CHAPTER 1 : Once Upon Winter In Busan
“Selamat pagi! Selamat datang di Bean Brothers. Namaku Seonmi. Kau ingin pesan apa?” sapa seorang gadis barista dengan ramah.
“Aku ingin secangkir latte vanilla tanpa gula,” balas seorang pria muda berambut cokelat. “Semuanya jadi 3000 Won.
Siapa namamu?” lanjut gadis barista itu.
“Junhyeok,” jawabnya lagi.
“Counter pengambilan ada di sebelah sana dan semoga harimu menyenangkan, Junhyeok,” ujar Seonmi mengakhiri pembicaraannya.
“Kau juga, Seonmi,” Junhyeok tersenyum lebar dan menatap Seonmi dengan mata hitamnya yang menawan.
Seonmi dibuat tertegun sejenak dengan pesona Junhyeok dan setelan jasnya. “Aku ingin pesan secangkir besar kopi hitam,” seru pelanggan di antrian selanjutnya kepada Seonmi. “Maaf, pesanan Anda akan siap sebentar lagi,” kata Seonmi sambil berusaha kembali fokus pada pekerjaannya.
Melayani pesanan pelanggan di Bean Brothers merupakan bagian dari rutinitas pagi Jung Seonmi, mahasiswi tingkat akhir di Universitas Nasional Seoul, pada liburannya kali ini. Karena saat ini kampus sedang libur musim dingin, Seonmi memutuskan untuk menghabiskan waktu di Busan dengan menginap di apartemen sepupunya, Jung Hyerin . Sambil mengisi waktu liburan, Seonmi dan Hyerin bekerja part time sebagai barista di Bean Brothers, coffee shop favorit di Busan.
“Aku bisa melihat dengan jelas kalau kau suka dengan pria yang memesan latte vanilla itu, Seonmi. Kau bahkan tidak bisa berhenti memandanginya sampai ia berjalan keluar toko kita,” ledek Hyerin pada Seonmi ketika jam makan siang.
“Junhyeok? Kau pasti bercanda, Hyerin. Aku tahu dia sangat charming dengan setelan jasnya yang berwarna abu-abu itu, tapi aku bukan tipe orang yang bisa jatuh cinta pada pandangan pertama,” balas Seonmi cuek sambil mengaduk-aduk bibimbap, menu makan siangnya hari itu.
“Santai, Seonmi. Aku memang cuma bercanda kok. Sebenarnya aku ingin memperlihatkan sesuatu kepadamu,” kata Hyerin sambil mengoper iPhone-nya kepada Seonmi.
Seonmi melihat iPhone Hyerin, ada sebuah halaman facebook. Ia mulai meneliti akun facebook siapakah itu dan Seonmi langsung batuk-batuk tersedak ketika melihat nama dan foto pemilik akun facebook tersebut. “DO JUNHYEOK? Dari mana kau bisa tahu facebook-nya, Hyerin? Dasar penguntit,” Seonmi tertawa canggung, menyembunyikan keadaan kalaua ia sedikit salah tingkah, sambil mengembalikan iPhone Hyerin.
Hyerin kemudian mengibaskan rambut pirangnya, menaikkan kacamatanya dan mulai bergaya seperti seorang detektif, “Jung Seonmi, kau tahu nama keluarga Junhyeok?” tanya Hyerin. “Do?” jawabnya. “Dan kau tahu orang lain yang memiliki nama keluarga Do selain Junhyeok?” lanjut Hyerin.
“Kyungsoo EXO?” ujar Seonmi.
“Bingo! Kyungsoo dan Junhyeok adalah saudara sepupu. DO KYUNGSOO dan DO JUNHYEOK,” seru Hyerin penuh semangat sambil mengguncang-guncang badan Seonmi. Seonmi tertawa melihat kehebohan sepupunya.
Hyerin adalah fans berat EXO. “Bayangkan, Seonmi. Kau menikah dengan Junhyeok dan aku dengan Kyungsoo. Kita akan hidup bahagia selamanya,” Hyerin sangat antusias menjelaskan khayalannya.
Setelah menyelesaikan jam kerja mereka di Bean Brothers, Seonmi dan Hyerin kebagian tugas untuk merapikan dan menutup toko. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam ketika mereka akhirnya mematikan lampu toko dan menguncinya. Cuaca di Busan yang semakin dingin pada malam hari membuat Seonmi melepas ikatan ponytail-nya, rambut brunette Seonmi yang lurus panjang menutupi tengkuknya, membuatnya sedikit lebih hangat.
“Seonmi, sepertinya iPhone ku tertinggal di toko. Bisakah kau menunggu di sini sebentar? Aku akan kembali ke toko mengambilnya,” kata Hyerin setelah mereka sudah sampai di stasiun kereta. “Baiklah, Hyerin,” jawab Seonmi santai.
Seonmi menunggu Hyerin sambil mengamati kesibukan yang terjadi di stasiun kereta Nopo, salah satu stasiun kereta tersibuk di Busan, sesekali ia meniup-niup tangannya karena kedinginan.
Seonmi melihat di depannya ada seorang pria yang berdiri sangat dekat dengan platform. Pria itu sedang sibuk berbicara di telepon, jadi wajar kalau ia tidak memperhatikan kalau ia sudah berdiri terlalu dekat ke pinggir dekat rel kereta. Pria itu sedang berbicara amat serius, sampai-sampai ia terpeleset terjatuh ke rel kereta. Kepanikan mulai terjadi di stasiun kereta, orang-orang segera mengerumuni tempat kejadian dan berusaha untuk menolong pria malang tersebut. Seonmi berusaha keras untuk menembus kerumunan dan ia sangat terkejut setelah mengetahui bahwa pria yang jatuh dari platform adalah Do Junhyeok
“Seonmi, ada apa? Mengapa ada petugas medis di sini?” tanya Hyerin kebingungan setelah kembali ke stasiun. Seonmi menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. “Hyerin, kita harus ke rumah sakit sekarang. Do Junhyeok baru saja terjatuh dari platform kereta. Kepalanya terbentur rel kereta cukup keras. Aku harus memastikan kalau ia baik-baik saja,” Seonmi menjelaskan.
