CHAPTER 2 : ' Please, Don't Realize My Name '
Kuangkat wajahku menatap suasana lapangan yang ramai seperti biasa. Ramai oleh anak-anak lain yang tampak seru bermain sepak bola di tengah jam istirahat. Aku hanya menatap mereka tanpa memiliki rasa ketertarikan dengan permainan yang sedang dimainkan. Bukan apa-apa, aku memang tidak mengerti tentang sepak bola, aku hanya menikmati semilir angin yang kadang menerpa, menerbangkan anak-anak rambutku lembut, sekaligus memperhatikan wajah-wajah sumringah disaat-saat mereka tak lagi memikirkan tentang nilai dan peringkat.
Ku hembuskan nafasku panjang.
Sudah sekitar seminggu lebih aku tidak pernah lagi berjumpa dengan Kim Myungsoo. Ah, tiba-tiba saja nama itu muncul di pikiranku. Bagaimana tidak? Hidupku kembali tenang dan aku pun dapat menikmati kehidupan sekolah yang menyenangkan. Yahh, Kami sudah memulai pelajaran biasa di kelas kami masing-masing. Aku tetap bersama Sin Ah dan dia kembali pada kehidupan sekolahnya seperti biasa. Oh, Bukannya aku rindu padanya. Bukan! Bahkan tidak sama sekali!
Hanya saja, kini kami berdua seperti orang asing. Bertemu pun tak akan bertegur sapa, seolah kami tidak pernah berjumpa satu sama lain.
Entahlah, aku tak perlu memikirkannya lagi.
Aku terlalu sibuk dengan kehidupan baruku.
“Seo Rim-ah!!,” seru Sin Ah mengagetkanku.
Aku menoleh begitu dia duduk tepat disampingku.
“ Wae?” Tanyaku sembari membuka kembali novel misteri di tanganku.
Ia melirikku, lalu menatapku ngeri setelah melihat cover novel yang kubaca. “ Hiii! Kau itu selalu membaca novel aneh ini ya!!?” Serunya begidik. Aku hanya tersenyum. Sesaat kemudian, Sin ah kembali menyahut, “Seo Rim-ah, aku mau masuk klub musik. Kau harus ikut denganku!”
Spontan aku menoleh.
“Shireo ( Tidak mau )!!” aku menolak tegas. Wajahnya berubah cemberut, namun aku tetap tak peduli.
“Wae? Wae? Wae??”tanyanya merajuk.
“ Kau tahu aku tak bisa bermain musik kan? Suaraku saja seperti piring pecah!!”
“Ayolah, Seo Rim!! Disana ada Myungsoo sunbae! Jebal!!” Rengeknya memelas.
“ Shireo!”
“ K-keeundae…”
Kututup novel ditanganku dengan kasar kemudian menatapnya tegas.
“ Shireo! Aku tak peduli dengan laki-laki bernama Myungsoo itu! Aku hanya akan memilih klub yang menarik untukku, neo arra ( Kau mengerti )!?” Tandasku tajam.
Kulihat Sin Ah yang semakin mengerucutkan bibirnya. Ia langsung berdiri tanpa menghiraukan wajah heranku. Dia mudah sekali merajuk jika keinginannya tak terpenuhi. Terkadang, aku saja dibuat bingung olehnya. Tampak luar saja dia lembut dan penurut!
“ Ani (Tidak ) ! Kau tetap harus ikut. Arraseo ( Paham )!!?,” paksanya sambil pergi meninggalkanku.
Aku berdiri dan berseru, “ YAA!! Sin Ah!!!! Shin Sin Ah!!!”
Ku banting buku ditanganku dengan jengkel.“ Aish! Dia benar-benar keras kepala!!” Gerutuku kesal.
***
Aku memasuki ruang klub musik yang lumayan luas. Banyak murid lain yang memainkan musik disana, sebagian malah hanya bergurau dengan temannya. Sementara itu disisi lain, terlihat berbagai alat musik yang tertata rapi dan masih mengkilap, menandakan bahwa mereka secara khusus dirawat setiap minggunya. Kualihkan pandanganku, mengabadikan seluruh visual yang tertangkap di mataku. Disana, tepat di dinding, tertempel beberapa poster pemusik klasik seperti Bethoven, Mozart dan lainnya.
Kuhentikan langkahku. Kini, pandanganku tertuju pada seorang pria. Seorang pria yang sedang memainkan gitarnya sambil bernyanyi dengan suara indahnya.
Dia adalah Kim Myung Soo.
Sosoknya kini tampak berbeda. Entah mengapa ekspresi lembut itu mampu menghipnotisku. Membuatku terpaku lama menatapnya dengan perasaan yang sama sekali tak ku mengerti.
