CHAPTER 1 : Thankyou!
Bulan Desember 2016, seperti tahun-tahun sebelumnya Desember adalah bulan dimana Korea Selatan sedang mengalami musim dingin. Negara beribukota Seoul ini memiliki pemandangan dimana-mana berupa pohon maple yang hanya tinggal tangkai dan bertabur warna putih di sana-sini karena semalam Korea Selatan terutama Seoul dihadiahi salju.
Di sudut jalan utama di distrik Seodaemun-gu yang berbatasan dengan distrik Jung-gu, Seoul terdapat sebuah minimarket Seven Eleven. Seorang yeoja dengan jaket musim dingin berwarna coklat muda dengan kupluk berbulu berwarna senada memasuki minimarket tersebut. Dan ternyata, seorang namja telah menunggunya di sana tengah duduk menghadap kaca dengan memandangi pemandangn distrik.
"Chanyeol Oppa, apakah sudah lama menungguku?" tanya Dasom dan langsung mengeluarkan buku catatan dan sebuah spidol.
"Sangat lama, sampai aku menahan lapar" Chanyeol melirik ke arah cup mie di depannya.
"Mianhae Oppa" Dasom duduk di samping Chanyeol dan sibuk dengan bukunya.
Chanyeol yang memang sedari tadi menahan lapar, menjadi kesal "Dasom, makan dulu mie kamu" pinta Chanyeol menyodorkan cup mie kepada Dasom.
Dasom terkejut dan akhirnya tersenyum, "baik Oppa"
Di sela-sela makan, "Oh iya Oppa, ada apa hari ini memintaku datang kemari? Untung saja hari ini Ju-il jadi aku bisa menemui Oppa" tanya Dasom penasaran.
"Ehm..... Kita kan sudah berteman cukup lama jadi aku ingin temu kangen denganmu" jawab Chanyeol tersenyum yang hari itu mengenakan jaket parka berwarna biru dongker dengan hiasan kancing berwarna hitam di kedua lengan dan depan jaketnya.
"Hahaha" tawa renyah Dasom sambil menutup mulutnya dengan punggung tangan kanannya. "Oppa, kita satu chodeunghaggyo sampai daehag-eul jadi tak usah berbasa-basi bilang mau temu kangen." Dasom meminum air mineral yang sudah disediakan oleh Chanyeol sebelumnya. "Bilang saja Oppa bosan di rumah sendirian, makanya carilah kekasih Oppa" Dasom menutup spidolnya dan mulai membenahi buku catatannya. "Oppa kan tahun ini berusia 25 tahun, berhentilah menjadi jomblo" ledek Dasom.
Serasa disambar petir, Chanyeol langsung berdiri dari kursinya "Berhentilah mengejekku, kamu juga kan tidak laku-laku" balas Chanyeol ketus.
Sambil menahan tawa, "Oppa, jika kamu marah seperti ini bisa-bisa Seoul langsung berubah menjadi musim panas." ledek Dasom dengan memainkan mata jahilnya, "Ayolah Oppa, hari ini aku dedikasikan untuk Oppa" Dasom membuka pintu minimarket tanda bersiap untuk keluar.
Chanyeol keluar terlebih dahulu disusul Dasom. Semua orang yang berlalu lalang mengenakan jaket tebal. Saat berjalan, tiba-tiba Chanyeol berhenti mendadak dan malah membuat Dasom yang sedari tadi berjalan di belakangnya menabrak dirinya.
"Oppa, jangan berhenti mendadak" keluh Dasom.
"Mianhae Dasom" dan Chanyeol mengeluarkan ponsel berwarna orange-nya.
Setelah mengecek ponselnya dan membalas pesan yang diterima olehnya, Chanyeol memutar tubuhnya "Dasom, tadi kamu bilang mendedikasikan hari ini untukku kan?" tanya Chanyeol yang tiba-tiba terlihat antusias dan Dasom hanya mengangguk, "Aku ingin ke menara Namsan, tapi sebelumnya kita mencari sesuatu yang indah di toko" Chanyeol menarik tangan kanan Dasom dan langsung berjalan dengan semangatnya.