***
Seonmi dan Hyerin menunggu dengan cemas di depan ruang gawat darurat Rumah Sakit Haeundae Paik. Hyerin melihat ekspresi wajah Seonmi yang sangat khawatir, “Seonmi, aku rasa kau benar-benar suka pada Junhyeok,” celetuknya.
Seonmi segera menghampiri seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang gawat darurat. “Bagaimana keadaan Junhyeok? Bolehkah aku masuk menemuinya?” tanya Seonmi sopan.
“Maaf, tapi yang boleh mengunjungi pasien di ruang gawat darurat hanya pihak keluarga saja,” jawab perawat tersebut dingin. Seonmi terlihat kecewa karena tidak bisa masuk menjenguk Junhyeok.
“Sepupuku ini adalah tunangan pasien, maksudku calon tunangannya. Mereka seharusnya bertunangan akhir pekan ini, tapi sepertinya kecelakaan hari ini akan menunda hari bahagia mereka,” ujar Hyerin tiba-tiba. Mendengar perkataan Hyerin, perawat tersebut memasang ekspresi tidak enak hati pada Seonmi. “Baiklah, kau diizinkan masuk menemui pasien,” perawat tersebut membukakan pintu untuk Seonmi.
“Selamat malam, aku Dokter Park, dan kau?” tanya dokter yang merawat Junhyeok sambil menjabat tangan Seonmi. “Namaku Jung Seonmi, aku tunangan Junhyeok, maksudku calon tunangannya. Kami seharusnya bertunangan akhir pekan ini,” kata Seonmi memasang muka sedih menerawang. Ia berharap Dokter Park bisa percaya kalau dirinya terlihat seperti pacar Junhyeok, terlepas dari aktingnya yang buruk.
“Aku sangat menyesal mengatakan ini,tapi sepertinya kau harus menunda pertunanganmu karena kecelakaan ini,” Dokter Park menjelaskan.
“Apakah Junhyeok akan baik-baik saja?” tanya Seonmi.
“Junhyeok akan baik-baik saja, tapi mungkin ia akan tertidur selama beberapa hari ke depan,” lanjut Dokter Park.
“Maksud Dokter, Junhyeok mengalami koma?” tanya Seonmi khawatir.
“Bisa dibilang begitu, tapi ia pasti akan tersadar dalam beberapa hari dan setelah itu ia akan baik-baik saja seperti sedia kala,” Dokter Park menepuk bahu Seonmi, berusaha menenangkan kepanikan gadis itu.
Dokter Park mengantar Seonmi keluar ruang gawat darurat. “Melihat keadaan Junhyeok yang cukup stabil, besok pagi kami akan memindahkannya ke ruang perawatan di lantai 4,” kata Dokter Park seraya berjalan meninggalkan Seonmi dan Hyerin di bangsal rumah sakit.
“Bagaimana keadaan Junhyeok?” tanya Hyerin penasaran. “Junhyeok baik-baik saja, tapi dokter bilang mungkin ia akan mengalami koma selama beberapa hari ke depan. Besok pagi ia akan dipindahkan ke ruang perawatan,” Seonmi menjelaskan.
Seonmi kembali ke Rumah sakit Haeundae Paik ketika jam istirahat makan siang hari berikutnya. Ia mengintip dari kaca pintu ada beberapa orang sedang berkumpul di dalam ruang perawatan Junhyeok. Seonmi dengan mudah menebak kalau orang-orang itu adalah itu keluarga Junhyeok, mereka semua berambut pirang sepertinya. Seonmi sempat mengurungkan niatnya menjenguk Junhyeok, namun ia merasa bertanggung jawab untuk mengecek keadaan pria itu. Seonmi menarik napas, mengumpulkan keberaniannya dan kemudian mengetuk pintu ruang perawatan Junhyeok dengan perlahan.
Seorang gadis berambut pirang membukakan pintu, “Apakah kau Seonmi?” tanyanya.
“Ya, aku Jung Seonmi,” jawab Seonmi canggung.
“Namaku Shinhye. Aku sepupu Junhyeok. Mari masuk Seonmi, kami semua sudah menunggu untuk bertemu denganmu dari tadi” lanjutnya penuh semangat.
“Seonmi!” seru seorang pria paruh baya sambil memeluk Seonmi erat. “Senang bertemu denganmu, Nak. Aku Do Chungyong, paman Junhyeok dan ini istriku, Jiwon. Ayah dan ibu Junhyeok meninggal ketika Junhyeok masih kecil dan sejak saat itu Junhyeok tinggal bersama kami,” pria itu memperkenalkan diri.
“Seonmi, ini nenekku dan nenek Junhyeok juga. Nenek Yejin,” Shinhye memperkenalkan seorang wanita yang kira-kira berusia 70 tahun. Seonmi menjabat tangan Nenek Yejin dengan sopan. “Aku senang sekali bisa bertemu dengan calon istri Junhyeok. Kau sangat cantik Seonmi. Kau mengingatkanku pada aku ketika masih seumur dirimu,” ujar Nenek Yejin hangat. Seonmi tersipu-sipu mendengar pujian tersebut, “Ah, nenek bisa saja. Aku masih tetap kalah cantik kok dengan nenek yang sekarang,” balas Seonmi tulus.
