Posted by KaptenJe | Minggu,29 Januari 2017 at 20:19
1
1280
Status
:
Ongoing
Cast
:
Bora, Kim Hee Chul, Taeyeon, Dasom, Tifanny & Eun Hyuk.
CHAPTER 2 :
"Hey You!"
Apa yang paling membuatmu bahagia? Bagaimana kau akan menikmati harimu? Dan bagaimana kau menyembunyikan kesedihanmu? Bora memiliki jawabannya, jauh di dalam lubuk hatinya. Sekarang, dia hanya mencoba menjalani kehidupannya seperti air mengalir, seperti daun yang terbawa angin, tak tahu dimana akan terjatuh lagi.
Pagi ini seperti biasa, suasana Universitas Chung Ang belum terlalu ramai hanya beberapa mahasiswa dengan jadwal kuliah pagi berlalu lalang. Sudah setahun Bora merasakan suasana kampus di pagi hari, tapi bukan karena dia memiliki jadwal kuliah pagi, melainkan dia memiliki tanggung jawab sebagai pekerja administrasi di kampus ini. Bora memiliki tujuan yang berbeda dengan gadis seusianya di kampus ini.
“Annyeonghaseo” sapa Bora membungkuk dan tersenyum cerah kepada seluruh isi ruangan. “Bora ya, kau sudah disini” seseorang menghampiri Bora. “Ye, Onnie” jawab Bora. “Syukurlah kau datang lebih awal” katanya menepuk bahu Bora. “Tentu saja, kau tahu kan aku yang membangunkan ayam di pagi hari agar ayam tersebut bisa membangunkanmu, hehehe.” Bora selalu punya jawaban. “Hahaha kau selalu menggemaskan Bora yaa” wanita itu mencubit pipi Bora. “Augh sakit, onnie. Cepat katakan apa yang harus ku kerjakan” sahut Bora. “Mian, hehe. Hari ini kau fokus saja di ruang pendaftaran dan membantu pendaftaran mahasiswa pindahan, mungkin beberapa hari ini itu tugasmu, urusan administrasi lain akan aku kerjakan” jelas wanita tersebut. “Yee, aku ke meja depan sekarang” Bora berbalik dan beranjak keluar ruangan. “Baiklah, Bora ya, terima kasih” wanita itu sedikit berteriak melihat Bora menjauh. “Nde, onnie” Bora melambaikan tangganya kebelakang tanpa menoleh.
-----
“Oppa!” Taeyeon berteriak dengan suara halus hampir berbisik. Hee Chul menoleh dan menghampiri Taeyeon. “Taeyeoni? Ya, apa yang kau lakukan? harusnya berteriak lebih keras lagi, kalau aku tidak menoleh tadi, mungkin aku akan tersesat tidak bisa menemukanmu” kata Hee Chul. “Bukannya kau mendengar suaraku tadi?” tanya Taeyeon. “Aku tidak sengaja menoleh, kemudian melihatmu, apa kau sedang sakit tenggorokan?” Hee Chul memandangi Taeyeon. “Anioppa, aku baik-baik saja. Hanya saja aku tidak terbiasa berteriak ditengah keramaian, kau kan tahu aku akan malu nanti jika semua orang menoleh padaku.” jawab Taeyeon. “Yaa, gadis ini benar-benar. Kau biasa berteriak padaku seperti seorang ahjumma yang sedang menagih hutang.” sahut Hee Chul. “Oppa…” Taeyeon mencubit tangan Hee Chul. “Argh…” Hee Chul meringis. “Ayo kita harus menyelesaikan pendaftaranmu disini.” Taeyeon menarik tas Hee Chul. “Yaa..yaaa” keluh Hee Chul.
-----
“Selamat datang ada yang bisa saya bantu?” Bora menyapa dengan ramah dan tersenyum lebar. “Aku ingin menyelesaikan pendaftaran mahasiswa pindahan dari Amerika atas nama Kim Hee-Chul” jawab Taeyeon. “Baik, akan saya periksa” Bora kemudian terlihat fokus pada komputernya. “Hanya tinggal menyelesaikan formulir pengambilan paket mata kuliah semester ini, silahkan di tanda tangan oleh Tuan Kim Hee-Chul” Bora memberikan selembar kertas kepada Taeyeon. “Apa aku bisa mewakilinya?” tanya Taeyeon. “Mohon maaf tetapi harus mahasiswa yang bersangkutan karena ini adalah persetujuan pengambilan paket mata kuliah semester ini beserta jadwal dan ketentuannya, Tuan Kim Hee-Chul harus membacanya dengan baik dan tidak bisa merubahnya jika formulir ini sudah di tanda tangan.” jelas Bora. “Baiklah” Taeyeon menyerahkan kembali formulir tersebut kepada Bora, ia kemudian melangkah sedikit menjauhi loket pendaftaran. “Oppa, kau dimana?aku tidak bisa mewakilimu. Kau harus tanda tangan sebuah formulir.” Taeyeon berbisik di telepon. “Arraso, aku sedang menuju kesana” jawab Hee Chul kemudian mematikan teleponnya.