Disaat bersamaan, Dasom melihat jam di tangan kirinya "wah jam 3 sore" gumam Dasom.
Masuk dari toko satu ke toko lainnya dan tanpa membeli apapun membuat Dasom merasa letih dan kesal, "Oppa, sebenarnya apa sih yang Oppa cari? Tadi kita sudah masuk ke toko olahraga, kemudian masuk ke toko pakaian, dilanjutkan masuk ke toko pernak-pernik, disusul toko buku dan apakah sehabis ini kita akan masuk ke toko makanan?" nafas Dasom mulai mengeluarkan asap tanda kedinginan.
"Apakah kamu marah?" tanya Chanyeol mendekatkan wajahnya pada Dasom.
"Tidak, sejujurnya aku hanya kelelahan" jawab Dasom memundurkan dua langkah kakinya menjauhi wajah Chanyeol. "Sebenarnya Oppa mau membeli hadiah untuk siapa sih? Jika tujuan kita memang Menara Namsan, bukankah lebih baik kita mencarinya di sana saja biar sekalian menghemat waktu." Dasom memberikan usul.
"Aku tidak berencana mengajakmu ke Menara Namsan kok." Jawab Chanyeol meledek Dasom. "Jika aku mengajakmu ke menara Namsan, setidaknya aku harus membawa carrier dan mungkin butuh minimal sehari semalam untuk sampai sana" Chanyeol memutar kembali tubuhnya dan mulai berjalan.
Dasom yang kebingungan malah terdiam terpaku tak berjalan mengikuti langkah Chanyeol. Sadar Dasom tak mengikutinya, Chanyeol yang sudah jauh ke depan berlari kecil menghampiri Dasom.
Angin mulai berhembus perlahan namun memberikan hawa dingin yang teramat sangat.
"Kamu kenapa diam saja, Dasom?" tanya Chanyeol sambil membuka tas ransel hitamnya.
"Jika Oppa memang tak berencana mengajakku ke Menara Namsan, kenapa aku harus mengikuti Oppa?" tanya Dasom balik dengan wajah yang menunduk.
"Bukankah tadi kubilang ingin mencari hadiah di toko? Nah, mari kita bersama mencari hadiah tersebut" jawab Chanyeol sambil memakaikan kupluk berwarna merah di kepala Dasom dan menutupnya kembali dengan kupluk dari jaketnya.
"Lalu di Menara Namsan, Oppa akan melakukan apa? Apakah akan menemui seseorang?" tanya Dasom kini menatap Chanyeol.
"Iya, seorang yeoja yang sangat cantik." Jawab Chanyeol bersemangat.
Berbagai kendaraan berlalu lalang di jalanan Seoul. Di seberang mereka tampak bis yang menurunkan dan manaikkan penumpang. Sedangkan orang yang berlalu lalang di jalanan nampak mengepulkan asap dari mulut mereka. Berbagai tempat makan di sepanjang jalan, tengah sibuk melayani pembeli di sore itu.
Dasom yang mendengar jawaban Chanyeol menjadi lunglai, langkahnya seakan menjadi lemah dan tiba-tiba kaki Dasom menjadi goyah dan hampir terjatuh. Chanyeol yang kaget, spontan menangkap tubuh Dasom namun Dasom menyingkirkan kedua tangan Chanyeol dari bahunya.
Pandangan Dasom menjadi kosong, "Oppa, aku rasa aku mulai demam dan lebih baik aku pulang saja" ucap Dasom mulai memundurkan langkahnya menjauhi Chanyeol.
"Kok tiba-tiba? Tadi kamu baik-baik saja." Ucap Chanyeol bingung, "Ayo, aku antar pulang." Kini Chanyeol tampak cemas.
"Ani!" Suara Dasom melingking membuat mata Chanyeol yang memang dasarnya sudah belo menjadi semakin belo, "Gomawo Oppa" Dasom menundukkan kepalanya tanda pamit dan langsung memutar tubuhnya dan berjalan dengan sangat cepat.
"Jamkkanman!" Teriak Chanyeol dan mulai berjalan hendak menyusul Dasom namun tiba-tiba ponsel di saku celana hitamnya berbunyi dan Chanyeol mengurungkan niatnya.
