CHAPTER 2 : Complete
Seperti selayaknya, hubungan itu menjadi makin dekat. Namun, kedekatan ini tidak biasa. Mereka sebenernya sama-sama memiliki perasaan yang sama, namun sampai detik ini tidak ada yang berani mengatakan duluan.
Suatu malam, mereka baru saja selesai melihat pertunjukan drama musikal. Setelah mereka membeli hamburger untuk Minah dan hot dog untuk Minhyuk, mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju halte bis.
“Ini baru pukul 11.30. Apa kau ingin buru-buru pulang, Minah?” tanyaMinhyuk.
“Ani. Waeyo?” jawab Minah sambil menggigit hamburgernya
“Bagaimana kalau kita tidak usah naik bus ke apartemenmu. Aku sedang ingin jalan-jalan, hehe. Tapi bila kau merasa capek, tidak usah juga tidak apa-apa,” kata Minhyuk.
“Good idea! Kebetulan aku pun jarang melewati jalur ini menuju apartemenku. Kaja” jawab Minah sambil tersenyum.
Walaupun sudah banyak hal mereka bicarakan, namun sampai saat ini bahan untuk diobrolkan pun masih ada. Jalanan yang mereka lewati memang tidak terlalu ramai karena kawasan ini sudah masuk ke perumahan, beda dengan jalur satu lagi yang ramai karena itu memang jalan raya.
“Minah-ya, aku ingin menanyakan sesuatu.Tapi bila kau tidak ingin menceritakan tak apa-apa,” kata Minhyuk.
“Ne. Silakan saja,” jawab Minah sambil menggigit hamburgernya lagi.
“Saat pertemuan pertama kita di pesawat itu, kenapa kau terbangun dalam keadaan menangis? Kau bermimpi tentang apa memangnya?” tanya Minhyuk panasaran. Tiba-tiba saja Minah langsung berhenti
mengunyah. Tak ada jawaban yang dikeluarkannya hingga beberapa detik. Lalu dia menghembuskan nafas dan mulai bercerita.
“Aku pernah mempunyai hubungan yang sangat dekat seorang laki-laki. Umurnya di atasku empat tahun. Kami sudah dekat sejak aku masih SD. Kami dekat karena memang keluarga kami adalah teman baik. Dia adalah cinta pertamaku, namanya Cha Baro . Setelah Baro oppa lulus SMA, dia ikut orang tuanya ke Jepang, kami pun lost contact. Hingga seminggu setelah kelulusan SMAku, Baro oppa kembali ke Korea. Aku sangat merindukan laki-laki itu. Namun dia tidak datang sendiri, dia bersama seorang gadis. Gadis itu sangat cantik. Ternyata gadis itu adalah tunangannya dan saat ini mereka telah menikah.” Minah diam sekitar 5 detik dan mulai melanjutkan ceritanya.
“Selama ini ternyata Baro oppa hanya menganggapku adik saja. Saat pesta pernikahan mereka, aku menjadi orang termunafik di tempat itu. Saat semua orang berbahagia melihat mereka bersanding berdua di pelaminan, hanya aku yang menangis dalam senyuman dan berpura-pura tertawa. Aku berusaha untuk bertahan agar aku tidak menangis di pesta itu dan aku berhasil, haha,” jelas Minah sambil menyeka air matanya yang hampir keluar.
“Baro oppa pernah memberikan aku sebuah kalung berliontin kura-kura, dan dibelakangnya terdapat
inisial kami. ‘BM’. Tapi kalung itu hilang, hahaha. Mungkin dengan hilangnya kalung itu, aku bisa melupakan Baro oppa,” tambah Minah sambil dia berusaha tersenyum.
“Kalung bentuk kura-kura? Seperti ini?”Minhyuk mengeluarkan sebuah kalung seperti yang dideskripsikan Minah tadi dari dompetnya lalu memberikannya pada Minah. Minah mengambilnya dan terlihat sangat terkejut.
“Ba-bagaimana ini bisa ada padamu?” tanya Minah.
Dia sepertinya akan benar-benar menangis sekarang. Matanya sudah mulai berkaca-kaca menatap kalung itu. Benar itu adalah kalungnya karena ada inisial ‘BM’ di tempurung kura-kura itu.
“Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya. Apa kau ingat seorang laki-laki pernah berbagi payung denganmu saat melewati jalan Apgeujeong? Itu aku,” jelas Minhyuk.
~~~
Malam itu, Minhyuk sedang berada di sebuah minimarket, membeli kopi dan beberapa mie instan. Setelah membayar ke kasir, dia pun berjalan keluar. Di depan minimarket itu dia melihat seorang gadis sedang menggerutu karena hujan dan dia lupa membawa payung.