“Perawat memberi tahu kami tentang seorang gadis bernama Seonmi yang adalah calon tunangan Junhyeok. Terus terang kami kaget sekali, Seonmi. Junhyeok tidak pernah memberi tahu kami kalau ia punya pacar dan akan segera bertunangan akhir pekan ini,” ayah Junhyeok membuka pembicaraan serius. Seonmi merasa ini sudah saatnya ia memberi tahu keluarga Junhyeok kalau ia bukan tunangan Junhyeok dan kemarin ia hanya berbohong supaya bisa berbicara dengan dokter tentang keadaan pria itu setelah kecelakaan.
“Tuan Do, sebenarnya aku…” Seonmi baru saja mengucapkan beberapa patah kata itu dan Chungyong memotongnya, “Kau bisa memanggilku Paman Chungyong, kita kan sebentar lagi akan menjadi keluarga,” kata Do Chungyong ramah.
“Chungyong, menurutku kita harus memberikan privasi untuk Seonmi dan Junhyeok. Seonmi kan ke sini untuk menjenguk Junhyeok. Mungkin dengan menghabiskan lebih banyak waktu dengan gadis yang ia cintai, Junhyeok bisa cepat sembuh,” ujar Bibi Jiwon tiba-tiba.
“Tidak apa-apa Bibi, aku memang ingin mengatakan sesuatu kepada kalian,” jawab Seonmi.
“Kau bisa mengatakannya besok,” celetuk Shinhye.
“Besok? Apa maksudmu?” tanya Seonmi kebingungan.
“Kau diundang ke acara Natal tahunan keluarga Do. Kita akan makan malam bersama dan saling bertukar kado. Di sana juga akan ada anggota keluarga Do yang lain. Aku yakin kau akan menyukai acara kami. Kau mau datang kan Seonmi?” pinta Shinhye. Seonmi semakin dibuat bingung dengan permintaan Shinhye.
Sebenarnya Seonmi ingin cepat-cepat mengakhiri kebohongannya sebelum ia sudah masuk terlalu jauh ke dalam keluarga Do. Namun, sambutan keluarga Do begitu baik kepadanya. Lagipula, sejak ayah dan ibu Seonmi bertugas menjadi relawan di Afrika dua tahun belakangan ini, Seonmi hampir tidak pernah merayakan Natal lagi bersama keluarganya.
“Satu malam lagi dan aku akan mengakhiri ini semua,” ujar Seonmi dalam hatinya.
“Baiklah, Shinhye. Aku akan datang besok. Terima kasih sudah mengundangku,” jawab Seonmi gembira.
“Nona Jung, tunggu sebentar,” seorang perawat berteriak memanggil Seonmi yang baru saja selesai menjenguk Junhyeok.
“Ada apa?” tanya Seonmi pada perawat yang terlihat membawa satu boks kecil berisi barang-barang.
“Aku ingin menyerahkan barang-barang Do Junhyeok kepadamu. Kami mengumpulkan barang-barang ini dari tas pasien semalam ketika ia dibawa kemari,” perawat itu menjelaskan.
“Baiklah, terima kasih. Aku akan memberikan ini kepada keluarga Junhyeok nanti,” kata Seonmi sambil mengambil boks itu.
***
“Bagaimana keadaan Junhyeok, Seonmi?” tanya Hyerin ketika Seonmi kembali ke apartemen mereka.
“Junhyeok masih belum tersadar dari koma,” jawab Seonmi sambil meletakkan sebuah boks kecil di meja.
“Apa yang ada di dalam boks?” tanya Hyerin.
“Itu barang-barang Junhyeok. Perawat memberikannya kepadaku, besok aku akan menyerahkan boks itu kepada paman Junhyeok,” ujar Seonmi.
“Paman Junhyeok? Memangnya kau sudah kenal dengan keluarga Do?” tanya Hyerin.
“Aku baru bertemu dengan mereka tadi,”
“Wow! Apakah Kyungsoo juga ada di sana?” Hyerin terdengar sangat bersemangat. Seonmi tertawa melihat tingkah laku sepupunya.
“Kurasa tidak, Hyerin. Mungkin besok aku baru bisa bertemu Kyungsoo. Keluarga Do mengundangku ke pesta Natal tahunan keluarga mereka,”kata Seonmi.
“Apakah kau sudah mengatakan yang sebenarnya pada keluarga Junhyeok? Kalau kau bukan calon tunangannya?” Hyerin menginterogasi sepupunya.
“Aku sudah berniat untuk mengatakan kepada mereka tadi, tapi baru saja aku hendak mengatakannya, ayah Junhyeok memotong kata-kataku. Kau tahu Hyerin, sebenarnya ada bagian dalam diriku yang berharap aku bisa menjadi bagian dari keluarga Do, meskipun bukan sebagai calon tunangan Junhyeok. Ada sesuatu dalam keluarga itu yang bisa menghangatkanmu,” lanjut Seonmi menerawang.
Pembicaraan Seonmi dan Hyerin terputus karena mereka mendengar ada suara telepon berdering. Mereka mencari-cari dari mana asal suara itu dan ternyata seseorang menelepon iPhone Junhyeok yang ditinggalkan di dalam boks dari rumah sakit. Seonmi mengambil iPhone itu dan melihat di layar muncul nama penelepon adalah Nara.
“Menurutmu, aku harus mengangkat telepon ini?” tanya Seonmi kepada Hyerin. Hyerin menggeleng, “Diamkan saja, Seonmi.”
