CHAPTER 2 : I Don't Realize
“...aku jatuh cinta...”
.
.
“Kau benar, Soojeong-ah. Wajah Sunyeong sangat mirip dengan Minji noona.”
“Em, aku ingat sebelum kami saling kenal, aku terkejut melihat wajahnya sampai-sampai sering memperhatikannya secara diam-diam di kelas.” Jelas Soojeong.
“Karena Jinki hyung sangat dekat denganmu, ku harap dia tidak akan pernah bertemu dengan Sunyeong.” Pesan Jonghyun.
Soojeong mengangguk. “Aku pun memikirkan hal yang sama, oppa.”
.
.
Sore ini Soojeong berencana untuk pergi menjemput ibunya di SM C&C dan mengajaknya makan malam. Berhubung Papa Jung sedang pergi kunjungan perusahaan ke Incheon, Soojeong tidak mau ia dan ibunya makam malam berdua di rumah yang sepi. Sesampainya di dalam gedung SM, Soojeong yang mendengar namanya dipanggil pun berhenti berjalan.
“Pikyeo! Aku ingin lewat!” Bentak Soojeong pada lelaki dihadapannya.
Laki-laki itu menghelas napasnya. “Kau masih marah padaku?”
Tanpa memperdulikan orang yang sedang bertanya padanya, Soojeong beralih menatap seseorang yang berdiri disamping lelaki tadi. “Jinki oppa, kapan dramamu akan tayang? Postermu di gedung sudah dipasang tapi masih bertuliskan coming soon.”
Jinki melirik Taemin, lelaki yang berdiri di sebelahnya. “Hmm, aku belum selesai syuting, ada beberapa scene tambahan. Aku juga tidak tahu kapan tepatnya dramaku akan tayang. Mungkin dua atau tiga bulan lagi.”
“Oh, begitu. Lalu kenapa orang ini ikut denganmu?” Tanya Soojeong tanpas melirik Taemin.
Jinki mulai merasa canggung berada di dekat bocah-bocah ini. “Kenapa tidak kau tanyakan sendiri padanya?”
“Aku bertanya padamu.”
Jinki menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Taemin akan menjadi cameo di dramaku. Dia akan take gambar besok, jadi imo memanggilnya dan kebetulan aku juga sedang berada disini.” Jelas Jinki.
Soojeong mengangguk. “Semoga lancar, aku ingin bertemu dulu dengan eomma. Annyeong, oppa!”
Taemin memperhatikan Soojeong yang berlalu begitu saja melewatinya. “Wanita itu benar-benar menyebalkan! Dia bahkan tidak menghiraukan pertanyaanku.”
“Sudahlah, sebentar lagi dia akan kembali seperti semula.” Jinki merangkul pundak Taemin dan mulai mengajaknya berjalan keluar gedung.
“Hyung! Adik sepupumu sudah seperti itu selama satu minggu!”
“Sudah ku peringatkan jangan mencari masalah dengannya. Satu minggu belum apa-apa, sebelumnya dia pernah langsung meminta putus dengan kekasihnya yang dulu, kau ingat?”
“Pokoknya dia sangat menyebalkan!” Gerutu Taemin.
“Kau yang menyebalkan, dasar anak ayam! Kau berbohong padanya dengan alasan sibuk rekaman padahal kau menemui mantanmu, pantas saja dia sekesal ini padamu!” Jinki menjewer Taemin. “Aku jadi kesal padamu sekarang!”
“Sakit, hyung!!!”
***
“EH?? Mereka datang lagi?”
“Em, untuk yang kedua kalinya mereka meminta ayahmu untuk menjual lahan kita, Nak.”
Sunyeong terduduk diatas kasurnya. “Mereka benar-benar tidak tahu malu! Kenapa eomma baru bercerita padaku hari ini?”
In Ha tersenyum walaupun anaknya tidak ada di depannya saat ini. “Eomma hanya ingin kau mendengar hal yang baik. Tapi ternyata eomma selalu tidak tahan untuk tidak bercerita padamu tentang hal apapun.”
“Aku minta maaf karena aku tidak bisa selalu ada disampingmu sekarang.”
