CHAPTER 1 : Adore U
Everlasting Love
Casts:
Baek Seol sebagai Baek Seol Ri/Sri Siswi Telatdan
Hoshi sebagai Hosh-hoshi hotahe/Naegahosh, Juragan Kembang DK sebagai Kirmin/SeokirMin, Kenek Angkot ganjen
Jeonghan sebagai Yuyun/ Yun Junghan, High School's First Love
Mingyu sebagai Amin, Supir Angkot terlanjur ganteng
Seungkwan sebagai Bakwan, Guru Kewirausahaan baperan
Wonwoo sebagai Wawan, Satpam rese
S.coups sebagai Kepala Sekolah Irwanskup, Pejuang giveaway
The8 sebagai Mamat, Siswa Jelata
Woozi sebagai Uji, Siswa Jelata yang lain
Jun sebagai Juned/Wen Juned, Cast numpang lewat
Joshua sebagai Mas Josh, Bukan siapa-siapa
Dino sebagai Udin, Fanboynya Jupe
Vernon sebagai Porno pake n/Pornon, Butiran debu
Warning: Membaca ff ini dapat menyebabkan kantuk. Gaje, garing, menye-menye, dan alay. Sediakan kresek sebelum muntah.
Surakarta. 08.45. Di kelas.
Pak Bakwan: Peran pemuda sangat penting bagi kelangsungan sebuah bangsa. Ingat kan, dengan kata-kata Bung Kaino? Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Namsan tower dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia!
Pornon: Kenapa cuma 10 pak?
Pak Bakwan: Kalo dikasih 13 nanti dijadiin boyband.
Pornon: -_____-
Pak Bakwan: Baik, kita sudahi sesi motivasinya. Sekarang saatnya melanjutkan materi pelajaran. Philip Kotler dan Gary Amstrong dalam bukunya Dasar-Dasar Pemasaran mengartikan istilah pemasaran sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Mengerti anak-anak?
Svt members: Tidak pak...
Pak Bakwan: Sama. Pak guru juga nggak ngerti.
Svt members: -_____-
Pak Bakwan: Mat! Mamat! Iya kamu yang udah badannya kurus kering kaya cacing kremi tapi pilih duduk di pojokan! Ngapain aja kamu dari tadi? Kamu nggak dengerin penjelasan bapak ya?
Mamat: Mamat dengerin kok pak, sumpah pak!
Pak Bakwan: Jangan ada dusta diantara kita Mat. Bapak tau dari tadi kamu itu nggak dengerin penjelasan bapak, tapi palah sibuk corat-coret buku. Sekarang angkat bukunya, kasih liat hasil gambar kamu ke seisi kelas!
Mamat: Baiklah pak, Mamat menyerah. Nih kertas Mamat.
Pak Bakwan: Gambar apa itu mat?
Mamat: Gambar naga pak.
Pak Bakwan: Lho mana? Kok bapak nggak liat naganya?
Mamat: Bapak kelamaan sih mergokin akunya? Naganya udah terbang ke China pak tadi. Pergi bersama Kris sang pengendali naga. Pergi bersama separuh jiwaku pak.
Mamat: Kenapa kau mengorek luka lama yang tak mampu terobati mat T___T #KemudianMamatdanPakBakwansalingberpelukan #Authornyamendadakbaper #lupakan #lupakan #SaatnyaMuvon
Pak Bakwan: Baiklah, sebelum mengakhiri pelajaran kewirausahaan kali ini, apa ada yang ingin ditanyakan anak-anak?
Svt members: Tidak pak...
Pak Bakwan: Oke, kalau nanti ada yang mau kalian tanyakan, kalian bisa mention ke twitter bapak di @cowochakepz atau PM ke facebook bapak dengan nama pengguna Terlahir Ganteng Part XVII. Jangan lupa invite pin BB bapak 12AH451A. Mau streaming video mapel bapak di youtube juga bisa di makhluktuhanpalingbohay. Atau kalau ada yang mau bagi pulsa ke nomor hp bapak juga boleh banget di 08212212xx.
Pornon: Pak Bakwan titisannya Wiro Sableng ya pak?
Pak Bakwan: Kok tau? Pornon: Karna kau telah... #plak
Pornon: Itu nomor hpnya banyak 212nya.
Pak Bakwan: Benar sekali, Pornon. Bapak memang suka nonton Wiro Sableng saat bapak masih kecil.
Pornon: Kok samaan sih pak?
Pak Bakwan: Jangan-jangan kita jodoh, Pornon?
Pornon: Nikah yuk pak?
Pak Bakwan: Ayok? Kemudian keduanya bergandengan tangan menuju ke pelaminan. #DUAGH #Alurnyangaco #Authornyagila
Pak Bakwan: Atau kalau ada yang mau bagi pulsa ke nomor hp bapak juga boleh banget di 08212212xx. Nomor selengkapnya bisa hubungi bapak di kantor. Saya akhiri, selamat siang anak-anak.
Svt members: Selamat siang pak guru...
Pak Bakwan: Kok gak ada yang jawab salam bapak? *budek* Svt members: SEEELAAAMAT SIANG PAK GURUUU!
Pak Bakwan: Nyantai aja kali! PAK GURU NGGAK BUDEK ANAK-ANAK!!! Svt members: -_____,-
Author Pov
Surakarta. 08.45. Di angkot. Gadis dengan balutan seragam putih abu-abu itu melirik jam tangan biru safir yang melingkar di salah satu pergelangan tangannya. Ia mendesah pelan setelah melihat angka yang tertera disana. Pukul 07.15. Jam dimana normalnya pelajaran disekolahnya sudah dimulai 5 menit yang lalu. Gadis bernama BaekSeol tetapi memiliki panggilan sayang 'Sri' itu berdecak kesal. Ia sudah tidak tahan lagi berada lama-lama didalam angkutan umum yang begitu lemot.