“Kau tahu Hyerin, sepertinya Nara ini punya hubungan yang sangat dekat dengan Junhyeok. Banyak sekali SMS dan voice mail yang ditinggalkan gadis ini untuk Junhyeok,” kata Seonmi setelah melihat notifikasi di iPhone Junhyeok.
Seonmi yang terdorong oleh rasa penasarannya, mulai menyusuri satu-satu histori percakapan Nara dengan Junhyeok. “Ya Tuhan! Hyerin, Nara ini adalah tunangan Junhyeok yang asli. Mantan tunangan, maksudku. Sepertinya Nara ingin kembali dengan Junhyeok” Seonmi menjelaskan.
“Seonmi, kau harus segera mengakhiri semua ini besok. Apabila Junhyeok bangun dari koma atau Nara muncul, keadaan akan menjadi sangat rumit,” Hyerin menasehati sepupunya.
***
Malam itu Seonmi datang ke rumah Nenek Yejin untuk menghadiri acara Natal keluarga Do. Seonmi mengenakan sweater rusa yang dipinjamnya dari Hyerin..
“Seonmi! Akhirnya kau datang juga. Aku akan memperkenalkanmu kepada anggota keluarga kami yang lain,” Shinhye sangat bersemangat menyambut Seonmi di depan pintu.
“Kemarin rumah sakit memberikan boks yang berisi barang-barang Junhyeok ini kepadaku,” ujar Seonmi sambil menyerahkan boks itu kepada Shinhye.
“Semuanya, Seonmi sudah datang. Mari kita mulai acara tukar kadonya!” seru Do Chungyong dengan semangat menghampiri Seonmi.
“Paman Chungyong, aku sama sekali tidak menyiapkan kado untuk kalian,” Seonmi terdengar panik.
“Tenang saja Seonmi. Setelah kau bertunangan dengan Junhyeok, kau akam punya banyak waktu bersama keluarga Do,” Chungyong menepuk bahu Seonmi menenangkan gadis itu.
Rumah nenek Yejin sangat besar dibandingkan dengan ukuran rumah-rumah pada umumnya di Busan, terlihat rumah ini sudah turun temurun dihuni keluarga Do. Seonmi memperhatikan bangunan rumah itu tampak sudah berusia ratusan tahun dan banyak sekali foto-foto anggota keluarga Do tergantung di setiap sudut ruangan di rumah itu. Mereka tampak seperti keluarga besar yang sangat bahagia. Tampak juga ada foto Junhyeok dan Kyungsoo, mereka berdua sangat mirip ketika kecil. Namun sayang sekali, tampaknya Kyungsoo tidak hadir di acara Natal tahunan keluarga Do, padahal Seonmi penasaran pada personel EXO satu ini yang bisa membuat Hyerin sampai tergila-gila.
Di atas perapian tergantung banyak kaos kaki bertuliskan nama-nama anggota keluarga Do dan betapa terkejutnya Seonmi ketika di ujung ada kaos kaki yang bertuliskan namanya juga. “Hei Shinhye, apakah kau memiliki anggota keluarga yang bernama Seonmi juga?” bisik Seonmi.
Shinhye tertawa lebar, tampak giginya yang mengenakan kawat. “Tidak Seonmi, nenek Yejin khusus membuatnya untukmu semalam. Kau kan calon tunangannya Junhyeok, kau akan segera menjadi bagian dari keluarga kami juga. Tunggu saja sampai kau melihat apa yang nenek Yejin sudah siapkan sebagai kado Natalmu, kau akan sangat terkejut,” Shinhye tersenyum penuh arti mengakhiri kalimatnya.
“Baiklah untuk hadiah pertama tahun ini, aku akan memberikannya untuk Seonmi,” Nenek Yejin mengambil sebuah boks di atas meja dekat perapian. Seonmi menghampiri nenek Yejin untuk mengambil kadonya. “Aku harap kau menyukainya Seonmi, aku langsung membuatnya semalaman kemarin setelah ketika bertemu di rumah sakit,” kata Nenek Yejin. Seonmi membuka boks itu dan ia mendapati semua sweater berwarna pink cerah sebagai hadiah Natalnya dari keluarga Do. Seonmi benar-benar terharu, baru kali ini ada seseorang yang khusus membuatkan sweater untuknya.
“Terimakasih Nenek Yejin, aku benar-benar menyukai sweater ini,” Seonmi memeluk Nenek Yejin dengan erat. Nenek Yejin mengelus-elus punggung Seonmi,
“Sama-sama, Seonmi. Selamat datang di keluarga Do ya,” balas Nenek Yejin. Seonmi kembali ke tempat duduknya dan ia memandangi sweater itu, hatinya mulai dliputi rasa bersalah. Nara lah yang pantas mendapatkan semua ini, perhatian keluarga Do dan juga sweater pink tersebut.
Seonmi menghela napas panjang, membuka mulutnya dan mengatakan “Perhatian semuanya, ada hal penting yang ingin kusampaikan. Sebenarnya aku…” Seonmi sebenarnya sudah tahu kelanjutan kata-katanya, tapi ada sesuatu yang membuatnya lidahnya kaku dan suaranya tidak keluar. “Aku…” Seonmi berusaha melanjutkan kata-katanya lagi, tapi ia terus gagal.
“Apa yang ingin kau katakan Seonmi?” tanya Nenek Yejin cemas. Melihat tatapan cemas Nenek Yejin, Seonmi benar-benar merasa tidak enak apabila ia harus menyakiti perasaan orang yang telah merajutkan sweater pertamanya. Seonmi terdiam sejenak, lalu ia melanjutkan kata-katanya, “Sebenarnya aku merasa sangat beruntung telah mengenal kalian semua, keluarga Do, Kalian yang terbaik,” jawab Seonmi sambil mengangkat gelas Soju nya untuk bersulang.
