ayahnya. Jinyoung merupakan anak tunggal dari pemilik Park Jae Apartement yaitu Park Jae Young dengan Lee Yoon Mi. Jinyoung terlahir dari keluarga yang sangat kaya, namun ia meminta kepada orang tuanya agar tidak memfasilitasinya dengan kekayaan yang orang tuanya miliki karena ia ingin berusaha seperti ayahnya tanpa bantuan dari orang tuanya. Hal itulah yang membuat Park Jae Young dan Lee Yoon Mi bangga kepada Jinyoung
“Jinyoung, kamu ngapain disini?” (ayah Jinyoung menghampirinya)
“appa, aku disini abis nganterin pacar aku pulang. Dia tinggal di apartement ini, appa”
“pacar? Siapa perempuan itu? Bagaimana bisa dia menaklukan hati anak appa yang sungguh dingin terhadap perempuan” (tanya ayah Jinyoung penuh penasaran)
“ahh appa bisa aja, tenang aja appa, nanti juga bakal aku kenalin ke appa sama eomma kok tapi waktunya bukan sekarang”
“oke, nanti appa tunggu dirumah”
“appa, mau pulang bareng aku?”
“tidak, appa masih banyak kerjaan disini. Appa harus nemuin klien yang mau nyewa tempat ini buat lokasi syuting. Kamu pulang duluan aja. Nanti kita makan malam bersama”
“ne appa. Aku pulang dulu”
...... 3 bulan kemudian......
Jinyoung berencana mengenalkan Sandara kepada orang tuanya, dia menjemput Sandara di apartementnya. Saat itu, Sandara sangat gugup karena ia bingung hal apa yang harus dia lakukan nanti untuk menarik perhatian kedua orang tua Jinyoung agar hubungan mereka direstui. 15 menit berlalu, Sandara telah keluar dari apartementnya dengan pakaian dress putih dengan menggunakan heels hitam. Ia juga tak lupa untuk berdandan secantik mungkin namun tidak berlebihan.
“jagiya.... kamu cantik sekali memakai dress putih ini. Kamu benar-benar cantik sekali malam ini” (puji Jinyoung)
“ahhh oppa... jangan buat aku tersipu malu” (wajah Sandara mulai memerah)
“yuk kita jalan. Orang tua aku udah nunggu dirumah. Udah siap jagiya?” (Jinyoung menggenggam tangan Sandara)
“ne jagiya...”
Sepanjang perjalanan Sandara hanya merasakan gugup, ia takut orang tua Jinyoung tidak merestui hubungan mereka.
“jagiya... aku sangat gugup sekali. aku ga pernah deg-deg’an seperti ini bahkan deng-deg’an ini melebihi saat aku bertemu denganmu“
Melihat Sandara yang sangat deg-deg’an ingin bertemu kedua orang tua Jinyoung, Jinyoung mencoba untuk menenangkan Sandara dan menggenggam tangan Sandara agar ia merasa lebih tenang.
Sesampainya dirumah Jinyoung....
“udah ya jagiya, kamu harus tenang. Kamu pasti bisa kok ngambil hati kedua orang tuaku” (Jinyoung menggandeng tangan Sandara untuk memasuki rumahnya)
“iyaa jagiya”
Orang tua Jinyoung sudah menunggu kehadiran mereka diruang keluarga..
“appa... eomma...” (sapa Jinyoung kepada orang tuanya yang sudah menunggunya sejak tadi)
“ohh anakku.....” (panggil eommanya Jinyoung sambil menghampiri dan memeluk Jinyoung)
“eomma... bogosiphoyo...” (Jinyoung memeluk erat eommanya)
Eommanya Jinyoung melepaskan pelukannya dari Jinyoung. Dan mereka duduk di sofa.