"Pak bisa nggak sih angkotnya dicepetin lagi?! Udah telat masuk sekolah nih pak!" ujarnya protes. Amin, selaku sang sopir angkot yang terlanjur tampan hanya menyahut dari depan tanpa menoleh, "Kalo mau cepet sampai ya terbang aja dek."
"Terbang pake apa pak?! Saya kan nggak punya sayap," balas BaekSeol ketus.
"Beli pembalut yang ada sayapnya dong dek. Gitu doang kok repot." Lagi lagi supir itu menimpali dan jawaban itu membuatnya kesal.
"Ye...bapak aja sana yang terbang. Bapak kan yang punya burung!" jawab BaekSeol nyolot. Sementara bang Amin hanya terkekeh mendengarnya.
Jari lentik Amin meraba-raba DVD yang bertengger pada badan mini bus yang berada disebelah kepalanya tanpa menoleh, fokusnya pada jalanan di depannya masih terjaga. Ia berusaha menemukan tombol untuk menghidupkan DVD player itu. Sejurus kemudian sebuah lagu dangdut koplo berjudul Pretty U house remix yang dibawakan oleh Sagita mengalun dari sana. Membuat suasana hati gadis itu sedikit banyak jadi membaik karena icik-icik ehem dari Sagita membuatnya bisa ber-aselole barang sebentar. BaekSeol duduk dengan gelisah. Berusaha menahan dirinya untuk tidak bergoyang dengan semangat goyang 45. Dia sudah pasti akan bergoyang sejak tadi, jika saja penumpang di dalam angkutan itu hanya dirinya seorang.
Gadis itu bangkit dari duduknya ketika mendapati angkot yang sedang dinaikinya itu jaraknya sudah tidak terlalu jauh dari letak sekolahnya. Baek Seol melangkah anggun lalu berdiri didekat pintu disamping kenek angkot agar memudahkannya saat hendak turun nanti. Sang kenek angkot yang diduga bernama SeokirMin menatap lekat ke wajah gadis itu kemudian tersenyum tanpa arti yang jelas. "Berhenti dimana neng?" Goda Kirmin itu memulai pembicaraan.
Gadis yang sejak tadi sibuk memperhatikan jalanan sekeliling itu seketika menoleh ke arah sumber suara. "Di depan sekolah bang," jawabnya mantap. Ia mengalihkan pandangannya ke sisi jalanan lagi. Takut angkotnya tidak berhenti sesuai tempat.
Kenek angkot itu menggerutu ditempatnya lalu berkata, "Ah neng nggak asik ah! Harusnya neng tuh jawabnya: berhenti di hatimu bang, gitu neng!" Gadis itu hanya menggumamkan kata oh dengan pelan di mulutnya. Tidak terlalu berminat menanggapi kenek angkot di daerah sini yang memang sudah terkenal suka menggoda penumpang-penumpang ABG, seperti SeokirMin ini. "Namanya siapa neng?" Kenek itu mencoba menjalin lagi pembicaraan yang sempat terputus diantara mereka.
Sebenarnya sudah lama SeokirMin ingin ngobrol dengan gadis ini. Mengingat betapa seringnya BaekSeol pergi ke sekolah dengan menaiki angkotnya selama ini. Tapi, baru kali ini saja keinginannya itu bisa terealisasikan.
"Sri," jawabnya pendek.
Jawaban yang pendek dan terkesan misterius itu makin membuat sang kenek angkot penasaran dengannya. Ia pun bertanya lagi."Nama panjangnya?" "Sssssrrrriiii," jawab BaekSeol Ri polos.
Kenek angkot itu hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. Bukan nama panjang sepanjang aliran sungai Ciliwung seperti itu yang dia maksud. Tetapi tidak apa, Ia masih tetap ingin bertanya lebih jauh.
"Rumahnya dimana neng?" "Abang brisik deh, tanya tanya mulu kaya pegawai sensus penduduk. Rumahnya nggak dibawa lah bang. Berat tau. Neng mana kuat gotong-gotong rumah ke sekolah?!" jawab BaekSeol. Pemuda berprofesi kenek angkot itu memukul-mukul dahinya dengan frustasi setelah mendengar jawaban itu. Tetapi ia adalah lelaki yang cepat muvon dan menemukan pertanyaan lain. Pertanyaan yang cukup mendalam. Entah SeokirMin sedang bercanda atau memang sedang benar-benar bercanda.
"Neng mau nggak... nikah sama abang?" Mendengar hal itu, BaekSeol hanya menoleh tanpa ekspresi. "Gak mau," jawab gadis itu dengan entengnya. Pendek. Tetapi telah cukup membuat hati SeokirMin tersayat-sayat. "Loh...kenapa neng?" tanya pemuda itu sambil menatap gadis di sampingnya dengan tatapan kecewa dan perasaan yang porak poranda penuh dengan luka. Ia lalu melanjutkan, "Sayang banget. Neng melewatkan kesempatan yang sangat berharga. Padahal abang ini saudara-an loh sama Robert Pattinson." Pengakuan itu membuat BaekSeol dan segenap penumpang lainnya muntah berjamaah. "Saudara apa bang?" tanya BaekSeol dengan penasaran. "Saudara pungut," ucap SeokirMin sambil memasang wajah mengheningkan cipta. BaekSeol hanya bisa terkekeh ditempatnya. "Kenapa gak mau sih neng?" tanya Kirmin lagi. Meminta penjelasan. Masih tidak percaya kalau pemuda setampan dirinya ditolak mentah-mentah oleh seorang siswi STM yang ia taksir. Padahal ia yakin dengan sangat kalau ia begitu ganteng. Seperti gantengan kunci. #krikkrikkrik #duar
"Sri masih sekolah bang," ujar BaekSeol mencari-cari alasan. Pemuda itu hanya manggut-manggut kemudian berkata, "Nikahnya besok pagi aja neng. Besok pagi kan hari minggu? Pas banget deh si neng lagi nggak sekolah. Gimana? Mau nggak, nikah sama abang?" tawarnya lagi. Masih tidak mau menyerah meski hatinya sudah berdarah-darah.