Malam itu salju turun dengan sangat lebat, tadinya Seonmi hendak memaksakan diri untuk pulang naik bis, tapi Bibi Jiwon tidak mengizinkannya karena malam itu cuaca sangat dingin. Bibi memaksa Seonmi untuk menginap di rumah Nenek Yejin.
Waktu sudah menujukkan hampir tengah malam, Seonmi yang tidak bisa tidur tiba-tiba mendengar ada suara ketukan pintu. Seonmi ingin membukakan pintu untuk orang itu, tapi ternyata Shinhye sudah buru-buru lari dari kamarnya di lantai atas untuk membukakan pintu.
“Shinhye!” Seonmi bisa mendengar bahwa itu adalah suara seorang pria yang sedang berbicara. “Oppa, pelankan suaramu. Nanti kau bisa membangunkan Seonmi,” balas Shinhye.
Seonmi kaget begitu mendengar Shinhye mengucapkan nama itu. Akhirnya Kyungsoo muncul juga. Seonmi bisa membayangkan kalau Hyerin yang ada di posisinya sekarang, pasti Hyerin akan langsung berteriak heboh menghampiri Kyungsoo.
Keesokan paginya, Do Chungyong meminta putranya, Kyungsoo, untuk mengantar Seonmi pulang ke apartemennya. Seonmi dan Kyungsoo berkenalan pertama kali dalam suasana yang amat canggung. Kyungsoo sangat dingin menanggapi Seonmi, sangat berbeda jauh dengan tanggapan anggota keluarga Do yang lain. Hampir 15 menit pertama perjalanan mobil dari rumah keluarga Do ke apartemen Seonmi berlalu tanpa ada satu kata pun yang diucapkan dari Seonmi ataupun Kyungsoo.
“Kau bisa menurunkanku di sini Kyungsoo, apartemenku tinggal beberapa meter saja,” ujar Seonmi.
***
“Seonmi! Do Kyungsoo ada di sini!” Hyerin berteriak kencang.
“Wow. Tenangkan dirimu, Hyerin. Teriakanmu bisa memecahkan cangkir-cangkir yang sedang kucuci,” Seonmi meledek sepupunya. “Kyungsoo memang sedang ada di Busan kan, wajar kalau ia datang ke Bean Brothers,” lanjut Seonmi.
“Tapi ia kemari mencarimu, Seonmi,” Hyerin memelankan suara, ia terdengar serius. Seonmi yang sudah selesai mencuci piring terakhirnya, segera mengelap tangan dan langsung ke luar dari dapur.
“Sampaikan terima kasihku pada Kyungsoo karena sudah mau foto bareng,” teriak Hyerin dari dapur.
“Ada apa Kyungsoo? Dari mana kau tahu aku bekerja di sini?” Seonmi mendekati meja Kyungsoo.
“Hai Seonmi! Shinhye memberi tahuku kalau kau bekerja di sini. Ia melihat seragam yang kau kenakan ke rumah sakit beberapa hari lalu. Aku hanya ingin minta maaf atas sikapku tadi pagi dan mungkin kita bisa mengobrol sebentar,” kata Kyungsoo.
“Baiklah, kita bisa ngobrol di sini. Kau tidak keberatan kan menungguku sampai selesai membereskan dapur? Kau ingin pesan apa? Aku yang traktir,” tanya Seonmi.
“Vanilla latte, tanpa gula,” jawab Kyungsoo pendek.
“Aku tidak menyangka kau punya selera kopi yang sama dengan sepupumu,” ujar Seonmi sambil meletakkan secangkir vanilla latte pesanan Kyungsoo.
“Ngomong-ngomong ke mana sepupumu? Ia benar-benar histeris ketika melihatku, aku pikir ia akan pingsan,” kata Kyungsoo polos. Seonmi tertawa mendengar ucapan Kyungsoo.
“Hyerin sudah pulang tadi lewat pintu belakang, ia ada janji kencan dengan pacarnya,” jawab Seonmi. “Hyerin adalah EXO-L paling fanatik yang pernah aku kenal,” Seonmi mempromosikan sepupunya.
Junhyeok sudah mengalami koma selama seminggu dan sudah hampir 5 hari belakangan ini pula Kyungsoo selalu datang mengunjungi Seonmi ketika Bean Brothers tutup hanya untuk mengobrol ringan dengan gadis itu. Seonmi juga tidak keberatan meluangkan waktu untuk berbicara dengan Kyungsoo. Lain dengan Hyerin, Seonmi tidak mengenal Kyungsoo sebagai anggota EXO, boyband K-Pop paling populer saat ini. Seonmi hanya melihat Kyungsoo sebagai seorang pria muda dari Busan yang sebaya dengannya, memiliki kepribadian yang menarik dan selalu menyenangkan untuk diajak mengobrol.
“Hei Kyungsoo, apa malam ini kau ada acara? Para barista di Bean Brothers akan mengadakan malam karaoke di apartemenku dan aku secara khusus mengundangmu untuk menjadi bintang tamu,” ajak Seonmi. Kyungsoo mengernyitkan dahinya, ia tampak ragu-ragu.
“Ayolah Kyungsoo! Ini akan menyenangkan. Kau bisa menjadi juri selebriti di acara kami,” lanjut Seonmi. “Baiklah, Seonmi,” jawab Kyungsoo sambil tertawa.
***
Kyungsoo dan Seonmi sudah turun dari mobil dan mulai berjalan menyusuri halaman parkir apartemen dan tiba-tiba salju turun dengan sangat lebat. Seonmi yang tidak tahu cuaca akan menjadi dingin, malam itu hanya mengenakan jaket yang tidak terlalu tebal. Ia terlihat gemetaran ketika berjalan. Kyungsoo yang melihat Seonmi gemetaran langsung melepaskan jaket tebalnya dan mengenakannya pada Seonmi.