“eomma... appa... kenalin, ini pacar aku, Sandara. Dia awalnya hanya teman sekelasku dan kami bertemu saat Sandara pertama kali pindah ke kampusku. Sandara pindahan dari Indonesia” (Jinyoung memperkenalkan Sandara kepada kedua orang tuanya menggunakan bahasa korea)
“Sandara-ssi....” (ibu Jinyoung mencoba untuk akrab dengan Sandara)
“ne, eommoni...” (Sandara membalas sapaan akrab ibunya Jinyoung)
“kamu sungguh pintar yaa hingga mendapat beasiswa untuk kuliah diluar negeri” (ibu Jinyoung memuji Sandara)
“ah, aniyo eommoni. Aku tidak begitu pintar seperti yang eommoni pikirkan” (Sandara merendah diri)
“Sandara, ini appa aku, Park Jae Young” (Jinyoung memperkenalkan ayahnya kepada Sandara)
“annyeonghaseo abeoji” (sapa Sandara dengan sopan)
“ne, nado annyeonghaseo Sandara-ssi” (ayah Jinyoung membalas sapaan Sandara dengan ramah)
“abeoji, bukankah pemilik apartement Park Jae Apartement?” (Sandara kaget ketika melihat ayahnya Jinyoung)
“ne, appa pemilik Park Jae Apartement. Bagaimana kamu bisa tahu Sandara-ssi?” (tanya ayah Jinyoung)
“aku pernah sekali melihat abeoji ketika sedang keluar dari ruang direktur Park Jae Apartement” (Sandara menjawab pertanyaan ayahnya Jinyoung)
“oh,, ne Sandara-ssi. ternyata daya ingatmu cukup tinggi juga yaa” (ayah Jinyoung memuji Sandara yang mampu mengingat wajahnya dalam satu kali pertemuan)
Melihat dari kedekatan ibunya dengan Sandara, Jinyoung merasa bahwa kedua orang tuanya sangat setuju dengan Sandara. Jinyoung sangat senang melihat kedekatan kedua orang tuanya dengan Sandara, pacarnya.
“Sandara-ssi, ayo kita makan bersama..” (ajak ibunya Jinyoung)
“ne, eommoni” (Sandara pun duduk disamping Jinyoung)
Setelah mereka selesai makan, Sandara pun berpamitan untuk pulang. Jinyoung pun mengantarkan Sandara untuk pulang ke apartementnya.
“appa... eomma... aku pamit pulang dulu ya” (Sandara berpamitan kepada kedua orang tua Jinyoung)
“ne Sandara-ssi” (jawab kedua orang tua Jinyoung)
Sesampainya di apartement Sandara......
“jagiya, makasih udah nganterin aku pulang sampe rumah”
“ne jagiya, kamu jangan lupa makan trus istirahat yaa kalo kamu cape” (kata Jinyoung)
“iya jagiya, kamu juga yaa jangan lupa makan dan jaga kesehatan kamu” (kata Sandara)
Jinyoung pun langsung pulang kerumah setelah mengantarkan Sandara ke apartement nya...
Tidak terasa mereka sudah 1,5 tahun berpacaran dan sudah waktunya pula untuk Sandara kembali ke indonesia karena waktu belajarnya diluar negeri sudah hampir selesai dan tinggal menunggu waktu untuk wisuda.
“oppa, bagaimanakah hubungan kita setelah ini? Akankah hubungan kita berakhir sampai nanti kita wisuda?” (Sandara menanyakan kelanjutan hubungannya dengan Jinyoung)
“aku ga akan berenti berjuang sampai sini aja Sandara. Aku masih ingin menjalin hubungan denganmu” (Jinyoung berusahan meyakinkan Sandara bahwa dirinya tidak ingin mengakhiri hubungan dengan Sandara)
“benarkah oppa? Maukah oppa berjanji kepadaku?”
“iya jagiya, aku janji”
(mereka berdua pun telah membuat janji untuk selalu bersama walau jarak memisahkan mereka)
..... Hari wisuda pun tiba ......
Orang tua Sandara pun rela terbang dari Indonesia ke Korea demi menyaksikan anaknya menjadi seorang sarjana. Setelah acara wisuda selesai dan Sandara pun telah mengurus semua berkas kelulusannya dari Seoul National University, orang tua Sandara berniat untuk mengajak Sandara untuk tinggal di Indonesia lagi. Sandara yang merasa sangat tidak sanggup untuk meninggalkan Jinyoung di Korea, akhirnya membiarkan Jinyoung untuk mencari pengganti dirinya. Mau tidak mau, Sandara harus ikut dengan orang tuanya yang sudah kurang lebih tidak ia temui selama 2 tahun dan harus meninggalkan Jinyoung.