Dasom melangkahkan kakinya dengan sangat cepat dan mulai menunggu lampu merah untuk menyeberang. Dilihatnya sebuah tempat sampah, dan dengan perasaan campur aduk Dasom membuka kupluk merahnya dan membuang dengan kasar kupluk tersebut.
Kini lampu lalu-lintas telah berganti berwarna merah, dengan cepatnya Dasom menyeberang dan mulai menunggu bis di sebuah halte berdindingkan kaca di sisi belakangnya.
Seoul yang tadinya cerah dengan cahaya matahari yang menyinarinya, kini mulai gelap dan dihiasi nyala lampu dimana-mana.
Chanyeol yang kini tengah menaiki Namsan Cable Car membawa sebuah buket bunga mawar dan dihirupnya sesekali, meyakinkan diri bahwa buket tersebut tetap wangi sampai ke tempat tujuan.
Kini Chanyeol telah turun dari kendaraan yang dinaikinya dan sudah menanti anak tangga yang cukup panjang dihadapannya untuk sampai ke Menara Namsan.
"Fighting!" Chanyeol mengepalkan tangan kanannya dan dari mulutnya keluar asap dan perlahan mulai menaiki anak tangga satu persatu, "Tunggu aku, noona" gumam Chanyeol.
Dasom sampai di tempat tinggalnya, di sebuah apartemen berwarna putih di distrik Mapo-gu. Dasom menaiki tangga apartemennya sampai berhenti di lantai 5 dan keluar dari pintu darurat yang biasa tersedia di tangga-tangga apartemen. Dirinya belok ke kanan dan membuka pintu serta masuk ke dalamnya, kamarnya berada di pojok kanan lantai tersebut.
"Ah Dasom, bukankah tadi kamu bilang pulang sekitar jam 10 malam? Ini kan baru jam 6 malam." Tanya Jongdae, Kakak laki-laki Dasom yang tengah duduk di lantai ruang tamu beralaskan matras berwarna coklat gelap.
Di dalam apartemen Dasom, terdapat sebuah dapur mini beserta tempat makan dan terdapat satu kamar mandi dan dua kamar tidur dengan sebuah papan masing-masing tergantung di pintu. Di ruang tamu, terdapat sebuah sofa panjang berwarna cream dan sebuah meja kaca dengan masing-masing penyangganya berwarna hitam juga terdapat sebuah tv layar datar berukuran 31 inch.
Dasom tak menjawab dan malah melemparkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu apartemennya.
"Jika ditanya oleh Oppa mu, jawab Dasom" ucap Jongdae yang tengah meminum air mineral, kini mulutnya penuh.
"Oppa, bisakah diam sejenak? Aku lelah" ucap Dasom lesu.
"Minumlah" Jongdae menyodorkan sebuah botol mineral kepada Dasom.
"Ani, aku tidak mau pipiku melembung seperti Oppa karena kebanyakan minum" kini Dasom bangkit dari sofanya.
"Hei, sekarang mau kemana?" Jongdae tak berhenti bicara.
"Aku mau istirahat, Oppa" balas Dasom malas.
"Makan dulu sebelum istirahat"
"Oppa!" suara Dasom meninggi dan membanting pintu kamarnya.
Jongdae yang tidak peka dengan keadaan adiknya, akhirnya bangkit dari duduknya dan mulai menuju tempat makan untuk memakan masakan yang telah dimasak sebelumnya oleh Dasom.
Tiba di Menara Namsan, Chanyeol disambut oleh pasangan-pasangan yang tengah kasmaran di tembok cinta. Sedari awal, tujuan sebenarnya Chanyeol bukanlah puncak Menara Namsan dimana tempat siapapun bisa menyaksikan keindahan kota Seoul dari atas melainkan memang tembok cinta tempat seseorang menunggu dirinya di sana.
Chanyeol membuka ponselnya dan menghubungi seseorang, "Hyung, dimana? Aku sudah sampai di pintu keluar tembok cinta." Ucap Chanyeol sambil memandang sekeliling.
Lalu dilihatnya seorang namja melambai-lambikan tangannya.