“Eotteokkhae? Tadi sore saat aku keluar, langit cerah. Kenapa sekarang hujan tiba-tiba. Aish, apalagi ini sudah malam. Aku harus segera sampai ke halte atau aku tidak akan dibukakan pintu oleh Sojin eonni. Dia sekarang pasti sedang marah-marah. Aish, jinjja,” kata gadis itu kesal.
“Apa kau ingin ikut denganku? Ah, maksudku, arah ke rumahku akan melewati halte di ujung jalan sana. Aku dengar samar-samar kalau kau harus segera pulang. Ya, itu pun kalau kau mau. Aku hanya ingin membantu,” kata Minhyuk dengan ekspresi canggung. Gadis itu sempat melihat Minhyuk dari atas ke bawah. Memang Minhyuk tidak terlihat seperti pemuda yang jahat. Namun tetap saja gadis itu ragu.
“Nan nappeun namja aniya,” tambah Minhyuk seperti menjawab tatapan gadis itu.
“Jinjjayo? Hm, aku memang harus segera sampai rumah saat ini. Kalau tidak merepotkan, aku mau ikut,”
jawab gadis itu.
“Jinjja. Aku hanya khawatir kalau kau masih berada di tempat sepi sendirian seperti ini. Kaja,” kata Minhyuk. Mereka pun berjalan meninggalkan minimarket itu. Karena payung yang Minhyuk bawa tidak terlalu besar, jadi pundak mereka tetap basah.
“Ah, mian. Aku tidak membawa payung yang cukup besar,” kata Minhyuk sambil menggaruk tengkuknya
yang tidak gatal.
“Gwaenchanha. Sebentar lagi kita akan sampai kan, haha,” kata gadis itu.
Akhirnya mereka sampai di halte bus itu. Pas sekali karena bus yang ingin dinaiki gadis itu datang. Setelah mengucapkan terima kasih, gadis itu pun menaiki bus dan bus itu pun jalan. Saat Minhyuk ingin melangkah, dia melihat sebuah kalung terjatuh di dekat sandalnya. Dia mengambilnya dan yakin itu adalah milik gadis itu. Tapi terlambat, bus itu sudah cukup jauh bila Minhyuk ingin memanggilnya kembali. Akhirnya, dia menyimpan kalung itu di dompetnya.
~~~
“Baro oppa...” kata Minah sambil menggenggam kalung itu. Suaranya lirih. Minah menangis sambil menunduk. Entah atas dasar apa, Minhyuk langsung menarik dan memeluk Minah. Mungkin dengan begini, perasaan Minah bisa lebih baik pikirnya.
“Sudahlah. Kau jangan memikirkan dia lagi. Mereka berdua telah bahagia sekarang. Kita tidak boleh mengganggu kebahagian orang lain, kan? Suatu hari kau pun akan menemukan kebahagianmu sendiri,” kata Minhyuk.
Minhyuk memeluk Minah begitu erat lalu menciumnya. Minhyuk pun sebenarnya tidak sadar kenapa dia melakukan ini. Minah sendiri pun tidak menolak saat dicium Minhyuk. Entah kenapa perasaannya menjadi sedikit tenang. Tetapi setelah sama-sama tersadar dengan keadaan, mereka pun sama-sama menjauh. Terlihat bahwa mereka sama-sama malu. Kemudian keheningan dan kecanggungan pun muncul. Mereka sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing.
“M-mianhae.” Minhyuk mulai memecah keheningan itu.
“Eum, gwaenchanha,” jawab Minah. Pipinya masih memerah dengan kejadian itu, “Kaja,” ajak Minah.
Minah berjalan duluan. Sebenernya dia sedang menutupi rasa salah tingkahnya. Dia yakin mukanya sangat merah sekarang. Untung sekarang sudah tengah malam jadi tidak terlalu terlihat. Minhyuk pun menyusul berjalan di sampingnya. Secara tidak sadar dia senyum senyum sendiri di belakang Minah.
~~~
Dua minggu kemudian mereka resmi berpacaran. Minhyuk pun telah menceritakan tentang Minah ke Hyuna. Hyuna juga sudah pernah mengobrol langsung dengan Minah lewat webcam. Hubungan Hyuna dan Kikwang pun tidak banyak berubah, mereka masih saling mem-bully tapi mereka juga tidak jarang terlihat romantis satu sama lain.
Delapan bulan sudah Minah dan Minhyuk menjalin hubungan. Selama itu, tidak pernah ada masalah di antara mereka. Keributan kecil hanya muncul karena Minhyuk sering usil dan Minah yang sering kesal hanya bisa memanyunkan bibirnya. Namun dibalik itu, Minhyuk adalah pria yang sangat perhatian. Bila Minah sedang bosan tengah malam, Minhyuk sering menyanyikannya lewat telepon.