“anakku... ibu sudah memesan tiket pesawat untuk kita pulang ke indonesia. Pesawatnya akan take off hari ini jam 3 sore” (ibunya Sandara memberikan tiket kepada dirinya)
“ne, emmoni” (Sandara mengucapkan dalam bahasa korea)
“maaf bu, aku sudah terbiasa menggunakan bahasa korea jadi sudah menjadi kebiasaan bu. Maksudku tadi, iyaa bu” (lanjut Sandara)
“sudah, lebih baik kalau kamu sekarang menyiapkan semua barang-barang kamu untuk dibawa pulang lagi ke indonesia” (usul ayahnya Sandara)
Sandara pun menyiapkan barang-barangnya ke dalam koper. Ia sengaja tidak ingin memberitahu Jinyoung bahwa hari ini dirinya akan pulang ke negara asalnya, indonesia. Karena ia fikir, hal ini akan mengganggu Jinyoung yang sedang mengurusi surat-surat kelulusan serta penyerahan kepemilikan apartement ayahnya yang akan diberikan kepadanya. Sandara berniat untuk memberitahu Jinyoung keesokan harinya.
Sandara dan keluarganya sudah ada dibandara ....
“huft.... benar saja dugaanku kalo hari ini Jinyoung tidak akan menghubungiku karena kesibukannya” (Sandara sedikit kesal karena Jinyoung tidak menemuinya dibandara)
“kamu kenapa sayang?” (tanya ibunya Sandara)
“engga kok bu, aku gapapa” (Sandara berusaha menyembunyikan kekesalannya kepada Jinyoung)
Kemudian, Sandara dan keluarganya masuk kedalam pesawat dan siap terbang ke Indonesia. Dan pesawat yang ditumpangi oleh Sandara tiba di Indonesia pukul 20:45 PM. Jinyoung yang kala itu baru menyadari bahwa Sandara hari ini sudah kembali ke indonesia, sangat menyesal karena ia harus membiarkan Sandara pergi begitu saja tanpa mengucapkan satu kata pun walau hubungan mereka belum berakhir.
“jagiya.... apa kamu sudah tidur?” (pesan singkat dari Jinyoung)
“belum” (Sandara membalasnya dengan emot kesal)
“kamu kenapa? Apa kamu marah karena tadi aku tidak mengantarkanmu kebandara?” (tanya Jinyoung)
“tidak juga” (balas Sandara singkat)
“ya sudah kalo emang kamu ga marah” (balas Jinyoung)
Semenjak saat itu, mereka sudah sangat jarang berkomunikasi lagi tetapi hubungan mereka belum juga berakhir. Sudah sekitar 1 tahun mereka seperti ini namun mereka tetap setia pada hubungan dan janji mereka dan saling percaya satu sama lain.
Karena rasa rindu Sandara yang begitu dalam kepada Jinyoung, Sandara pun menulis surat untuk Jinyoung namun Sandara tidak pernah berfikir untuk mengirim suratnya ke Korea agar dibaca oleh Jinyoung.
“oppa apa kabar mu di korea? Aku sangat merindukannya, aku benar-benar sangat merindukannya. Bogosipeo, jagiya. aku fikir jika aku akan terus seperti ini, aku akan mati karena harus merindukanmu oppa. apa yang harus aku lakukan disini? Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain mendoakanmu agar selalu dalam keadaan sehat disana dan tidak mengingkari janji yang telah kita buat bersama. Oppa? Sampai kapan kita akan seperti ini? Seperti bunga yang mengharapkan lebah menghampirinya dan menyebarkan bunga sari kepada sang bunga, seperti itu juga aku mengharapkan kehadiran oppa disini untuk meluapkan rasa rinduku terhadap oppa. Oppa? Pernahkah kau berfikir tentang diriku disana? Pernahkah kau mengingatku disaat kesibukanmu? Oppa... seandainya oppa tau kalo aku sudah membuat lagu untuk mengisi waktu luangku dikala aku sedang merindukanmu. Sebuah lagu yang aku buat khusus untuk dirimu yang berjudul “YOU’RE MY DESTINY”. Aku akan menyanyikan lagu ini ketika suatu saat oppa menemuiku. Oppa, aku benar-benar mencintaimu. Aku benar-benar merindukanmu” (isi surat Sandara untuk Jinyoung)
Hari ini, tepat tanggal 1 april 2018 Jinyoung harus ke Indonesia karena ada hubungan kerjasama antar perusahaan yang mengharuskan pemiliknya untuk datang langsung dan mensurvei langsung perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaannya Jinyoung. Jinyoung sengaja tidak memberi tahu Sandara bahwa dirinya akan ke Indonesia untuk melanjutkan bisnisnya agar lebih sukses dan tentunya untuk menemui Sandara. Tidak berlama-lama, Jinyoung pun langsung berangkat ke Indonesia.