“Jangan repot-repot Kyungsoo, Sedikit dingin sudah biasa kok,” ujar Seonmi hendak melepaskan jaket itu.
Kyungsoo memegang tangan Seonmi, menghentikan gadis itu melepas jaketnya. “Tidak apa-apa Seonmi. Kau adalah calon tunangan sepupuku. Aku akan merasa bersalah sekali pada Junhyeok apabila aku tidak menjagamu dengan baik selama ia tidak ada,” kata Kyungsoo mantap.
Wajah Seonmi sedikit memerah, ketika Kyungsoo mengenakan kembali jaket itu padanya, jantungnya berdebar kencang dan ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul. “Terima kasih, Kyungsoo,” ujar Seonmi canggung.
Malam karaoke di apartemen Seonmi dan Hyerin berlangsung sangat seru. Kegiatan ini merupakan acara rutin para barista di Bean Brothers setiap bulannya. Bagi Seonmi dan Kyungsoo ini adalah kali pertama mereka mengikuti malam karaoke Bean Brothers.
“Kyungsoo bagaimana kalau kau menyanyikan sebuah lagu untuk kami semua di sini? Kapan lagi kami bisa punya kesempatan menyaksikan penamplian langsung personel EXO di hadapan kami secara gratis” celetuk Taeyoung, salah satu barista yang hadir pada malam itu.
Semua yang hadir ikut mendukung permintaan Taeyoung, “Kyungsoo, Kyungsoo, Kyungsoo,” seru yang lain menyemangati Kyungsoo untuk tampil. Kyungsoo meminjam gitar Taeyoung dan mulai bersiap-siap akan tampil menyanyikan sebuah lagu. Semua yang hadir bertepuk tangan menyambut penampilan Kyungsoo. Kyungsoo menyanyikan lagu “What I Want For Christmas” secara akustik.
Hyerin memperhatikan gerak-gerik Kyungsoo yang sering mencuri-curi pandang ke Seonmi selama menyanyikan lagu itu. “Seonmi, kurasa Kyungsoo menyanyikan lagu ini untukmu,” bisik Hyerin.
“Jangan bercanda, Hyerin. Tadi sebelum masuk ke sini, Kyungsoo sudah bilang kok kalau ia hanya menganggapku sebagai calon sepupu iparnya,” balas Seonmi.
“Percayalah Seonmi, Kyungsoo sedang mengorbankan perasaannya demi kebahagiaan kau dan Junhyeok,” kata Hyerin menerawang.
***
Paginya, Seonmi terbangun dengan melihat ada 20 missed calls dan sebuah SMS dari Shinhye. Seonmi membaca SMS tersebut dan isinya mengatakan bahwa Junhyeok sudah sadar dari komanya dan ingin berbicara empat mata dengan Seonmi. Seonmi langsung lemas membaca SMS dari Shinhye, ia tahu kebohongannya akan segera terbongkar. Seonmi segera bergegas menuju Rumah Sakit Haeundae Paik.
Ruang perawatan Junhyeok terlihat sepi, tidak ada tanda-tanda keramaian dari keluarga Do di sana. Seonmi membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati dan ia melihat Junhyeok yang tampaknya sudah menunggu Seonmi dari tadi. “Hai Seonmi!” sapa Junhyeok ramah. Berlawanan dengan Junhyeok, Seonmi tampak sangat ketakutan melihat Junhyeok. “Hai Junhyeok!” sapa Seonmi balik.
“Semua orang terus-menerus bertanya padaku tentang dirimu. Apakah aku mengingat kau sebagai calon tunanganku dan tentu saja aku bilang tidak karena memang kita tidak bertunangan kan? Atau memang kita bertunangan dan aku sudah mengalami amnesia akibat jatuh dari platform kereta?” tanya Junhyeok sungguh-sungguh.
“Aku benar-benar minta maaf, Junhyeok. Aku tahu kau pasti akan kaget mendengar apa yang telah kulakukan padamu,” jawab Seonmi lirih.
“Terus terang, ketika ayahku menyebutkan calon tunanganku bernama Seonmi, aku langsung teringat padamu. Gadis barista di Bean Brothers yang melayani pesananku di pagi sebelum kecelakaan dan ternyata benar dugaanku. Aku sama sekali tidak marah. Aku malah sangat beterima kasih kau telah mengantarkanku ke rumah sakit dan memastikan aku baik-baik saja,” kata Junhyeok.
“Lalu bagaimana dengan tunanganmu yang sebenarnya? Aku benar-benar merasa tidak enak,” lanjut Seonmi lagi.
“Santai saja, Seonmi. Aku tidak bertunangan dengan siapa-siapa sekarang. Nara telah memutuskan pertunangan kami, meskipun sebenarnya aku masih sangat menyayanginya,” Junhyeok terlihat sedih meratapi nasib percintaannya yang buruk. “Kau tahu, aku benar-benar terkejut karena nenek dan ayahku tampaknya sangat menyukaimu dan mereka berharap kau benar-benar akan menjadi bagian dari keluarga Do. Mereka tidak pernah bersikap begitu kepada Nara,” lanjut Junhyeok.
“Kurasa siapapun yang bisa menjadi bagian dari keluarga Do akan sangat beruntung karena keluargamu benar-benar luar biasa, Junhyeok,” jawab Seonmi.
“Apakah kau mau menolongku?” tanya Junhyeok tiba-tiba.