"Hyung, ini kubawakan pesananmu" Chanyeol menyerahkan buket mawar merah kepada Park Haejin, Kakak Park Chanyeol yang tengah duduk sendirian dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja berwarna putih berhiaskan aneka motif kecil berwarna hitam.
"Gomawo Chanyeol" Haejin tersenyum manis kepada adiknya.
Chanyeol melihat orang-orang yang berada disekitar dirinya dan kakaknya, mereka menatap aneh kepada keduanya.
"Hyung, apakah tidak kedinginan? Sekarang kan sedang musim dingin dan seminggu lagi natal, apakah Hyung tidak khawatir akan jatuh sakit?" tanya Chanyeol cemas dengan keadaan kakaknya.
"Selama aku nampak keren, tidak masalah" jawab Haejin menahan hawa dingin.
"Ani, Hyung!" bentak Chanyeol yang kemudian dibalas tatapan tajam Haejin dan orang-orang kini semakin memperhatikan mereka. Chanyeol duduk di samping Haejin dan berbicara pelan, "Hyung, bukankah tadi bilang akan bertemu dengan Noona cantik? Noona pasti akan cemas melihat Hyung yang lebih memperhatikan penampilan daripada kesehatannya sendiri"
Haejin tak bergeming, baginya sudah cukup sulit menahan dingin apalagi jika ditambah berbicara terus dengan adiknya.
Chanyeol membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah jaket parka berwarna biru terang, "Hyung, pakailah ini dan Hyung pasti akan tetap terlihat keren."
Haejin tetap diam. Merasa kesal dengan sikap keras kepala kakaknya, Chanyeol mengambil paksa buket bunga dari tangan Haejin dan menukarkannya dengan jaket parka. "Hyung, tidak ingin membuat Park Shinhye Noona cemas bukan?"
Chanyeol terus-menerus mendesak kakaknya dan akhirnya Haejin menerima saran dari Chanyeol.
"Oppa!" teriak Shinhye yang malam itu mengenakan jaket besar bercorak garis-garis dengan dominasi warna hijau dan rambutnya terurai rapi.
Tangan Haejin dengan cepatnya mengambil buket bunga dari tangan Chanyeol dan langsung melangkah cepat ke arah Shinhye. "Shinhye, ini untuk kamu" Haejin tersenyum malu-malu.
"Gomawo Oppa" Shinhye langsung menghirup buket mawar tersebut, "wangi" ucap Shinhye singkat dengan mimik wajah bahagia.
Chanyeol yang tak ingin mengganggu acara kakaknya mencoba untuk pamit, "Annyeonghaseyo Shinhye Noona" sapa Chanyeol tersenyum ramah.
"Annyeonghaseyo Chanyeol" balas Shinhye dengan cantiknya
"Hyung, aku pamit ya" pinta Chanyeol.
"Kenapa buru-buru?" tanya Shinhye.
"Jamkkanman" pinta Haejin pada Chanyeol, "sebelum pergi jadilah saksiku sebentar."
"Saksi?" Chanyeol bingung begitupula dengan Shinhye.
Haejin mengangguk dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah dari sakunya kemudian dirinya berlutut di hadapan Shinhye. Para pasangan lain yang melihat gerakan Haejin menjadi memusatkan perhatian mereka kepada Haejin dan Shinhye.
"Park Shinhye, di malam yang dingin dan indah ini dimana di sekeliling kita terdapat bukti banyak cinta dari pasangan-pasangan yang datang kemari" Haejin membuka kotak kecil berwarna merahnya dan ternyata di dalamnya terdapat sebuah cincin emas bermatakan berlian dan membuat wanita-wanita di sekeliling mereka teriak perlahan. "Bersediakah kamu mengakhiri masa pacaran kita dan memulai masa yang baru sebagai sepasang suami istri?"
Shinhye tak mampu berkata apa-apa sedangkan semua orang di sekeliling mereka sudah tak sabar dengan jawaban yang akan diberikan oleh dirinya untuk Haejin.
"Jika kamu sulit berkata-kata, maka cukup gelengkan kepala kamu jika kamu menolakku" ucap Haejin
"Oh........" semua orang sepotan berucap.