"Yaudah deh mau," jawab BaekSeol kemudian. SeokirMin lalu menoleh dengan gerakan slow motion. Wajahnya di zoom in zoom out beberapa kali karena saking kagetnya. Rona wajahnya begitu cerah. Kedua matanya berbinar-binar. Hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "SERIUS MAU NENG?" pekiknya girang. Dalam sekejap, pikirannya sudah ngelantur kemana-mana.
"Mau bang. MAU NENG BAWAIN CELURIT APA GERGAJI BUAT GOROK LEHER ABANG, HAH?" BaekSeol menyingsingkan lengan seragam sekolahnya. Jiwa premanismenya seketika keluar tanpa kendali. Kesabarannya menghadapi kenek angkot itu telah habis. SeokirMin hanya mengangkat kedua tangan sambil meminta ampun. Ia juga mengibarkan bendera putih pertanda minta damai.
BaekSeol merogoh saku seragamnya dalam lalu mengulurkan tangannya pada Kirmin. Membayar ongkos naik angkot. "Kok cuma Dua ribu sih neng? kurang lah!" protes sang kenek. BaekSeol kemudian menanggapinya dengan jalan dakwah. "Ye...kurang! Kurang! Jadi orang itu harus pandai-pandai bersyukur, bang! Biar rejekinya dilancarin sama yang diatas." Tiba-tiba cahaya memancar dari diri BaekSeol Ri, membuat SeokirMin seketika tersadarkan. "Waduh, si neng bakat jadi kiyai ya, pinter ceramah." puji pemuda berhidung terlanjur mancung itu dengan salut. "Ustadzah keles bang." tukas BaekSeol membenarkan. "Bang bang bang, saya SeokirMin, bukan Bang Yongguk. Bayar 3000 lah neng, solar mahal tau." Wajah memelas sang kenek membuat BaekSeol akhirnya menyerah. "Yaudah deh, ini Sri kasih Sepuluh ribu bang. Kasih kembalian ya." Kenek itu menerimanya dengan senang hati. "Jadi kembaliannya berapa ya neng?" Kirmin mengetuk-ketukkan jarinya di dagu. Sedang berpikir. "Kembaliannya Sembilan ribu aja, sisanya buat abang. Itung-itung amal." Pemuda kenek angkot itu menatap BaekSeol penuh haru. "Abang bener-bener nggak nyangka, ternyata neng itu nggak cuma cakep, pinter, tapi juga dermawan. Luluh hati mas dek." Ia melanjutkan, "Makasih ya neng, sering-sering deh ya!" "Siap bang!" Sri mengacungkan jempolnya. "Turun disini bang!" BaekSeol mengayunkan kakinya turun dari pijakan angkot yang tinggi dengan hati-hati." Kenek itu melambai pada Sri. Bukan tangannya yang melambai. Tapi giginya. #tonggos Sementara BaekSeol hanya membalas dengan sebuah senyum tipis. Ia berjalan menuju gerbang sekolah dengan langkah tergesa-gesa.
Gerak kakinya tertahan setelah kedua matanya menangkap sebuah sosok yang sudah begitu familiar baginya sedang berjalan keluar dari gerbang bersama seorang temannya. Sesosok laki-laki bermata sipit seperti aeah jarum jam 10:10 yang semakin hari semakin menghantui kehidupannya. Hoshi-hoshi hotahe namanya. Dia menyukai laki-laki itu. Entah sudah sejak kapan, dia juga tidak ingat lagi. Yang jelas, tubuhnya bergetar hebat setiap kali berada berdekatan atau melihat laki-laki itu, seperti tersengat listrik ratusan watt. BaekSeol secara refleks mengangkat sebelah tangannya. Ingin menyapa lalu melambai pada laki-laki itu. Tapi kemudian, niat itu segera diurungkannya begitu mengingat kejadian hari kemarin---Hoshi-hoshi hotahe dan Yuyun terlihat jalan bersama kemarin. Yuyun Junghan yang sangat georgeous itu. Seisi sekolah juga tahu, sememabukkan apa kecantikan orang itu. Dia adalah High School's First Love-nya semua orang--mungkin termasuk Hoshi-hoshi hotahe juga. Jangankan Hoshi, bahkan jika BaekSeol laki-laki, mungkin ia juga akan takluk pada keindahan Yuyun Junghan yang pesonanya bagai titisan dewi Yunani itu. BaekSeol berpikir--untuk apa dia menyapanya? Laki-laki playboy itu sudah dikelilingi begitu banyak wanita dalam kehidupannya. BaekSeol bahkan sering melihatnya bagi-bagi bunga pada perempuan mana saja yang ada dihadapannya.
Pentingkah ia baginya? Haruskah ia tetap melanjutkan perasaannya? BaekSeol menyadari dengan sangat kalau ia sedang mencintai orang yang salah. Lalu ia harus bagaimana? Ia hanya tidak bisa mengerti jalan perasaannya. Perlahan, tanpa ia tahu, onolog-monolog itu telah menguasai isi kepala BaekSeol.
"Heh kamu! Kenapa malah bengong disitu?!" Suara itu membuat lamunan BaekSeol seketika lenyap. Ia menoleh pada seseorang dari balik pintu gerbang yang catnya telah karatan. Ternyata suara itu berasal dari mulut Satpam sekolah yang penampilannya serba emo.