“Kau tidak perlu meminta maaf. Hanya mendengar bahwa kau baik-baik saja kami disini sudah sangat senang. Apa kau pergi bermain hari ini? Anak muda harus keluar di hari Minggu, kau tahu.”
Sunyeong terkekeh. “Aku ada di apartemen dari kemarin, eomma.”
“Eo? Wae? Kenapa tidak jalan-jalan? Apa uangmu sudah menipis? Eomma bisa meminta appa untuk memberimu sedikit tambahan uang.”
“Aniyo, eomma. Aku hanya sedang malas. Lagipula nanti malam aku akan menghadiri pesta ulang tahun Soojeong yang ke 20 tahun.”
“Sahabatmu ulang tahun hari ini? Sampaikan salam eomma untuknya, ya? Ucapkan rasa terimakasih eomma karena dia selalu menemanimu selama kau tinggal di Seoul.”
“Ne, dia pasti senang mendapat salam darimu. Dia juga pasti merindukan roti khas Daegu yang pernah ibu kirim untuknya.” Canda Sunyeong.
“AH! Benar, seharusnya ibu hadiahkan roti untuk ulang tahunnya, harusnya kau beritahu eomma. Tanggal berapa ini? Ibu harus mencatat tanggal ulang tahun Soojeong.”
“Sekarang tanggal 24 Juni, eomma.”
Setelah lama mengobrol, sambungan telepon mereka pun terputus. Sunyeong melihat ke sekeliling kamar kecilnya. Kamarnya kini nampak seperti kapal pecah. Setap sudut dipenuhi oleh berpasang-pasang baju yang ia keluarkan dari dalam lemarinya. Sunyeong bingung, pakaian seperti apa yang sekiranya pantas dipakai ke pesta Soojeong. Ia yakin, orang yang Soojeong undang adalah orang-orang terkenal mengingat ia adalah anak dari CEO SM C&C dan ayahnya adalah seorang pengusaha properti terkenal. Apakah disana akan ada banyak selebriti? Tanya Sunyeong dalam hati.
Sunyeong melihat kearah dompetnya. “Oh, tidak, uangku sudah terkuras untuk membeli kado dan topeng minggu lalu. Aish! Kenapa aku tidak punya satupun baju yang layak untuk dipakai berpesta???”
Berpikir sejenak. “Apa aku beli baju saja, ya? Sepertinya tabunganku di bank tidak akan habis hanya karena membeli satu baju untuk pesta.”
Setelah memutuskan untuk keluar membeli baju, akhirnya Sunyeong kembali ke apartement kecilnya dan segera bersiap untuk pergi ke pesta mengingat jam 7 malam nanti pesta akan segera dimulai, Sunyeong hanya punya waktu dua jam. Setelah selesai bersiap, Sunyeong kembali mengecek penampilannya di depan cermin besar yang terletak di sudut kamar. Rambut hitam lurus Sunyeong biarkan tergerai rapi sampai punggungnya.
Malam ini, Sunyeong memakai dress hitam putih selutut dengan lengan yang panjang dan wedges hitam setinggi 5cm yang membuatnya terkesan lebih tinggi, kemudian ia menyampirkan tas selempang kecil berwarna putih di pundaknya. Sekali lagi Sunyeong memoles glossy lipstick berwarna pink muda di bibirnya yang tipis agar lebih terlihat warnanya. “Aigoo, malam ini kau terlihat lebih cantik, Han Sunyeong.”
***
Semua orang yang mempersiapkan pesta ulang tahun untuk Soojeong terlihat semakin sibuk karena sebentar lagi pesta akan dimulai. Mereka menyulap halaman belakang rumah keluarga Jung menjadi tampak menakjubkan, karena pesta ini private mereka memutuskan untuk tidak menggelarnya di hotel. Halaman yang luas dan dipenuhi banyak bunga-bunga koleksi Mama Jung menambah kesan indah pada dekorasi. Enam kue ulang tahun sudah tersaji di meja utama, satu kue bertingkat adalah pemberian papa dan mama Jung sedangkan lima sisanya adalah pemberian kakak sepupu, kekasih dan sahabat-sahabat Soojeong sedari kecil.