"Namun, jika kamu menerimaku maka anggukkanlah kepalamu meski sekali" lanjut Haejin.
Chanyeol pun tak mampu berkata-kata atas tindakan kakaknya tersebut, tentu ada rasa bahagia di hatinya.
Haejin memasang wajah tenang namun dengan mata yang penuh harap, Shinhye pun akhirnya menganggukkan kepalanya tanda menerima ajakan Haejin.
Haejin bangkit dari berlututnya dan mulai memasangkan cincin ke jari manis kanan Shinhye dan langsung memeluknya.
"Wah.... selamat!" para pasangan lain lantas mengucapkan selamat kepada Haejin dan Shinhye.
"Hyung Noona, selamat ya" ucap Chanyeol bahagia dan langsung dipeluk oleh Haejin setelah sebelumnya melepaskan pelukannya untuk Shinhye.
"Gomawo adikku" ucap Haejin sedangkan Shinhye hanya tersenyum kepada Chanyeol.
Seakan teringat sesuatu, "Chanyeol, bukankah kamu tadi sms akan mencari hadiah bersama Dasom? Lalu sekarang dia dimana?" tanya Haejin.
"Dia pulang setelah kujawab tak ingin mengajaknya ke Menara Namsan karena aku ingin menemui Noona cantik" jawab Chanyeol dengan raut wajah penuh tandatanya, "Aku heran, dia langsung memasang wajah marah kepadaku sebelum dia memutuskan untuk pulang"
"Babo!" bentak Shinhye dengan gemasnya, "Yeoja mana yang tak kesal jika Namja yang disukainya berkata seperti itu kepadanya!" omel Shinhye.
"Kamu tahu darimana jika Dasom menyukai adikku?" tanya Haejin yang sama tidak pahamnya dengan Chanyeol.
"Iya, tahu darimana? Apakah Dasom pernah berbicara seperti itu kepada Noona? Setahuku, kalian berdua tak saling kenal." Tanya Chanyeol yang belum juga paham.
Shinhye menghirup dalam nafasnya dan kemudian menghembuskannya perlahan, "Tak pernah bertemu sekalipun, jika kamu berbicara mengenai situasinya yang demikian siapapun akan langsung tahu kalau Dasom menyukaimu" kemudian Shinhye menoleh kepada Haejin, "aku ralat, meski tak semuanya namun sebagian besar orang akan langsung tahu"
"Loh, kamu nyindir aku?" tanya Haejin.
"Ani" Shinhye menggeleng-gelengkan kepalanya, "dan sekarang lebih baik kamu segera menghampiri Dasom dan jelaskan semuanya!" ucap Shinhye kepada Chanyeol.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Chanyeol mengikuti saran calon Kakak iparnya dan langsung berpamitan kepada keduanya.
Salju mulai turun perlahan menghujani kota Seoul. Pernak-pernik natal pun mulai menghiasi Seoul, warna merah dan putih mendominasi bumi Seoul. Orang-orang berjalan dengan mendekap tubuh mereka masing-masing.
Sebuah bis berhenti tepat di sebuah halte di depan apartemen tempat tinggal Dasom. Turunlah Chanyeol dengan nafasnya yang mengeluarkan asap dan langsung berlari menuju pintu masuk apartemen.
"Ting tong. Ting tong" bel pintu kamar Dasom dan Jongdae berbunyi.
Jongdae mematikan keran Shower air panasnya, "Dasom, buka pintunya! Oppa sedang mandi!!!" teriak Jongdae dari dalam kamar mandi.
Dasom yang telah mengganti pakainnya dengan sweater berwarna putih turun dengan malas dari kasurnya, "Iya, Oppa" jawab Dasom setelah keluar dari kamarnya dan Jongdae kembali menyalakan Showernya.
Tanpa mengecek terlebih dahulu siapa yang datang, Dasom langsung membukakan pintu apartemennya. Dasom yang tadinya menundukkan wajahnya, seketika terkejut ketika dilihatnya dari bawah dan ke atas ternyata yang datang adalah Cahnyeol.
"Oppa!" Dasom terkejut.