Sesampainya Jinyoung di Indonesia, ia langsung mengurusi semua tentang kesepakatan kerjasamanya dengan perusahaan di Indonesia. Jinyoung yang baru pertama kali datang ke Indonesia jadi ia tidak mengetahui banyak hal termasuk tentang jalan yang ada di indonesia tetapi ia mengetahui alamat tempat tinggal Sandara. Jinyoung berencana untuk pergi kerumah Sandara yang tertera dialamat yang waktu itu Sandara berikan padanya.
Setelah selesai mengurus kerjasamanya.
“apa yang harus aku bawa kerumah Sandara? Bunga? Atau Coklat? Atau hal lainnya?” (fikir Jinyoung)
“baiklah aku akan membeli seikat bunga mawar merah dan sebuah cincin berlian untuk Sandara” (lanjutnya)
Jinyoung pun tiba didepan rumah Sandara setelah menumpangi taksi. Jinyoung pun langsung menelfon Sandara.
“Sandara, keluarlah” (Jinyoung menelfon Sandara)
“keluar kemana oppa? Baiklah” (jawab Sandara)
Sandara pun kaget karena Jinyoung ada didepan rumahnya tanpa mengabarinya.
“oppa.. bogosipeo...” (Sandara berlari dan memeluk erat Jinyoung)
“nado bogoshipoyo” (Jinyoung memeluk erat Sandara)
Mereka pun berbincang-bincang tentang kehidupan mereka selama tidak saling berkomunikasi.
“oppa... aku punya sebuah lagu yang khusus aku buat untuk oppa. Aku nyanyikan ya oppa?”
“ne jagiya”
Sandara pun menyanyikan lagu Forever Love sambil bermain gitar....
(Sandara pun selesai bernyanyi)
Jinyoung sangat terharu begitu mendengar lagu yang dinyanyikan oleh Sandara untuknya. begitupun Sandara ia juga menangis karena menyanyikan lagu ini dengan menghayati lagunya. Lalu, Sandara memberikan surat yang dulu sempat ia buat untuk Jinyoung.
“oppa... bacalah... disaat aku merindukanmu namun tidak dapat mengungkapkannya kepadamu, aku hanya mengungkapkannya disurat ini” (Sandara memberikan suratnya kepada Jinyoung)
Jinyoung yang membaca isi surat Sandara, menangis tersedu-sedu. Ia tak menyangka bahwa Sandara sangat mencintai dan menyayanginya. Ia tidak tau bahwa selama ini telah membuat orang yang ia sayang harus sesak karena menahan rindu untuknya.
“jagiya... mianhae karena selama ini telah membuatmu selalu merindukanku. Sejujurnya, akupun merasakan hal yang sama sepertimu” (kata Jinyoung kepada Sandara)
Sandara hanya bisa menangis karena pertemuan ini....
“Sandara, maukah kau menjadi istriku?” (Jinyoung melamar Sandara)
“ne, jagiya, aku mau menjadi istrimu” (jawab Sandara)
Jinyoung memakaikan cincin berliannya dijari manis Sandara...
“sekarang, aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu seperti yang dulu aku lakukan. Aku janji...”
“ne oppa”
“sudah kamu jangan menangis lagi” (Jinyoung mengusap air mata Sandara)
“ne jagiya”
Sebulan setelah pertemuan itu, akhirnya mereka pun memutuskan untuk menikah dengan menggunakan dua adat yang berbeda negara. Pernikahan itu dirayakan di Korea dan Indonesia. Setelah 1 tahun menikah dan memutuskan untuk menetap di Korea, akhirnya Sandara dan Jinyoung dikarunia anak kembar perempuan dan laki-laki yang bernama Park Jun Young (laki-laki) dan Park Hae Young (perempuan). Dan sekarang mereka hidup menjadi keluarga yang sangat bahagia.
Tamat......