---
Laki-laki yang dipanggil pak Bakwan (kalo siang) alias Ajeng (kalo malem) yang punya jabatan sebagai guru kewirausahaan itu melangkah keluar menuju kantor. Seketika itu juga ruang kelas XI-1 jurusan Teknik Komputer yang tadinya tenang menjadi riuh.
Banyak murid yang mirip artis disini. Dari yang mirip Haha sampai mirip Yoona. Mirip Leonardo di Caprio, Mirip Suga BTS, B.I Ikon, mirip Hyorin Sistar, mirip Nabilah JKT48, mirip Uus botak komika, sampai mirip Troye Sivan pun ada. Ada! Tapi sayang, cerita ini hanyalah fiktif belaka. Siswi-siswi perempuan duduk bergerombol, berfangirling ria sambil sesekali menjerit nyaring. Sedangkan para siswa laki-laki sibuk nonton bareng film semi horror di layar laptop milik salah satu siswa. Kecuali satu orang. Hoshi-hoshi hotahe.
Sejak tadi dia hanya terus menatap resah bingkaian kayu yang menjadi pintu masuk kelasnya, seperti sedang gelisah menantikan kedatangan seseorang. "Eh jupe lewat! Jupe lewat!" teriak siswa yang jarak wajahnya paling dekat dari layar laptop dengan heboh, Udin. Ia mengacung-acungkan jarinya pada sosok jupe di dalam layar. "Mana? mana?" Wen Juned yang sejak tadi menekuni korannya segera melempar bundelan kertas itu ke atas meja dan berlari kecil menuju rombongan nonton bareng film horror 18+. Tak mau ketinggalan, Mas Josh juga bergegas menuju bangku Udin alias Didin. Ingin melihat jupe yang sesekali lewat. "Jupe emang bener-bener gede ya," ujar Didin melongo. Ia menatap layar tanpa mampu berkedip. "Apanya?" tanya Juned menanggapi omongan Didin. Tidak jauh berbeda dengan siswa lain yang juga sama-sama sedang menonton, Juned membelalakkan kedua matanya lebar-lebar dengan mulut yang terbuka. "Apanya? Ya Jupenya lah!" Didin menoyor dahi lebar milik Juned. "Kirain apanya," ucap Juned sambil terkikik.
Berbeda dengan siswa lain, Jupe dan segala kebesaran yang ada padanya tidak membuat Hoshi-hoshi hotahe tertarik sedikitpun. Ia masih saja menatap lekat ke arah pintu--menunggu sosok gadis yang tadi sempat dilihatnya didepan gerbang sekolah saat dalam perjalanan menemani Uji ke kantin. Sampai sekarang gadis itu belum masuk ke kelas juga. Kemana dia? Sedang apa dia sekarang? Hosh yakin sekali, di luar sana pasti gadis itu sedang dipersulit untuk bisa masuk. Bagi Hosh, hidupnya tanpa kehadiran BaekSeol seperti film India tanpa musik dan tarian. Hambar dan membosankan.
---
BaekSeol bergegas mengekor di belakang dua orang siswi yang sepertinya bernasib sama dengan dirinya: terlambat masuk sekolah. Ia lalu mengantri masuk di barisan paling belakang. Seorang satpam bertampang melankolis bernama Jeon Wawan berdiri menyandarkan punggungnya di pintu gerbang. Tangannya memegang buku nota dan pena bulu angsa. Bersiap mencatat nama-nama murid yang terlambat untuk dijadikan bait-bait rap.
"Nama?" tanyanya pada siswi perempuan yang berdiri di urutan paling depan.
"Meli pak."
"Lengkapnya?"
"Melihat senyummu membuatku meleleh pak."
"Mantap," ucapnya sambil manggut-manggut dan mencatat di buku nota.
"Silakan masuk." perintahnya.
Siswi yang berada di belakang Meli otomatis maju mengisi tempat yang kosong.
"Nama?" Tanya Wawan seperti yang tadi.
"Ai pak."
"Lengkapnya?"
"Ai love you pak," ucap siswi itu sambil menebar ciuman diudara.
"Bagus, silahkan masuk."
Sama seperti siswi yang sebelumnya, siswi itu juga berhasil masuk. Kali ini giliran Sri yang akan masuk.
"Nama?"
"Sri pak."
"Lengkapnya?"
"Srigala berbulu domba pak," canda Sri.
"Nggak boleh masuk!" Larangnya tegas.
BaekSeol hanya garuk-garuk kepala. Bukan karena bingung. Tapi karena memang banyak kutu di rambutnya.
"Kenapa nggak boleh pak?"
"Karena kamu jomblo," jelas pak satpam yang poni emonya sampai menutupi sebelah matanya, begitu dalam dan menghujam. Apalagi untuk seorang jomblo karatan macam BaekSeol ini. Ia berpikir, bukankah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?
"Terus ada hubungan apa memangnya antara saya jomblo dengan saya tidak boleh masuk pak?" BaekSeol bertanya penuh selidik, seperti sedang tergabung dalam tim investigasi. "Mana saya tahu kalian ada hubungan apa? Saya kan security, bukan presenter infotaiment. Lagipula, memangnya kamu tidak lihat sudah jam berapa sekarang?" Pak satpam mengacung-acungkan jarinya pada jam dinding di altar sekolah.
Alih-alih mengikuti arah acungan jari satpam, BaekSeol palah menatap jam tangannya. "Di jam tangan saya pukul 07.15 pak," ucap BaekSeol masih dengan wajah polosnya seperti biasa.
"Jam mati dipelihara! Tuyul kek dipelihara biar kamu cepet kaya! Sekarang itu jam 09.00!" BaekSeol hanya nyengir unta mendengarnya. Pak Wawan memperhatikan penampilan BaekSeol dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kusut dan acak-acakan. Sejurus kemudian, ia menyadari banyaknya ketidak lengkapan seragam yang dikenakan BaekSeol.