Sedikit mengganggu namun membuatku gugup.
“Seo Rim-ah, ayo kesana.” Suara Sin Ah seketika membuyarkan lamuanku. Ia menunjuk seorang pria yang sedang bicara dengan wanita yang membawa sebuah map. Aku hanya mengangguk mengikuti.
“Sung Kyu sunbae,” panggil Sin Ah pada namja tersebut.
Orang itu langsung menoleh. “Ne?” tanyanya.
“ Aku Shin Sin Ah dan dia Sung Seo Rim. Kami ingin ikut klub ini…”
Tepat saat itu, wanita yang bersamanya tadi maju selangkah. Wajahnya sinis dengan kedua matanya yang tajam, Namun kuakui dia cukup cantik dan menarik diantara wanita-wanita lain. Bisa dikatakan dia Ulzzang di sekolah ini.
Ku lirik name tagnya. Tertulis nama Shun Lily disana.
“ Kalian kelas berapa?” tanyanya.
“ Kelas satu.”
Ia mengangguk dan mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, mencari seseorang.
“Woo Hyun-Ah, kemari!! Ppali!” serunya pada seorang pria lain.
Pria bernama Woo Hyun itu langsung berlari menuju kami.
“Wae?” tanyanya.
Lily menunjuk kami. “Mereka ingin mendaftar, bisa kau urus kan?”
Woo Hyun sunbae hanya mengangguk.
“Kajja!!! Ayo kemari.” Ajaknya pada kami.
***
Lily memandang lekat pada Myung Soo yang sedang menulis sebuah lirik di sudut ruangan. Ia memandangnya tak berkedip dan kadang tersenyum melihat Myung Soo saat kebingungan apabila pikirannya buntu untuk membuat kata dalam lagu. Wajahnya yang serius seketika membuatnya tertarik.
Benar, dia memang selalu tertarik padanya...
Saat itu juga Myung Soo tersenyum kepadanya.
“Kau sedang apa? Kemarilah!” seru Myungsoo. Dengan cepat, Lily menghampirinya.
“Kau membuat lagu lagi, ya?” tanyanya mengambil selembar kertas berisi partitur. Myung Soo hanya mengangguk dan memainkan gitarnya kembali.
Saat itu, aku dan Sin Ah masuk ke ruang klub itu. Dengan wajah sumringah, Sin Ah tampak semangat untuk masuk dalam klub ini. Ia langsung berlari menuju tempat Myungsoo dan Lily sunbae berkumpul. Aku jadi tak habis pikir, apa dia tidak malu bertingkah seperti itu?? Dasar Sin Ah! pikirku seraya berjalan mengikutinya.
“Myungsoo sunbae! Bagaimana menggunakan gitar ini? Bisa kau ajari?” ucap Sin Ah merebut gitar yang dipegang Myung Soo.
Myungsoo hanya memandangnya heran, begitu juga Lily.
“ Ah, Aku lupa.” Sahut Lily tiba-tiba. “ Dia Shin Sin Ah, anggota baru klub kita.”
Myungsoo hanya diam, sedikit tak peduli.
Kini Lily berpaling kearahku, dengan cepat kupalingkan wajahku sambil memakaiakan masker pada mulutku.
“ Dan dia, Sung—“
“A-AH!! Aku juga anggota baru!!!” Potongku cemas, menghentikan Lily yang akan menyebutkan namaku.
Aku langsung berpaling kearah lain begitu Myungsoo menatapku selama beberapa detik. Huh! Ini membuatku gugup! Bagaimana kalau dia menyadari siapa diriku!? Aku tak ingin dia tahu bahwa akulah orang yang ditindasnya selama tiga hari penuh!!
“ Kalau begitu biar aku yang mengajarimu…,” ucap Lily menawarkan.
Sin Ah menoleh menatapku kecewa. Tampak wajahnya yang kecewa.
“ Hei, aku tak ingin bersama penyihir Lily ini…” Ucapnya berbisik.
Aku hanya menatapnya prihatin. Mau bagaimana lagi?
Aku sama sekali tidak keberatan diajari oleh siapa pun. Toh aku masuk kemari bukan karena ingin bertemu Myungsoo, atau siapapun itu. Mungkin tepatnya aku dipaksa oleh Sin Ah!
Lily berdiri lalu mengambil gitar.
“Ayo kita kesana.” ucapnya menunjuk sudut yang bersebrangan.
Baru selangkah, ku rasakan seseorang tiba-tiba menarik tanganku. Dan seketika keringatku bercucuran amat deras begitu kutahu Myungsoo yang kini berdiri dihadapanku. Sangat dekat hingga membuatku salah tingkah.