"APA?!" Teriak Jongdae dari kamar mandi merasa dipanggil oleh adiknya.
Dasom hanya membisu, "bolehkah aku masuk?" tanya Chanyeol pada Dasom dan dibalas anggukan oleh Dasom.
Chanyeol berjalan ke pintu kamar mandi, "Dasom tidak memanggilmu melainkan memanggilku, Jongdae!" ucap Chanyeol dengan nada agak keras dan kini berjalan dan kemudian duduk di atas sofa.
"Dasom, mau sampai kapan kamu berdiri di sana?" tanya Chanyeol yang mulai menyalakan tv.
"Kenapa Oppa kemari?" tanya Dasom setelah menutup pintu.
"Apakah aku tidak boleh datang ke tempat tinggal adik kesayanganku?" tanya Chanyeol balik.
"Oh, adik kesayangan..." gumam Dasom lirih, "Kalau begitu, aku mau masuk kamar dan tunggu saja Jongdae Oppa di sini" ucap Dasom malas.
"Jamkkanma" kata Chanyeol menghentikan tangan Dasom yang hendak membuka pintu kamarnya, "kupluk yang tadi ku pakaikan di atas kepalamu masih ada kan? Sebenarnya kupluk tadi aku buat sendiri loh dan niatnya mau kubungkus menjadi kado natal untukmu, tapi aku sadar bahwa sebenarnya kamu dan Jongdae tidak merayakan natal. Jadi, melihat kondisi kamu yang tadi kedinginan langsung kuberikan kepadamu tanpa dibungkus. Mianhae Dasom" penjelasan Chanyeol panjang lebar sambil menatap wajah Dasom.
"Gomawo" dan Dasom langsung masuk ke kamar dan bergegas menutup pintu kamarnya, "waduh! Tadi aku buang lagi! Bagaimana ya?" gumam Dasom lirih dan kebingungan.
Jongdae keluar dari kamar mandi, "Wah Chanyeol, aku ganti baju dulu ya" ucap Jongdae yang hanya mengenakan handuk di pinggangnya dan Chanyeol menganggukkan kepalanya.
Bersamaan dengan Jongdae yang menutup pintu kamarnya, Dasom keluar dari kamarnya dengan kembali mengenakan jaketnya yang sebelumnya dan bergegas membuka pintu aparteman. "Chanyeol Oppa, katakan kepada Jongdae Oppa kalau aku harus mengecek sesuatu di bawah."
"Tapi kan salju sedang turun" ucap Chanyeol.
"Tenang saja Oppa" dan Dasom langsung berlari menuju tangga apartemen.
Di atas sofa, terlihat oleh Chanyeol tas ransel milik Dasom yang saat sore dikenakan olehnya berantakan dengan sebagian isinya telah di luar. Dan diambilnya buku catatan Dasom yang dilihatnya saat di minimarket dan dibukalah olehnya.
Sampai di sebuah lembaran buku yang tertulis...
"Alhamdulillah, Chanyeol Oppa memintaku untuk menemuinya di Seodaemun-gu.
Aku bahagia bisa bersama seseorang yang ku sukai sejak dulu meski hanya sebentar"
Chanyeol langsung menutup bukunya tepat ketika Jongdae duduk di sampingnya. "Dasom barangnya berantakan sekali" Jongdae berdiri dan mulai untuk membereskan barang-barang adiknya. "Itu buku Dasom kan?" tanya Jongdae melihat buku catatan di tangan Chanyeol.
"Ye" dan Chanyeol menyerahkan buku tersebut kepada Jongdae.
Chanyeol masih merasa tak percaya atas apa yang telah dirinya baca.
Jongdae keluar dari kamar adiknya setelah meletakkan tas adiknya di dalam. "Chanyeol, apakah kamu melihat adikku?" tanya Jongdae melepas lamunan Chanyeol.
"Tadi aku melihatnya, tapi dengan bergegas dirinya bilang ingin turun untuk mengecek sesuatu" jawab Chanyeol.
Dasom mulai menaiki bis menuju distrik Seodaemun-gu dengan wajahnya yang panik namun tetap berusaha tetap tenang. Di jalanan, salju mulai menumpuk dibandingkan saat sore hari.