"Dasi kamu mana?" tanya Wawan ketus.
BaekSeol hanya membalas dengan enteng, "Ketinggalan pak."
Wawan: Kaos kaki kamu?
Sri: Ketinggalan pak.
Wawan: Kartu pelajar kamu?
Sri: Ketinggalan pak.
Wawan: Jenis kelamin kamu?
Sri: Ketinggalan pak.
Wawan: Hah?
Sri: Hah???
Wawan: Hah.
BaekSeol memukul-mukul bibirnya dengan tangannya. Berharap mulutnya tidak berkata tanpa berpikir lagi seperti yang sudah sudah.
Pak Satpam Jeon Wawan menyentuh seragam sekolah yang dipakai BaekSeol. Lecek. Dan juga butut. "Perasaan ini udah jaman kemerdekaan, kok kamu masih pakai karung goni sih?" Sindiran pak satpam kali ini begitu menohok perasaan BaekSeol. "Dalem amat pak ngejeknya. Ini seragam sekolah saya pak! Seragam sekolah! Bukan karung goni!" ucap BaekSeol berapi-api. Merasa tidak terima jika harga dirinya dinjak-injak.
Beberapa menit telah berlalu, tetapi satpam Wawan masih mempersulit BaekSeol untuk bisa beranjak dari sana. Tidak lama setelahnya seorang bapak-bapak setengah baya dengan potongan wajah ala artis ftv sctv keluar dari pintu kantor.
Dari sudut mata, beliau terkesan kesusahan saat berjalan karena perut buncit yang dimilikinya. "Suruh dia masuk pak Wawan!" Perintah bapak tua ketebelan alis itu pada pak satpam yang mellow sejak dalam kandungan.
"Aju nice pak!" Jawab satpam itu patuh.
"Masuk sana! Ingat ya, urusan kita belum selesai," katanya setengah berbisik di dekat telinga BaekSeol. BaekSeol hanya tersenyum kegirangan karena akhirnya dia terbebas dari satpam Wawan yang tengik itu.
"Iya pak, kendala durasi sih, bersambung di episode selanjutnya ya pak!"
"Emangnya sinetron!" gumam pak Wawan kesal, menendang palang gerbang disampingnya sampai engselnya copot.
BaekSeol melangkahkan kaki menuju kelasnya dengan rona bahagia sambil bersiul-siul. Belum sempat ia melewati koridor, bapak tua berkacamata buram itu menghadangnya dengan kabedon. "Kenapa telat?"
"Telat apa pak?" BaekSeol balik bertanya. BaekSeol mendadak amnesia.
"Telat menyadari perasaan bapak sama kamu." Mendengarnya, BaekSeol hanya terbatuk-batuk kemudian pura-pura tidak dengar.
"Tadi kurang jelas pak. Bisa ulangi sekali lagi pak?" pintanya pada laki-laki tua berkaos ELF itu. "Tidak ada siaran ulang. Memangnya bapak ini radio bisa siaran ulang! Kenapa kamu telat?!" bentaknya pada BaekSeol, membuat BaekSeol jantungan.
"Itu tadi pak, pas Sri naik angkot di jalan banyak polisi tidur. Supir angkotnya nungguin tuh polisi tidur sampe pada bangun. Eh palah polisinya nggak bangun-bangun, pak! Ya udah, angkotnya puter balik. Cari jalan terobosan yang nggak ada polisi tidurnya." cerita BaekSeol antusias sambil ludahnya muncrat-muncrat kemana mana.
Bapak berkacamata itu hanya menggaruk pantat: entah karena bingung atau karena gatal kemarin belum cebok, entahlah hanya dia dan Tuhan yang tau.
Pak Kepala Irwanskup: Ini yang bego kamu apa sopir angkotnya Sri?
Sri: Nggak tau pak. Bapak deh kayaknya.
Pak Kepala Irwanskup: Kamu kurang ya Sriii! Pak Irwanskup berteriak geram. Beliau kemudian menjewer daun telinga BaekSeol.
"Kurang apa pak?" tanya BaekSeol di sela-sela rintihannya.
"Kurang ajar kamu sama saya Sri!" "Ampun pak, kasih Sri kesempatan kedua pak! Sri janji akan berubah demi bapak," ucap BaekSeol memohon. Ia meringis karena daun telinganya yang dijewer terasa pegal.
Tangan bapak berkacamata bulat yang sejak tadi menjawil telinga BaekSeol Ri akhirnya dilepas juga setelah mereka berdua sampai di ruang kepala sekolah. Bapak berkacamata bulat itu melangkah menuju meja kerjanya. Meja kepala sekolah. Beliau berdehem pelan kemudian mengambil salah satu buku dari tumpukan buku yang menggunung diatas mejanya.
Lain lagi dengan BaekSeol. Ia hanya terdiam ditempatnya. Menunggu hukuman apa yang akan diberikan oleh kepala sekolah untuknya. Kepala sekolah yang adalah seorang fanboy veteran-mantan pejuang giveaway-itu melangkah tegap menuju tempat BaekSeol berdiri. Menunjukkan buku yang baru saja diambilnya pada BaekSeol.
"Lihat ini Sri! Catatan bolos kamu sudah sampai cetakan ke-5!" Pak Irwaskup menggeleng-geleng prihatin.
"Asiiik!" Teriakan girang BaekSeol membuat bapak kepala sekolah terkejut. Bagaimana bisa dia mengucapkan kata asik di situasi yang tidak tepat seperti ini? BaekSeol melanjutkan ucapannya, "cetakan ke-5 ya pak? berarti Sri dapet banyak royalti ya pak?" BaekSeol terpekik kegirangan. Bayangan dirinya bermandikan uang menari-nari di benaknya.