“Dimana aku harus tanda tangan?” Hee Chul menghampiri Taeyeon yang duduk dikursi tunggu depan loket pendaftaran. “Kau minta formulir pendaftaran perkuliahan atas nama Kim Hee-Chul disitu.” Taeyeon menunjuk ke arah loket tersebut.
“Jeogiyo, aku Kim Hee…” Hee Chul terlihat terkejut. “Ye, ada yang bisa saya bantu?” jawab Bora. Hee Chul tetap terdiam memandang Bora. “Permisi, Tuan ada yang bisa saya bantu?” tanya Bora lagi. “Ye, ah itu, aku mencari formulir atas nama Kim Hee-Chul” jawabnya sedikit gugup. “Kim Hee Chul pindahan dari Amerika? Wah aku kira kau akan berbicara dalam bahasa Inggris” kata Bora sambil mencari formulir milik Hee Chul. “Ah itu, tidak, aku sangat lancar berbahasa Korea” sahut Hee Chul. “Tentu, kau orang Korea kan? namamu, bahkan wajahmu sangat Korea, untuk apa repot-repot mengurus kepindahanmu lewat jalur asing, kalau kau bahkan sangat lancar dengan bahasa Korea. Tidak masuk akal.” Bora bergumam dan menyerahkan formulir tersebut dan menyunggingkan senyumnya. “Ya, tangsin jigeum mwora keuraesseo? kau ingat kan ini aku, makanya kau sudah menyiapkan ketidaksopananmu itu” Hee Chul meninggikan suaranya. “Apa? Tangsin? kita baru bertemu dan kau sudah bicara bahasa tidak formal kepadaku?” tegas Bora. “Augh…benar-benar, siapa sih orang ini?” Bora bersungut-sungut. “Yaa, bahkan kau saja tidak punya rasa malu pada orang yang baru kau temui!” Hee Chul heran dengan sikap Bora yang seolah tak mengenalinya. “Cih, formal apanya” ketus Hee Chul lagi. “Ya, kau ini siapa? Artist juga bukan, tapi sombongnya selangit. Kau ini daftar lewat jalur mahasiswa asing karena mau pamer kan? Agar semua orang bilang kau pemuda Korea yang hebat karena sekolah di Amerika” bentak Bora. “Ya…apa kau bilang? Sungguh aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi orang seperti kau, bagaimana bisa gadis macam ini bekerja sebagai petugas di lingkungan pendidikan, dia saja tidak bisa mendidik mulutnya itu” Hee Chul mulai mengibaskan kerah kemejanya, hawanya mulai panas, pikir Hee Chul. “Waeyo, oppa?” tanya Taeyeon yang heran karena Hee Chul bernada tinggi di depan loket. “Yaaa gadis warung gimbap, kau hilang ingatan?” Hee Chul tidak menghiraukan kehadiran Taeyeon. “Apa? Gadis warung gimbap katamu?” Bora bingung, banyak yang iya pikirkan akhir-akhir ini dan tidak semua kejadian bisa diingatnya dengan baik. “Iya, kau si gadis doyan gimbap yang tak tahu malu” kata Hee Chul. “Kau? Ah iya, aku bisa mengenali teriakanmu yang bisa merusak gendang telingaku.” Bora akhirnya mengingat sosok pemuda itu. “Apa? Lalu bagaimana dengan suaramu yang bisa membuat kaget cacing di bawah tanah sekalipun!” Hee Chul tak mau kalah. Taeyeon masih bingung dan tak tahu harus bilang apa. “Ya!” teriak Bora. “Oppa, dia siapa?kau kenal dengannya?” tanya Taeyeon perlahan. ‘Taeyeon ah, tidak penting dia siapa, yang jelas aku sedang sial karena bertemu lagi dengan kaleng rombeng ini” Hee Chul menandatangani formulirnya. “Ya, kaleng rombeng kau bilang??” Bora terlihat kesal. “Nih formulirnya” Hee Chul meletakkan formulir itu dan menarik tangan Taeyeon untuk segera pergi dari loket itu. “Ya, kau harus menyimpan lembar ini juga!” teriak Bora. Tapi Hee Chul dan Taeyeon telah menghilang dibalik lorong. “Augh…dasar” Bora menggerutu.