Namun kali ini entah kenapa berbeda. Minah mengajak Minhyuk untuk bertemu di sebuah taman di
tengah kota. Ekspresi Minah tidak seperti biasanya. Dia diam, lalu dia menggenggam tangan Minhyuk. Dia memandang mata Minhyuk dalam. Minhyuk memandangnya dengan bingung.
“Tolong jangan potong saat aku sedang berbicara,” titah Minah, “Sepertinya hubungan kita harus sampai disini. Aku sudah tidak mencintaimu lagi. Aku sudah bosan denganmu. Aku sudah tidak ingin bersamamu lagi, Lee Minhyuk,” kata Minah.
Minhyuk mematung mendengar perkataan Minah. Dia sibuk memikirkan alasan kenapa Eunji memutuskan hubungan mereka secara tiba-tiba. Padahal Minhyuk merasa hubungan mereka sedang tidak ada masalah. Minah bangun dari duduknya, diliriknya Minhyuk sesaat.
“Semoga kau bisa menemukan orang yang lebih baik dariku. Gomawo, Lee Minhyuk,” kata Minah lalu beranjak dari tempat itu. Meninggalkan Minhyuk sendiri yang masih mematung di bangku taman.
Semenjak hari itu. Mereka sudah saling menjauh. Lebih tepatnya Minah yang menjauh. Sebenarnya Minah berbohong pada Minhyuk. Dia masih mencintai Minhyuk. Dia masih menyayangi Minhyuk. Dan dia masih mau bersama Minhyuk bahkan untuk selamanya. Namun, dia tidak ingin melukai Minhyuk. Beberapa hari yang lalu, Minah mendapat telepon dari Ayahnya.
Ternyata dia sudah dijodohkan oleh anak teman ayahnya. Sebenarnya sang ayah tidak ingin memaksa Minah untuk menikah dengan anak temannya itu namun dia tidak enak hati karena temannya itu sudah sering membantunya. Dan lagi, ayahnya Minah tahu bahwa anak dari temannya itu sangat manja. Dia takut bahwa pria itu tidak bisa membahagiakan anaknya. Minah tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya dia akan tetap pulang ke Busan. Entah apa yang akan dia perbuat nanti.
~~~
Semenjak hari itu, Minhyuk menjadi pria yang tidak bersemangat lagi. Hyuna sudah mendengar semuanya dari Minhyuk dan dia sangat mengkhawatirkan kondisi temannya itu. Bila dulu Minhyuk bisa memaklumi saat Hyuna lebih memilih menjadi sahabat dekatnya daripada kekasihnya, namun kali ini tidak. Dia sudah sangat menyayangi Minah dan dia sebenarnya sudah ada niat untuk melamarnya.
Di suatu malam, Minhyuk iseng memainkan keyboard. Matanya tiba-tiba tertuju pada foto di atas meja ruang tamu. Itu adalah foto dirinya dan Minah. Dia menangis. Lalu entah dari mana dia tiba-tiba menyanyikan sebuah lagu.
Sarangbagge nan molla I want you, only you
idaeron jeoldaero bonael sun eopseo
ggeunnaejaneun mal hamburo hajima
It's so blue, it's so blue
Andwae gajima andwae ddeonajima
neo eomneun naeireun uimi eopseo
sarangeul wae neon molla sarangeul wae neon golla
ireojima Don't say goodbye!
~~~
Beberapa bulan kemudian.
“Oppa, mwohaneun gowaeyo?” Suara seorang gadis dari belakang Minhyuk. Dia memeluk Minhyuk dengan manjanya. Minhyuk baru saja selesai memasang sebuah foto di ruang tamunya.
“Aku sedang memasang sebuah pengumuman, Chagi,” jawab Minhyuk.
“Pengumuman? Tapi itu kan foto kita, Oppa?” tanya gadis itu bingung.
“Ahaha. Iya, inilah pengumumannya. Pengumuman bahwa aku adalah milikmu dan kau adalah
milikku, Kim So Hyun” jawab Minhyuk.
Pipi gadis itu pun merona mendengar gombalan Minhyuk. Minhyuk lalu membalikkan badan dan merangkul gadis itu. Tak lupa dia mengeluarkan eyesmilenya. Di dinding di depan mereka sekarang terpasang sebuah foto, foto sepasang kekasih yang sedang berbagia dengan hubungan yang sedang mereka jalani. Dan itulah mereka.
Terkadang. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Apa yang kita sudah rencanakan bisa meleset bila Tuhan tidak berkehendak. Mungkin yang kita inginkan tidak bisa terjadi dengan pas, namun percayalah setiap yang terjadi di dunia ini adalah yang terbaik untuk kita.