"Royalti gundulmu!" Suara itu membuat bayangan indah dikepala BaekSeol leyap saat itu juga. "Poin kamu sudah hampir mencapai angka 100 Sri." Bapak kepala sekolah itu menggelelng-gelengkan kepala. Prihatin.
"Kalo udah 100 poin bisa dituker sama undian berhadiah nikah sama bias ya pak?" tanya BaekSeol menerka-nerka.
"Nikah sama bias, dengkulmu!" Lagi-lagi jawaban pematah harapan yang hanya diterima BaekSeol. "Kamu bisa dikeluarkan dari sekolah Sri!" Bentaknya pada BaekSeol. Suaranya begitu tegas dan menggema di telinga BaekSeol. Tapi memang dasar sifat dan perilaku BaekSeol yang bawaan dari lahir sudah tidak jelas. Peringatan sekeras apapun yang selalu didengarnya setiap pagi, tidak ngefek pada BaekSeol yang suka telat mikir.
"Sekarang kamu ikut bapak! kamu bersihin WC laki-laki. Bapak akan awasi kamu." BaekSeol menghela napas panjang. Ia memejamkan kedua matanya lalu mengheningkan cipta. Ia menepuk dahinya dengan sedikit kasar. Ia hanya baru merasa kenapa setiap hari yang didapatnya hanya apes. Bukan salah siapa-siapa. Bukan salah bunda mengandung. Apalagi salah bapak yang punya burung. Bukan. Sepertinya dia memang sudah diciptakan seperti itu dari sananya.
---
Teringat sesuatu, Hoshi-hoshi hotahe segerah merogoh laci mejanya, mengambil amplop berwarna coklat susu lalu beranjak menuju meja Uji. Laki-laki berbadan smol yang punya kepribadian kuudere itu sedang sibuk membuat koding. Ia ingin membuat software baru yang anti-mainstream. Menurutnya, software edit lagu yang dilengkapi fitur untuk mengedit foto dan video sudah banyak dibuat di luar sana. Jadi, dia sedang mengembangkan penemuannya untuk membuat software pengedit lagu yang dilengkapi dengan warteg, sarkem, gerobak es cendol, pasar mingguan, puskesmas, serta seperangkat alat shalat dibayar ngutang. #apasihthor
Hoshi-hoshi hotahe menempatkan diri duduk di kursi kosong samping Uji. Ia menepuk bahu kecil laki-laki itu.
Naegahosh: Tadi pegawai TU nitip ini. Surat buat kamu dari pacar kamu kayaknya.
Uji: Thanks bro.
Uji: Kok Karsiman sih bro? Nama cewekku Karat, bukan Karsiman!
Naegahosh: Karsiman itu nama jalannya ji, bukan nama pengirimnya!
Uji: Oiya, dasar Hosh bego, nama cewekku kan Karat, masa jadi Karsiman.
Naegahosh: Yang salah baca kamu kok yang bego aku? -____-
---
Bapak kepala sekolah Irwanskup memijit-mijit pelipisnya yang terasa berdenyut-denyut. Beliau sedang mengawasi BaekSeol yang dihukum mengepel lantai WC pria. Ia mengibas-ngibaskan lightstick untuk menyemangati BaekSeol.
"Negara ini mau jadi apa kalau anak bangsanya kayak kamu semua Sri, Sri." Bapak Kepsek Irwanskup lagi-lagi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. BaekSeol menghentikan aksi mengepelnya lalu berkata, "Pak ini WC. Nggak boleh dzikiran disini, dosa!" ucap BaekSeol sok menggurui. BaekSeol mengira kepala sekolah sedang dzikiran karena beliau hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja sejak tadi.
"Bapak bukan lagi dzikiran Sri," ujarnya pada BaekSeol. BaekSeol mulai mengepel lantai WC lagi.
"Terus lagi ngapain pak?"
"Dugem Sri." BaekSeol hampir tersedak alat pel saat mendengarnya. Hening yang cukup lama menyelimuti atmosfir WC Pria dimana BaekSeol dan pak kepsek Irwanskup berada. "Gimana mau maju kalau generasi mudanya seperti kamu-kamu ini Sri." Kepala Sekolah akhirnya buka mulut lagi.
Sri: Pemerintah suruh dorong negara ini aja biar maju pak.
Pak Kepsek Irwanskup: Ya nggak bisa begitu dong Sri. Untuk menciptakan suatu negara yang besar dan maju itu perlu campur tangan dari semua pihak. Bukan apa-apa dipasrahkan begitu saja pada pemerintah dan menunggu mereka mengatasi segala sesuatunya. Itu tidak benar.
Sri: Wih, tumben pinter si bapak.
Pak Kepala Irwanskup: Iya juga ya Sri?
Pak Kepala Irwanskup: Ya iyalah Sri, saya kan kepalah Sekolah, kamu ini gimana sih?!
Sri: Emang yang bilang bapak tukang sol sepatu siapa? #KemudianSridigunduliPakKepsekIrwanskup
Pak Kepsek Irwanskup: Capek bapak ngurusin anak-anak bandel di sini. Cuma disuruh buat belajar yang bener aja susah banget. Bapak udah nggak sanggup lagi.
Sri: Jangan pak! Pak Kepala Irwanskup: Kamu nggak usah nahan-nahan saya Sri!!!
Sri: Jangan pergi dari sekolah ini pak! Sri mohon pak! Sri janji, Sri akan berusaha jadi anak baik mulai sekarang!
Pak Kepala Irwanskup: Siapa yang mau pergi sih Sri?
