CHAPTER 2 : Hot And Cold
From: Park Chanyeol
Ahra-ah, aku lupa password Twitterku. Kamu kan yang buatkan, jadi pasti kamu masih ingat passwordnya ‘kan? (01:31 PM)
Kamu ini kemana saja sih? Kenapa telepon dariku gak pernah diangkat? (03:44 PM)
Ahraaaaaa T.T (04:00 PM)
To: Park Chanyeol
(04:15 PM) PCY2711twitter. Itu passwordnya.
From: Park Chanyeol
Uwaah, dingin sekali kamu ya. Seperti udara bulan Januari saja! (04:19 PM)
Terima kasih, sayang <3 (04:19 PM)
Jika saja aku tidak melanjutkan perkenalanku dengan Sehun, tentu aku sudah luluh kembali pada Chanyeol. Hanya dengan kata “sayang” dan emoticon hati, pertahananku pasti sudah runtuh dan akan kembali tergila-gila padanya. Well, sebenarnya hal itu masih ada efeknya di hatiku sih. Tapi kini ada Sehun yang bisa mengalihkan perhatianku dari si brengsek Chanyeol.
Dua minggu berkenalan dengan Sehun, aku seperti menemukan diriku yang baru. Sehun adalah sosok yang sangat manis dan lucu. Terutama di awal perkenalan kami saat ia masih belum bisa berbicara dan kami hanya bisa berkomunikasi lewat handphone walau kami duduk sebelahan. Sehun juga pria yang sangat baik, bahkan baru berkenalan di waktu yang cukup singkat aku sudah merasa nyaman dengannya. Aku jadi merasa lebih bisa menghargai diriku sendiri.
“Noona, kenapa diam saja?” tanya Sehun dengan lembut sambil membawakan makanan yang kami pesan. Tiga hari terakhir ini suaranya sudah kembali normal dan aku sangat menyukainya.
“Ah gak apa-apa,” kataku sambil menyingkirkan tas dari tempat duduk sebelahku. Namun aku sedikit kecewa, karena melihat Sehun malah duduk berhadapan denganku. Ah, aku ternyata sudah terbiasa dengan Chanyeol yang selalu ingin duduk sebelahan denganku setiap kali makan.
“Ini menu kesukaanku, setiap pulang dari les, aku pasti mampir kesini untuk memakannya. Noona, ayo kita makan.”
“Sebelum makan disini denganku, biasanya siapa yang menemanimu untuk makan makanan favoritmu ini?” tanyaku sambil menggigit French fries dan menatap wajah tampannya.
“Sendiri. Eh biasanya ada teman sih..,” jawabnya sambil balas menatapku.
“Aku kok kurang percaya ya hehe. Memangnya kamu gak ada dekat dengan cewek lain?”
“Hmm, ada sih. Tapi ya hanya dekat saja, gak lebih dari itu. Kalau noona sedang dekat dengan siapa sekarang? Apa masih dengan si anak basket itu?”
Mendengar pertanyaan Sehun itu aku langsung tersedak. Bagaimana dia bisa tahu tentang Chanyeol? Padahal sepertinya kami gak pernah memamerkan hubungan kami saat di SMA.
“Anak basket yang mana?” tanyaku pura-pura polos.
Sambil menepuk tangan kananku, Sehun berkata, “Ah sudahlah jangan sembunyi-sembunyi. Aku tahu kok kalian ada hubungan spesial. Teman sebangku-ku waktu aku masih jadi anak baru juga anggota klub basket sekolah kita. Jadi ya aku tahu.”
“Oh haha begitu ya..,” jawabku ragu-ragu. “Jadi bagaimana, apakah noona masih dekat dengan dia?” Aku hanya bisa menjawabnya dengan gelengan kepala sambil mengaduk ice chocolate-ku.
“Kalau begitu, aku berhenti memanggilmu noona ya? Oke Ahra?”
“Apa hubungannya antara aku sudah tidak bersama anak itu dengan kamu yang gak mau lagi memanggilku noona?”
“Ada dong. Kalau kamu sudah gak punya pacar, berarti aku bisa mendekatimu. Lebih dari teman. Aku akan memulainya dengan memanggilmu dengan lebih akrab lagi.”
**
Makan malam dengan Sehun dan mengobrol banyak tentang latar belakang kami berdua membuat aku tak sempat melihat ponsel. Sesampainya di rumah, ternyata ada dua panggilan tak terjawab dari Chanyeol dan satu dari Seurin. Pasti keduanya berkaitan. Tapi aku lebih memilih untuk menelepon sahabatku terlebih dahulu.
“Rin-ah, ada apa? Aku tadi gak melihat ponselku.”
“Waah, kamu pasti sedang asyik mengobrol dengan si brondong Sehun itu ya?” kebiasaan Seurin memang selalu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.
“Haha iyaa. Rin-ah, Sepertinya aku mulai menyukainya. Aku yang biasanya kebal dengan godaan pria lain, sekarang malah ketagihan akan dirinya. Aku seperti diberi kemudahan untuk melupakan Chanyeol.”
“Aku senang kalau kamu bisa menemukan hal baru yang menyenangkan, apapun bentuknya. Tapi tadi Chanyeol meneleponku. Katanya telepon darinya juga tak kau angkat.”
“Sudah kuduga pasti tadi dia yang meminta kamu untuk meneleponku kan? Pasti dia menyangka aku sedang menghindarinya.”
“Chanyeol sudah mulai seperti anak hilang. Dia sempat menanyakan padaku tentang kamu yang cuek dengannya belakangan ini.”
Sambil memijat kepala, aku membalas, “Bagaimana ya? Apa mungkin perasaanku yang kelewat kuat padanya ini hanya karena waktu kebersamaan kami yang lama? Tetapi aku sudah merasa capek, Rin-ah.”
“Iya, aku mengerti. Lalu kalau misalnya si Sehun menyatakan perasaannya padamu bagaimana? Apakah kau akan menolaknya?”
“Mungkin aku ingin mencobanya. Mungkin Sehun adalah sosok yang bisa membuatku melupakan Chanyeol. Sehun mengajakku kencan di malam Valentine, by the way.”
“Huwaaa.. siapa tahu itu saat dimana ia akan menyatakan perasaannya padamu. Apapun keputusanmu, akan aku dukung sepenuhnya. Asal kamu gak menyakiti perasaanmu sendiri ya.. Sekarang istirahatlah.”
“Baiklaah, terima kasih sahabatku sayang..”
**
From: Park Chanyeol
Ahra-ah,kamu kemana saja? Aku merindukanmu T.T (11:21 AM)
Aku kerumahmu, ya? (11:21 AM)
Ahraaaaaaaaaaaaa (11:22 AM)
Aku di depan rumahmu. Cepatlah keluar.. (01:55 PM)
To: Park Chanyeol
(02:01 PM) Aku sedang tidak dirumah. Pulanglah, udara dingin.
Melihat pesannya darinya, ingin sekali aku turun dan memeluknya. Kalau saja Park Chanyeol berhenti bersikap hot and cold.