-----
“Oppa?” Taeyeon memanggil Hee Chul yang sedang duduk disebelahnya sambil meminum jus. “Oh” Hee Chul menoleh. “Gadis itu siapa?” tanya Taeyeon. “Gadis yang mana?” Hee Chul balik bertanya. “Gadis yang di loket pendaftaran tadi, sepertinya kau mengenal dia dengan baik, bahkan berbicara tidak formal dengannya dan juga ini kan pertama kali kau kesini, tapi kau sudah mengenal orang yang bekerja disini, apa kau berteman dengannya? Apa kau bertemu dengan dia sebelum kau berangkat ke Amerika?” Taeyeon terus bertanya seperti petugas interogasi di Bandara jika seseorang terlihat mencurigakan. “Itu… hmm Taeyeon ah” Hee Chul membalikkan badannya dan meluruskan pandangannya kearah Taeyeon. “Oh?” Taeyeon menatapnya dengan serius. “Kau…tidak meminum jusnya?” Hee Chul kini memastikan bahwa yang dilihatnya adalah jus ditangan Taeyeon. “Ya..OPPA!” jerit Taeyeon. “Wae…? Kalau kau tidak minum biar aku saja yang minum, aku sangat haus.” Hee Chul mengambil jus dari tangan Taeyeon. “Ya…a…” keluh Taeyeon.
“Wah Hee Chul ah, kau sudah kembali!” tiba-tiba seorang pemuda menghampiri Taeyeon dan Hee Chul. "Hyuk Jae?” Hee Chul Nampak mengenali pemuda tersebut. “Oppa, aku ada kelas, kita bertemu jam makan siang saja, aku akan menghubungimu nanti! Hyuk Jae Oppa, aku duluan.” Taeyeon meninggalkan Hee Chul dan Hyuk Jae yang bingung karena Taeyeon terburu-buru. “Ya, bukannya kau akan tiba disini besok? Apa kau ingin membuat kejutan untuk Taeyeon hari ini?" tanya Hyuk Jae. “Tidak, aku memang sudah menjadwalkan kepualanganku, pagi kemarin.” jawab Hee Chul. “Woah, Taeyeon memang pintar. Dia sengaja memberi tahu semua orang kau tiba disini besok, agar dia punya dua hari lebih awal berdua saja denganmu.” Hyuk Jae menepuk pundak Hee Chul. “Ah tidak, bicara apa kau..mana mungkin dia begitu haha.” Hee Chul menepis pelan tangan Hyuk Jae. “Aish, lalu apalagi alasannya jika bukan karena dia sangat merindukanmu dan ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.” pungkas Hyuk Jae. “Ya, kau tidak kuliah?pergi masuk kelas sana!” “Ah iya aku ada kelas, nanti kita minum bersama!" Hyuk Jae berlari dan melambaikan tangannya. “Oh.” jawab Hee Chul singkat sambil memikirkan apa yang dikatakan sahabatnya barusan.
-----
“Mwo? Dikirim ke restoran ibuku?” Bora terlihat panik berbicara di telepon. “Ah, bagaimana ini? apa tidak bisa di batalkan pengirimannya? Aku akan mengubah alamat penerimanya.” tanya Bora pada seseorang di telepon. “Apa? Sedang dikirim sekarang? Omo..omo..apa yang harus ku lakukan?” Bora segara menutup teleponnya dan berlari keluar gedung kampus. Bora terlihat sangat panik dan berlari dengan sangat cepat menuju halte bus.