Sri: Tadi pak Irwans bilang katanya udah nggak sanggup lagi? Pak Kepala Irwanskup: Bapak udah nggak sanggup lagi nahan BAB, kamu ngehalangin jalan bapak tau, kamu minggir sana. Sri: Ye...si bapak -______-
BaekSeol menarik kain pelnya maju mundur, menggosek setiap sudut lantai toilet pria sampai nyaris mengkilat. Untuk beberapa saat, ia mampu mendengar derap langkah seseorang sedang menuju toilet pria.
"Sri?"
BaekSeol menoleh pada sumber suara. Didapatinya kesatria berseragam putih abu-abunya tengah berdiri menyenderkan lengannya pada bingkai pintu masuk toilet dengan gagahnya. Naegahosh: Lagi ngapain Sri di toilet cowok?
Sri: MASAK! BaekSeol mendadak jadi salah tingkah dan gugup. Tidak tahu harus bersikap seperti apa. Disisi lain, Hoshi-hoshi hotahe merasa BaekSeol selalu menanggapinya dengan sewot, kapan saja ia mencoba mengajak perempuan itu basa basi. Uji pernah berkata padanya, "Cinta itu ibarat sms, gimana sms kamu mau dibales kalau kamu aja nggak pernah kirim sms?" Mendengar itu, Hosh berpikir Uji ada benarnya juga. Ia telah menempuh berbagai cara untuk melakukan pendekatan dengan BaekSeol, namun hasilnya selalu jauh dari harapan.
*flashback pdkt ke 17*
Naegahosh: Ngomong-ngomong aku juga suka korea-koreaan loh.
Sri: Serius?
Naegahosh: Iya, aku suka supir junior Sri: Super Junior keles.
Naegahosh: Iya, itu maksudnya. Kenapa... namanya super junior?
Sri: Kalo supra junior nanti dikira merek motor.
Hening. Hoshi-hoshi hotahe kehabisan kata-kata.
Sri: Ngebiasin siapa?
Naegahosh: Yang paling keren tuh, yang badannya kotak-kotak kayak cetakan es batu, ya 11:12 lah sama aku. Miwon.
Sri: Miwon? Siwon kali. Emangnya bumbu masak?
Naegahosh: Salah ya? Maaf deh.
Hening.
Sri: Suka lagu yang judulnya apa?
Naegahosh: Sorry Sorry?
Sri: Wah, samaan nih. Nyanyiin dikit buat aku mau gak?
Naegahosh: Sorry sorry sorry jack, jangan remehkan aku. Sorry sorry sorry jack, ku bukan cowok murahan~ #lagudangdut
Sri: ........
Naegahosh: Yang kaya gitu kan? Haha. Haha. Hahahahaha. Ha. Ha. #pdktgagal
*flashback pdkt ke 171*
Naegahosh: Minta tip-xnya dikit boleh gak?
Sri: Gak punya.
Naegahosh: Kalo gitu minta selembar kertas aja deh buat ulangan entar.
Sri: GAK PUNYA HOSH!!!
Naegahosh: Yaudah, tapi kalo nomer hape punya kan? Boleh minta dong?
Sri: Gak boleh hosh.
Naegahosh: Lah? Kenapa Sri?
Sri: Kalo nomer hpku diminta sama kamu ntar aku pake nomer yang mana? Beli nomer hp sendiri di konter kan bisa?! #pdktgagaltheseries
*end flashback pdkt*
Ketika Pak Kepala Irwanskup keluar dari pintu toilet sambil membenarkan kaitan celananya, ia mendapati kedua muridnya tengah ngobrol di toilet. Ia langsung mengambil tindakan untuk menegur mereka.
Pak Kepala Irwanskup: Si Sri disuruh ngepel palah asik pacaran sama Hoshi-hoshi hotahe.
Merasa seolah sedang dipergoki berduaan, BaekSeol dan Naegahosh mendadak salah tingkah. BaekSeol tertunduk malu, sementara Hosh hanya mengusap-usap tengkuknya. Bola matanya berputar-putar bingung, tidak tahu harus melakukan apa.
Pak Kepala Irwanskup: Ini lagi terong-terongan satu, dasar playboy kurang kasih sayang. Bukannya belajar palah ngecengin anak orang. Balik ke kelas sana!
Takut kena marah Pak Kepala Irwanskup lebih banyak lagi, Hosh menurut.
Naegahosh: A-a-a Aju nice pak!
Naegahosh: Sri, jangan lupa ya, pulang sekolah di pinggir sawah belakang gedung sekolah. Oke?
---
BaekSeol berdiri dipinggir sawah dengan gelisah. Disandarkannya punggung kurus miliknya pada dinding bercat biru milik sekolah. Sebelah tangannya terus memencet-mencet tombol panggil, tetapi orang yang sejak tadi dia coba hubungi tak juga menekan tombol jawab. Ia berdecak kesal lalu melempar ponselnya ke dalam saku rok abu-abunya.
Ck.
'Dimana sih laki-laki bernama Naegahosh itu?' Gerutunya dalam hati.
Matahari nyaris naik ke peraduan dan ia sudah bosan menunggu. Sejurus kemudian, ponsel di sakunya bergetar. Cepat-cepat ia merogoh saku roknya, meraih ponsel itu. Setelah menekan tombol jawab, tanpa basa basi lagi BaekSeol bertanya, "Kamu dimana?"
"Disisi Tuhan yang Maha Esa," jawab Naegahosh. Dia palah bergurau. BaekSeol merasa, laki-laki itu tidak bisa membaca situasi. Moodnya sedang buruk karena dia sudah lelah menunggu orang itu sejak tadi, dia pikir minta maaf adalah hal yang akan dilakukan orang itu pertama kali, tetapi ia palah mengajaknya bercanda. "Mati dong. Yaudah kalo kamu lama kesininya aku mau pulang aja lah."
"Eh, pulang kemana?"