“Melihat semua kekacauan yang telah kubuat tentu saja aku harus menebus kesalahanku padamu,” jawab Seonmi.
“Bagaimana kalau kita pura-pura bertunangan? Aku akan mengundang Nara dan apabila ia masih mencintaiku, ia pasti akan menghentikan pertunangan ini dan kau bisa terbebas dari sandiwaramu tanpa perlu menjelaskan apa-apa. Kita sama-sama untung bukan?” Junhyeok memberikan penawaran pada Seonmi. Dengan cepat Seonmi langsung mengangguk menyetujui rencana Junhyeok.
***
Junhyeok dan Seonmi mengadakan acara pertunangan mereka pada akhir pekan di halaman belakang rumah keluarga Do. Semua anggota keluarga Do tampak sangat antusias mempersiapkan acara ini, terutama nenek Yejin. Nenek sampai khusus membelikan Seonmi sebuah gaun berwarna kuning cerah yang akan dikenakan pada hari pertunangan Seonmi dengan Junhyeok. Selain Junhyeok dan Seonmi, hanya Hyerin yang tahu bahwa rencana pertunangan Junhyeok dan Seonmi ini adalah rekayasa untuk Junhyeok kembali pada Nara dan Seonmi bisa lepas dari kebohongannya pada keluarga Do.
“Bagaimana dengan Kyungsoo, Seonmi? Kau sudah siap kalau harus menjauh darinya?” tanya Hyerin lagi. Seonmi terdiam sejenak, ia benar-benar tidak tahu jawaban atas pertanyaan Seonmi. Dalam hati kecilnya, Seonmi sangat takut apabila ia harus kehilangan Kyungsoo.
“Kita lihat saja nanti,” jawab Seonmi datar.
Sementara itu di ruangan yang berbeda, Kyungsoo dan Junhyeok sedang bersiap-siap. “Junhyeok, Nenek ingin kau menggunakan cincin ini untuk melamar Seonmi,” ujar Kyungsoo sambil menyodorkan sebuah kotak cincin kepada Junhyeok. “Seonmi gadis yang baik, dia pantas mengenakan cincin milik Nenek di jari manisnya. Aku benar-benar berharap hubungan kalian bisa selanggeng Kakek dan Nenek,” lanjut Kyungsoo tulus.
Junhyeok bisa merasakan kalau sepupunya memiliki perasaan pada Seonmi. “Aku berjanji padamu, semuanya akan berakhir bahagia, Kyungsoo,” kata Junhyeok sambil mengedipkan matanya.
Acara pertunangan Junhyeok dan Seonmi siap dilaksanakan. Seluruh anggota keluarga Do telah duduk di kursi mereka masing-masing, Junhyeok dan Seonmi sudah berdiri di hadapan para tamu. Junhyeok berlutut di hadapan Seonmi, mengeluarkan sebuah kotak cincin dari kantong jasnya. Junhyeok membuka kotak itu dan tampak sebuah cincin sapphire yang sangat indah. “Jung Seonmi, maukah menikah denganku?” Junhyeok mengajukan pertanyaan. Wajah Seonmi memerah sepersekian detik mendengar ucapan Junhyeok, meskipun ia tahu Junhyeok hanya berpura-pura mengatakan itu. Seonmi mengalihkan pandangannya ke arah Kyungsoo berharap Kyungsoo akan melakukan sesuatu untuk membatalkan pertunangan ini, tapi Kyungsoo hanya tersenyum dan menyemangati Seonmi untuk menerima lamaran Junhyeok.
“Aku keberatan! Hentikan pertunangan ini!” teriak seorang wanita.
“Nara?” ujar Junhyeok setengah kaget. Junhyeok tidak bisa membohongi dirinya kalau ia senang melihat Nara datang.
“Siapa gadis ini, Junhyeok? Berani-beraninya ia datang kemari dan mencoba menghentikan pertunanganmu dan Seonmi,” Nenek Yejin marah besar. Kyungsoo segera bangun dari tempat duduknya dan menarik Nara menjauh dari acara pertunangan Junhyeok dan Seonmi.
“Junhyeok, lakukan sesuatu! Aku ini tunanganmu kan?” teriak Nara lagi. Seonmi melihat Junhyeok yang kebingungan, ia ingin menolong Nara, tapi ia tidak berani melawan kemarahan Nenek Yejin.
“Kyungsoo, lepaskan Nara. Nara adalah tunangan Junhyeok yang asli dan aku lah yang telah berbohong mengaku-ngaku sebagai tunangan Junhyeok,” ujar Seonmi tiba-tiba. Kyungsoo langsung melepaskan Nara saking terkejutnya mendengar pengakuan Seonmi.
“Apa maksudmu,Seonmi?” tanya Kyungsoo sengit.
“Seonmi tidak salah. Ia terpaksa mengaku sebagai tunanganku karena malam setelah mengantarkanku ke rumah sakit, perawat tidak mengizinkan Seonmi yang tidak memilki hubungan apa-apa denganku untuk berbicara dengan dokter. Maksud Seonmi baik, kalian jangan menyalahkan dia dan lagipula acara pertunangan ini juga ideku. Aku yang meminta Seonmi untuk berpura-pura bertunangan denganku, Junhyeok menjelaskan.
“Lalu apa yang membuatmu berbohong sampai selama ini Seonmi? Mengapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya dari awal?” tanya Do Chungyong.