Jongdae melihat jam dinding, "Kenapa Dasom lama sekali?" gumam Jongdae. "Ehm, Chanyeol aku mau turun mencari Dasom."
"Bolehkah aku ikut?" tanya Chanyeol yang mulai khawatir.
"Oke" Jongdae yang telah mengenakan jaket dan Chanyeol langsung keluar dari kamar dan menuju lift.
"Tunggu, aku lebih baik lewat tangga bisa saja Dasom lewat sana" usul Chanyeol, "Dasom kan takut dengan lift" sambung Chanyeol.
Jongdae menganggukkan kepalanya dan ketika pintu lift terbuka, dirinya langsung masuk ke dalamnya.
Di sisi lain, Dasom telah turun dari bis dan kini tepat di depan tempat sampah di mana dirinya membuang kupluk dari Chanyeol.
"Aku harus mengais-ngais tempat sampah ini?" tanya Dasom pada dirinya sendiri. "Oke Dasom, Fighting!" Dasom menyemangati dirinya sendiri dan mulai membuka tempat sampah.
Setelah berkeliling di sekitar apartemen, Jongdae dan Chanyeol tidak menemukan Dasom sama sekali.
"Salju mulai lebat, sekarang aku benar-benar khawatir. Ponselpun Dasom tidak membawanya" kata Jongdae kepada Chanyeol.
"Apakah kamu tidak punya petunjuk lain?" tanya Chanyeol pada Jongdae.
"Tunggu, aku ingat-ingat" Jongdae mengerutkan dahinya. "Ah, tadi Dasom sempat berkata pada dirinya sendiri saat mau masuk kamar"
"Berkata apa?"
"Aku tidak perduli, aku buang saja benda warna merah itu!" Jongdae menirukan suara Dasom. "Mungkin dia menyesali perbuatannya dan mulai mencari benda tersebut."
Chanyeol matanya terbelalak, "Jongdae lebih baik kamu di kamar saja biarkan aku yang mencari Dasom dan aku rasa aku tahu dimana harus mencarinya." Chanyeol langsung berlari dan memberhentikan sebuah taxi.
Di distrik Seodaemun-gu, hanya satu dua orang yang berlalu lalang dikarenakan salju yang mulai lebat turunnya dibandingkan sebelumnya. Pernak-pernik berwarna merah yang menghiasi distrik tersebut mulai tertutupi oleh warna putih.
"Alhamdulillah, masih ada" Dasom mengucap syukur setelah menemukan apa yang ingin dia cari. Wajahnya tampak kemerahan karena kedinginan. "Aku harus segera pulang, Jongdae Oppa pasti sudah sangat khawatir kapadaku" ucap Dasom dan memasukkan kupluk berwarna merah tersebut ke dalam saku jaketnya.
Chanyeol pun menghentikan taxinya tepat di depan jalanan dimana Dasom berdiri kedinginan, "Dasom!" panggil Chanyeol menghampiri Dasom.
Dasom melihat ke arah Chanyeol, "Mianhae Chanyeol Oppa" dan Dasom hampir tidak bisa menjaga keseimbangan.
Chanyeol langsung berlari ke arah Dasom dan memeluk tubuhnya, "Dasom, Mianhae" bisik Chanyeol, "aku berhutang banyak penjelasan kepadamu" dan Chanyeol memeluk erat tubuh Dasom dan Dasom pun larut di pelukkan Chanyeol.
Salju yang sedari tadi menghujani kota Seoul seketika terhenti.
Keterangan Bahasa Korea:
Ani : Tidak
Annyeonghaseyo : Halo
Babo : Bodoh
Chodeunghaggyo : Sekolah Dasar
Daehag-eul : Universitas
Gomawo : Terimakasih
Hyung : Kakak Laki-laki (dipanggil oleh laki-laki)
Jamkkanman : Tunggu sebentar
Ju-il : Minggu
Mianhae : Maaf
Namja : Pria
Noona : Kakak Perempuan (dipanggil oleh laki-laki)
Oppa : Kakak Laki-laki (dipanggil oleh perempuan)
Ye : Iya
Yeoja : Wanita