"Pulang ke rahmatulloh," balas BaekSeol ketus.
Hosh muncul dari balik tembok dengan begitu saja seperti dalam scene film India. Meski sekarang mereka berdua sudah saling berhadapan, Hosh masih berbicara dengan BaekSeol melalui ponselnya, "Udah lama disini?" Sambil melambai pada gadis didepannya, ia tersenyum, "Sejak kapan?" Baek menurunkan ponsel yang dia tempelkan di telinganya kemudian memencet tombol merah di ponselnya.
"Sejak 2500 tahun sebelum masehi." Hosh hanya berdecak melihat kelakuan gadis itu lalu bertanya, "Kenapa sih kamu jutek banget ke aku?" "Kamu nggak tau?" ucap BaekSeol heran.
"Dan kamu juga nggak sadar?" Hosh mengangkat sebelah alisnya sambil menggaruk pelipisnya dengan ujung jari miliknya. Sedetik kemudian, ia hanya menggeleng tak mengerti. "Denger ya, aku bener-bener illfeel sama cowok yang suka tebar pesona kayak kamu." Kedua bola mata Hosh sukses terbelalak. Ia menunjuk jari telunjuknya pada dirinya sendiri seraya memasang tampang bertanya--Aku?
"Aku tau pacar kamu tuh banyak, tapi kenapa kamu masih sok baik, sok perhatian ke aku? Kamu emang bisa mainin perasaan cewek lain, tapi sorry, kamu gak bisa mainin perasaan aku."
"Bhhmpt..." Hosh berdiri sambil berusaha menahan tawa. Melihat reaksi Hosh, BaekSeol palah keheranan. Reaksinya benar-benar berbeda dengan apa yang BaekSeol duga sebelumnya.
"Gak usah ketawa. Gak ada yang lucu."
"Emang nggak ada yang lucu, kok. Aku kan bukan Seungkwan Seventeen. Aku nggak bisa ngelawak." Hosh masih berusaha menahan tawanya agar tidak kelepasan. Beberapa saat kemudian, dia mulai berkata serius ketika menjelaskan, "Dengerin aku, Ini semua cuma salah paham doang."
"Jadi selama ini aku itu cuma jadi kurirnya anak-anak cowok biar mereka beli buket bunga di tempatku. Aku yang nganter bunga-bunga pesenan itu ke cewek-cewek yang dimaksud sama para pemesan yang nggak berani ngasih bunga langsung ke cewek target. Yah, aku mau aja, itung-itung promosi."
"Aku nggak ada niatan sama sekali buat tebar pesona atau apalah."
Sambil menekuk kedua tangannya, BaekSeol buang muka. "Terus kalo sama si Yuyun?" Hosh tertawa sambil geleng-geleng kepala. Di matanya, perempuan yang sedang cemburu itu terlihat menggemaskan sekali.
"Yuyun itu cuma temen curhat, temen begadang dan temen main bola! Dia udah aku anggep kaya mbakku sendiri."
Sri: Tapi... kamu punya pacar?
Naegahosh: Punya.
Sri: Oh...
Hening.
Awkward.
Sri: Udah pacaran berapa lama?
Naegahosh: Kalo sekarang aku nembak kamu dan kamu nerima aku sih, taun depan udah setengah tahunan lah?!
Naegahosh: Kamu mau gak jadi pacarku?
Sri: Kalo gak mau gimana?
Naegahosh: Kalo gak mau yaudah, aku pacaran sama tukang kebon aja.
Sri: Serius?
Naegahosh: Enggak lah, emangnya aku maho?
Sri: Kenapa kamu suka sama aku?
Naegahosh: Kalo selama ini setiap kali aku ngeliat ke segala arah yang bisa aku liat hanya monoton, monoton, dan monoton lagi, itu semua beda ketika aku ngeliat kamu. Tiap aku ngeliat ke kamu, bukan kehampaan yang aku liat tapi kamu. Cuma kamu. (sengaja diulang biar dramatis.)
Mendengar pengakuan Hoshi-hoshi hotahe, BaekSeol hanya membeku ditempatnya, tidak percaya dengan pendengarannya.
Hosh mengambil sesuatu dari saku seragam osisnya, sebuah kalung dengan bandul berbentuk angka delapan yang terbuat dari bahan intan yang mampu berkerlap-kerlip.
"Ini."
''Buat kamu."
Sri: Buat...aku?
Naegahosh: Iya lah? Masa buat Pak Kepala Irwanskup?
Naegahosh: Liat deh, bentuk gantungan kalung ini. Mirip apa?
Sri: Mirip bentuk lubang hidungmu kan?
Naegahosh: Bukan.
Sri: Terus?
Naegahosh: Liontin kalung ini bentuknya mirip angka 8, setiap ujung garisnya saling menyambung dengan garis yang lain dan tidak punya ujung yang terputus.
Sri: Terus?
Naegahosh: Dari tadi jawabnya cuma terus-terus mulu kaya tukang parkir.
Sri: Aku nggak mudeng.
Naegahosh: Maksudku, dengan ngasih liontin berbentuk angka 8 ini ke kamu di hari jadian kita, aku harap cinta kita seperti angka delapan yang meski alurnya rumit, ia terus menyambung tanpa ada garis putus.
Sri: Kenapa nggak ngasih bunga aja? Kamu kan juragan bunga.
Naegahosh: Kalo aku kasih bunga ke kamu, pasti hari besok dan besoknya lagi bunga itu bakalan udah layu. Tapi kalo aku ngasih kalung liontin ini ke kamu, kamu bisa simpen liontin ini sampai kapanpun. Sampai kadaluarsapun bentuk liontin akan tetap seperti ini. Nggak berubah. Kuharap cinta kita juga seperti itu. Tidak pernah berubah.