Bora tiba dihalte bus persis di depan restoran ibunya. Ia nampak gelisah dan berulang kali menoleh ke kanan dan ke kiri. Aigo, bagaimana bisa begini. Semoga tukang pos itu belum tiba disini dan aku berhasil menerima suratnya sebelum ada yang melihat. Bora terus memperhatikan sepanjang jalanan restoran. Ah itu dia. Bora secepat kilat menghampiri tukang pos tersebut sebelum dia berhenti di depan restoran. Kira-kira 10 meter dari restoran ibunya, Bora berhasil menghampiri tukang pos tersebut. “Annyeonghaseo…ahjussi joseonghamnida, apa kau akan mengantar surat untuk restoran Kimchi itu?” Bora menyapa tukang pos tersebut dan menunjuk kearah restoran ibunya. “Ah, ye…” jawab ahjussi tersebut dengan tatapan bingung. “Woah syukurlah, aku berhasil. Hmm ahjussi, aku penerima surat tersebut. Namaku Bora, Yoon Bo-ra. Ini ID ku.” lanjut Bora. “Baiklah, ini kau bisa tanda tangan disini.” Ahjussi itu memberikan Bora sebuah kertas tanda terima surat. Bora menandatangani surat tersebut. “Dan ini suratnya.” Ahjussi itu kemudian menutup kembali tasnya dan bersiap pergi. “Terima kasih ahjussi, hati-hati dijalan. Semoga harimu menyenangkan.” Bora tersenyum lega dan segera menuju halte bus. Bora tidak langsung kembali ke kampus, ia memutuskan untuk membaca surat tersebut di studio balet.
Bora memasuki ruangan ganti baju, ia memilih duduk dipaling pojok ruangan dan membuka suratnya. Setelah membacanya, ia hanya bisa menarik nafas panjang dan memandangi surat tersebut. Entah apa yang harus dilakukannya setelah membaca surat itu. Pikirannya menjadi tak menentu. “Harusnya dari awal aku menolak untuk ikut semua tes itu, sekarang bagaimana ini jika Ayah atau ibu tahu aku mendapatkan beasiswa ini. Apa aku harus berbohong lagi seperti sebelumnya?” Bora hampir meneteskan air mata. “Tidak, tidak. Ibu, apalagi ayah tidak boleh tahu tentang beasiswa ini. Aku harus fokus dengan latihanku, pekerjaanku dan menabung. Bora ya, kau tahu apa impianmu, kau tahu apa tujuanmu, kau tidak boleh lemah!” Bora menyemangati dirinya sendiri dan tersenyum manis, kemudian menyimpan surat itu di lokernya. “Sekarang aku harus kembali bekerja!” Bora segera menuju ke kampus kembali.
-----
Hee Chul sedang menunggu kelas Taeyeon berakhir sambil memainkan hpnya, lebih tepatnya mengunduh semua aplikasi untuk kebutuhan komunikasinya di Korea. Baru kemarin ia mendapatkan simcard Korea dan belum sempat mengaktifkan internet serta mengunduh aplikasi-aplikasi itu. Hingga dia merasa lapar dan ingin beranjak dari kursi taman depan kampus, namun terhenti oleh apa yang dilihatnya. Dia melihat Bora berlari dari dalam gedung kampus dan tidak melepas pandangannya saat itu juga.
Untuk kedua kalinya aku melihat gadis ini berlari kebingungan, selalu tepat setelah aku berdebat dengannya, dia akan muncul entah darimana, terlihat berbeda dari ekspresinya ketika memakiku, dia selalu mengalihkan pandanganku, menghentikan apa yang ingin kulakukan dan membiarkanku larut dalam pikiran ini.Apa yang membuatnya selalu berlari kebingungan…
“Oppa!” sapa Taeyeon membuyarkan lamunan Hee Chul. “Taeyeon ah, kau disini. Kelasmu sudah selesai?” tanya Hee Chul sedikit terkejut dan kikuk. “Oppa, apa yang kau perhatikan sampai kaget begitu mendengar suaraku?” tanya Taeyeon sambil menoleh kesana kemari, berusaha melihat apa yang dilihat Hee Chul. “Bukan apa-apa, ayo makan aku sangat lapar.” jawab Hee Chul. “Tapi…” Taeyeon berusaha mendapatkan jawaban sebenarnya. “Ayolah.” Hee Chul menarik lengan Taeyeon. Aku melihat sangat jelas, oppa memperhatikan gadis di loket tadi yang sedang berlari. Oppa bahkan memandanginya dengan serius dan tidak sadar sudah sejak dia bangun dari duduk aku ada di belakangnya. Siapa gadis itu? Apa…. “Taeyeon ah, siang ini menu apa yang enak?” tanya Hee Chul. “Hmm mie dingin pedas?” Taeyeon mendongak kearah Hee Chul sambil menggandeng lengan Hee Chul dengan erat. “Oke!” Hee Chul dan Taeyeon berjalan menuju kantin.