“Itu semua karena aku sudah terlanjur menyukai kalian semua, seluruh anggota keluarga Do. Aku takut apabila aku mengatakan yang sebenarnya, aku akan kehilangan kalian yang sudah membuatku akhirnya bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga. Aku benar-benar minta maaf. Masih ada satu hal lagi yang harus kukatakan, aku memang menyukai salah seorang anggota dari keluarga ini dan bukan Junhyeok yang aku maksud, tapi Kyungsoo,” Seonmi berusaha tegar mengucapkan kalimat-kalimat tadi. Suasana pesta yang tadinya hening menjadi kacau seketika, seluruh keluarga Do jadi sibuk sendiri berkomentar akan apa yang baru saja terjadi. Seonmi dan Hyerin merasa ini kesempatan yang baik untuk segera meninggalkan rumah keluarga Do.
“Kau baik-baik saja, Seonmi?” tanya Hyerin pada sepupunya. Seonmi sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun dari saat pengakuannya di depan keluarga Do, sampai mereka sudah sampai di halte bis.
“Aku tidak baik-baik saja, Hyerin. Apa yang harus aku lakukan?” Seonmi langsung menangis di pelukan Hyerin. Hyerin memeluk Seonmi erat, mengusap-usap punggung Hyerin. “Aku benar-benar minta maaf, Seonmi. Semua ini ideku,” bisiknya lirih.
***
Hari ini adalah hari terkahir Seonmi bekerja paruh waktu di Bean Brothers, besok ia akan terbang kembali ke Seoul untuk melanjutkan kuliahnya.
“Hyerin, sepertinya ada yang memencet bel dari meja kasir, aku cek dulu ya,” Seonmi keluar dari dapur dan melihat di depan meja kasir, ada Shinhye. Seonmi sedikit terkejut karena sudah seminggu sejak kejadian di rumah keluarga Do dan tidak ada satupun dari mereka yang menghubungi Seonmi lagi.
“Hai Seonmi! Aku tahu toko sudah hampir tutup, tapi apakah aku masih bisa memesan minuman?” pinta Shinhye dengan sedikit memohon. Seonmi tersenyum, “Kau ingin pesan apa?” tanyanya.
“Bisakah aku memesan vanilla latte tanpa gula?” jawab Shinhye.
“Sebentar ya, aku akan ke dapur menyiapkan pesananmu,” ujar Seonmi ramah.
Seonmi keluar dari dapur dan ia makin terkejut dengan pemandangan yang ada di depannya, Shinhye dan Hyojoo tiba-tiba sudah tidak ada lagi dan digantikan dengan Kyungsoo yang sedang berdiri di depan meja kasir. “Kyungsoo? Mengapa tiba-tiba kau muncul di sini? Ke mana adikmu?” tanya Seonmi bingung.
Kyungsoo tertawa kecil mendengar pertanyaan Seonmi. “Sebenarnya Shinhye memesan untukku,” jawabnya. “Baiklah, semuanya jadi 3000 Won, Kyungsoo,” kata Seonmi.
Kyungsoo kemudian merogoh uang dari kantongnya untuk membayar kopi itu. Namun ternyata bukan uang yang keluar dari kantong jeans Kyungsoo, tapi sebuah cincin sapphire yang tampak tidak asing bagi Seonmi.
“Kau tahu kalau Bean Brothers hanya menerima pembayaran dalam bentuk uang tunai kan?” sindir Seonmi.
“Tapi aku tidak bermaksud membayar pesananku dengan cincin ini. Cincin ini untukmu,” Kyungsoo menyodorkan cincin itu ke arah Seonmi.
“Kau jangan bercanda Kyungsoo,” balas Seonmi mengembalikan cincin itu ke arah Kyungsoo.
“Cincin itu sekarang jadi milikmu Seonmi,” ujar sebuah suara tiba-tiba. Seonmi mencari asal suara itu dan ternyata suara itu adalah suara nenek Yejin yang datang dengan Junhyeok dan Nara.
Seonmi tidak mengerti maksud perkataan nenek Yejin, “Cincin itu kan harusnya jadi milik Nara karena ia yang akan menikah dengan Junhyeok, bukan aku,” balasnya polos.
“Aku tidak memerlukan cincin itu lagi Seonmi. Selama aku bisa bersama dengan Junhyeok, aku tidak peduli cincin apapun yang melekat di jari manisku,” celetuk Nara sambil menatap Junhyeok dengan mesra. Seonmi turut senang melihat akhirnya Junhyeok dan Nara bisa bahagia bersama.
“Tidak Kyungsoo, aku tidak mau menikah denganmu, Mungkin tidak untuk sekarang ini,” Seonmi tertawa canggung menutupi kebingungannya.
Kyungsoo tertawa geli mendengar ucapan Seonmi, “Kau benar-benar salah paham, Seonmi. Kau bahkan belum mendengar pertanyaanku. Baiklah Jung Seonmi, apakah kau mau menjadi pacarku? tanya Kyungsoo serius.
Seketika wajah Seonmi langsung memerah dan jantungnya berdetak sangat cepat. Seonmi tahu kalau ini pertanyaan yang sudah lama ia tunggu dari Kyungsoo, tapi saat yang sama ia benar-benar terkejut dan tidak tahu harus menjawab apa. Ini pertama kalinya seorang pria menyatakan perasaannya pada Seonmi. Seonmi terdiam cukup lama sambil menatap cincin itu.
Seonmi kemudian mengangguk malu-malu, “Ya Do Kyungsoo, aku mau jadi pacarmu.”
***
“Kau tahu kalau sebelum aku jatuh cinta padamu, aku sudah jatuh cinta duluan pada keluargamu?” kata Seonmi keesokan harinya dalam penerbangan menuju Seoul.
Kyungsoo tertawa lebar, “Keluargaku memang yang terbaik, kan?” tanya Kyungsoo balik. Seonmi menjawab pertanyaan Kyungsoo dengan senyum manja sambil menyandarkan kepalanya di bahu Kyungsoo.