CHAPTER 2 : Chapter 2
*Author pov
Tuan Aimster sedang sibuk dengan buku-bukunya di sebuah ruangan di gedung perpustakaan yang cukup besar.
Penjaga di depan pintu ruangan itu tiba-tiba masuk, “Tuan Aimster, ada yang ingin bertemu denganmu.” Tuan Aimster hanya mengangguk pelan memberi tanda ke penjaganya untuk mempersilahkan orang yang ingin bertemu denganya untuk masuk.
“Apa ada sesuatu, Terrowin?” Tanya Tuan Aimster dengan langkah yang tergopoh-gopoh berjalan ke sebuah rak buku untuk meletakkan kembali buku yang cukup tebal di tangannya.
“Tuan Aimster…” Terrowin membungkuk sekilas. “Besok waktunya Lordas menjalani percobaan, Tuan.”
“Lordas…” Tuan Aimster berusaha mengingat-ingat. “Ahh… Diduga sebagai pengkhianat Blanchland.”
“Dan penyerangan terhadap keluarga Ford.” Tambah Terrowin.
“Aku sudah menyiapkan semuanya. Kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?”
“Ya, Tuan.”
“Apa kau yakin tujuanmu menemuiku hanya untuk mengingatkanku soal Lordas? Bukan untuk membicarakan mengenai The Law bagian 7? Hukum terpenting di Blanchland.”
Terrowin yang sejak tadi hanya memandang ke sisi lain ruangan sontak menengok kearah Tuan Aimster.
Keheningan pun terjadi beberapa detik sebelum Terrowin kembali bicara. “Apa Tuan… Benar-benar tidak bisa mempertimbangkannya lagi?”
“Kau sudah tahu jawabanku, Terrowin.”
“Kau tidak pernah mau mengatakan padaku apa yang terjadi pada orang-orang sebelumnya yang pernah melakukannya. Bagaimana aku bisa mempercayai The Law. Bagaimana aku bisa mempercayai kalau buku itu bukan hanya sebuah omong kosong yang dibuat untuk menakut-nakuti anak-anak agar tetap fokus belajar menjadi Law Holder di Blanchland. Greyvond pernah melanggar bagian 7, dia menghilang begitu saja setelah penjatuhan hukuman untukknya. Bagaimana aku tahu kalau dia benar-benar dihukum? Dia hidup? Dia mati? Kau menutupi proses itu dari semua orang bahkan dariku, Law Holder pertama disini.” Terrowin menatap tajam kearah Tuan Aimster berharap ada penjelasan darinya yang bisa didengar.
Tuan Aimster menutup berkas yang sedang dibacanya dan melirik kearah Terrowin kemudian tersenyum sekilas. “Aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Kau boleh melanjutkan tugasmu, Terrowin.”
Raut wajah Terrowin tidak berubah sampai dia keluar dari ruangan Tuan Aimster.
***
Terrowin, Terrowin Hoverhand. Tumbuh dibawah didikan Tuan Aimster sejak umurnya 5 tahun. Blanchland telah menjadi rumahnya selama 24 tahun. Dan selama itulah Terrowin terus mengabdikan dirinya sebagai Law Holder di Blanchland. Law Holder adalah posisi yang diberikan bagi orang-orang tertentu yang sudah secara sempurna memahami bagaimana hukum berjalan di Blanchland. Mereka wajib menjaga hukum yang ada agar berjalan sesuai dengan aturan di The Law.
Blanchland adalah sebuah negeri yang jauh dari jangkauan bumi dan manusia yang tinggal di dalamnya. Memiliki dimensi ruang dan waktu yang berbeda, hanya orang-orang yang hidup di Blanchland-lah yang mengetahui keberadaan Blanchland. Blanchland tidak memiliki banyak perbedaan dengan kota-kota di bumi. Hanya saja aturan dan hukum yang membuat Blanchland terlihat berbeda. Yang paling sederhana adalah, para budak tidak bisa mendekat ke permukiman warga sipil, warga sipil tidak bisa mendekat ke permukiman para petinggi, para petinggi dapat pergi ke Lord’s Mansion tempat pemimpin Blanchland hanya untuk mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan Blanchland. Dan bagi mereka yang berada di Lord’s Mansion tentu dapat kemanapun sesukanya karena dari sanalah Blanchland dikendalikan termasuk hukum di Blanchland.
Mereka yang sejak lahir hidup di Blanchland memiliki kemampuan untuk pergi kemanapun sesuai dengan keinginan mereka menembus dimensi. Namun saat ini kemampuan itu dianggap membahayakan terutama bagi anak-anak yang masih belum mengerti cara untuk mengendalikannya. Selain itu, banyak budak yang memanfaatkan kemampuan ini untuk melarikan diri dari perbudakan di Blanchland. Blanchland sangat ketat dalam membuat peraturan yang berhubungan dengan penggunaan kekuatan tersebut demi menjaga keselamatan semua orang di Blanchland. Para budak sampai warga sipil pada akhirnya tidak diberikan hak untuk memiliki kemampuan ini dan akhirnya seluruh budak dan warga sipil dilucuti kemampuannya untuk menjelajah ruang dan waktu.
***