“ Tidak. Kalian boleh latihan disini,” sergah Myung Soo tiba-tiba.
Lily dan Sin Ah berpaling, menatap Myungsoo heran. Saat itu pula, ia melepaskan genggamannya dan mendorongku pelan agak menjauh.
Lily menyahut, “Tapi kau baru menulisnya..” Ucapnya menunjuk lembaran partitutur yang tersebar di dekat Pria itu.
“Itu tak akan mengganggu..” Ucapnya.
Sedetik. Hanya sedetik. Namun sempat kurasakan senyuman tipis itu tersungging di bibir Myungsoo saat melirik kearaku. Senyuman tipis yang menekan. Seringaian nakal seolah menemukan mangsa yang selama ini diinginkannya.
Membuatku seketika panik.
“ Apa yang diinginkannya sekarang…” Bisik ku dalam hati.
***
“ Selanjutnya, ini kunci C dan ini D lalu ini E.. dan ini…” Lily mendongak menatap Sin Ah.
“ YAA!! Shin Sin Ah!! Sebenarnya kau ingin belajar atau menatap Myungsoo saja disini!!” Seru Lily gemas.
Spontan Sin Ah langsung berpaling lalu menunduk, mengutuk kebodohannya.
Lily kembali berkata dengan nada jengkel, “Aku tak perlu mengajarimu kalau kata-kata ku saja terpental dari otakmu!!” omelnya kesal.
“M-Mian..” ucap Sin Ah meminta maaf.
“ Biar ku coba memainkannya…” Sahutku kemudian.
Lily menyerahkan gitar padaku. Dengan seksama, Ku petik senar-senar gitar hingga mengeluarkan suara yang harmonis, sekuat tenaga berkonsentrasi sembari mengingat kunci-kunci gitar yang baru saja Lily Sunbae ajarkan. Sungguh, ini baru pertama kalinya aku memegang gitar dan memainkannya. Dan kurasa, benda ini sangat menarik.
Tring..tring..tring..tring….
Suara petikan gitarku tidak begitu jelek, tapi memang aku belum puas dengan kemampuanku walau jauh diatas Sin Ah.
“ Cukup bagus.” Puji Lily. Ia kemudian menoleh kearah Sin Ah. “ Lebih baik dari pada seseorang yang hanya menatap seorang pria di depannya…” Sindirnya sinis.
Sin Ah hanya terdiam dan menampakkan wajah kesalnya. Sementara Myungsoo hanya tersenyum simpul.
“ Benar kalau semua orang menyebutnya penyihir…” Bisik Sin Ah padaku.
Aku balik menatapnya. Sambil tetap berbisik aku mengatakan, “ YA! Aku tidak peduli dia penyihir atau bukan, memang siapa yang memaksaku berada disini sekarang!? Kau ini mau apa sih!?” Cerososku mengomel.
“M-mian…”
Ding…Dong…
Suara bel pulang terdengar nyaring. Dari kejauhan terdengar derap langkah kaki anak-anak lain yang semangat keluar dari kelas dan siap untuk pulang ke rumah atau menyempatkan diri pergi ke mall untuk nonton. Beberapa siswi malah cepat-cepat untuk menuju salah satu agensi untuk audisi. Akhir-akhir ini memang banyak agensi yang membuka kesempatan lebar-lebar untuk menemukan talenta-talenta baru yang tentunya lebih fresh.
“Kajja..” ucapku mengajak Sin Ah pulang. Sementara Sin Ah masih asyik berbincang dengan Kim Myung Soo. Huh! Aku gerah dengan adegan seperti ini!! Enak saja aku dijadikan orang ketiga diantara mereka!!!
Sin Ah menoleh kepadaku. “Sudah waktunya ya?” tanyanya aku mendesah panjang.
“Aish! Kau ini mau sampai kapan menatap wajahnya!?”
Ia tersenyum simpul kemudian berdiri dari duduknya.
“ Selama-lamanya!!” ucapnya berlari meninggalkanku. Aku hanya menampakkan wajah kesal lalu mulai membereskan semua bukuku, siap meninggalkan Myung Soo yang masih disana.
Sesaat aku mencoba berdiri, namun dengan cepat pria itu meraih tanganku.
“ Hei, bukankah ini sudah waktunya membuka maskermu? Kau belum melupakan ku, kan?” Ucapnya menggoda.
Ia menyeringai tipis, membuat kedua kaki ku langsung lemas tak berdaya. Terdengar degupan jantungku yang hampir copot menanggapi kejutan tiba-tiba ini.
“Sial! Ternyata dia masih mengenalku!!” gumamku panik.
“Ch-ch-chakkkaman..,” ucapku dengan gugup.
***TO BE CONTINUE***