“Apa Sunyeong akan datang?” Bisik Jonghyun pada Soojeong. Mengingat di sekitar mereka ada Jinki, Taemin, Minho dan Kibum yang belum mengetahui ataupun bertemu dengan Sunyeong yang mereka berdua sebut mirip dengan Kim Minji.
Soojeong mengangguk. “Oppa tenang saja, mereka tidak akan mengetahui bagaimana wajah Sunyeong. Ini kan pesta topeng.”
“Baguslah.”
“Apa yang kalian bicarakan?” Tanpa mereka ketahui Taemin sudah berada di belakang mereka.
“Kau menguping?!” Tuduh Soojeong.
“Aku mengajaknya berkencan.” Jawab Jonghyun sambil tersenyum lebar.
“Hyung kau tidak boleh menusukku dari belakang. Aku sudah susah payah mendapatkannya satu tahu yang lalu.” Gerutu Taemin.
“Oooh, Soojeong-ah kau tersipu. Kalian sudah baikan? Ah kalau begitu aku akan mencari wanita lain saja.”
“Wanita lain? Akan ku laporkan ini pada kekasihmu, hyung. Dia pasti akan segera terbang dari LA kesini.” Tiba-tiba Kibum ikut bergabung dan mengungkit-ungkit kekasih Jonghyun yang tak kunjung pulang ke Korea.
“Berisik kau! Urus saja cinta lamamu yang tak kunjung bersemi lagi itu!” Hardik Jonghyun.
“Teman-teman,” Minho juga muncul dari belakang sambil menaruh kedua lengannya di bahu Kibum dan Jonghyun. “Mari kita membicarakan hal lain selain wanita. Kalian tidak tahu rasanya menjadi aku yang selalu ditinggal jadian oleh gebetanku sendiri.”
“Itu karena kau terlalu banyak menebar pesona pada setiap wanita.” Kini Jinki yang muncul sambil membawa berbagai macam kue-kue yang sudah terhidang di meja. “Wae? Kenapa kalian diam? Kalian mau ku ambilkan kue?” Jinki pun pergi untuk mencicipi hidangan lain yang baru saja matang.
“Terkadang aku tidak berani membahas wanita di depan Jinki hyung.” Bisik Minho. Dan semua menyetujui perkataannya.
Beberapa menit kemudian lampu-lampu hias sudah mulai dinyalakan satu persatu begitu juga dengan lampu utama yang terletak di dekat kue ulang tahun Soojeong. Bersamaan dengan itu satu persatu tamu sudah mulai berdatangan ke taman belakang begitu juga dengan seseorang yang memakai dress selutut berwarna hitam putih yang memakai topeng setengah wajah berwarna lavender, Han Sunyeong.
Sunyeong melihat kekiri dan kekanan berusaha mencari dimana Soojeong berada. Setelah ia menemukan Soojeong, dengan segera ia langsung menghampirinya. “Soojeong-ah!! Saengil chukkhaeee!!!”
“Ssyunyeongie~~~~!!!!” Dengan gaya khas para gadis, mereka langsung berpelukan histeris padahal mereka bertemu hampir setiap hari.
“Aigoooo!!! Yeokshi! Uri Soojeong, kau terlihat sangat sangat saaaaangat cantik sekali malam ini.”
“Tentu saja, aku adalah ratu hari ini.” Lagi, Soojeong kembali ber-aegyo.
“Kado untukmu.” Sunyeong menyerahkan kotak berukuran sedang berwarna merah dengan pita pink kecil diatasnya.
“Gomawo, Yeongie. Aku akan menyimpan kado ini di tempat yang spesial.”
“Ibuku titip salam untukmu, sepertinya kiriman roti Daegu akan segera kau dapatkan.”
“Jinjja??? Assa! Ibumu adalah yang terbaik. Sampaikan terimakasihku padanya. Oh, ya. Acaranya akan dimulai, aku akan meletakkan kadomu terlebih dahulu di dalam rumah. Tunggu saja disini, arra?”
Sunyeong mengangguk patuh. Semua orang disini memakai topeng yang beragam dan sesuai dugaannya, semua orang memakai pakaian terbaik untuk datang ke pesta ini. Mungkin diantara mereka ada selebriti, pikir Sunyeong. Tidak lama kemudian, Jonghyun menghampiri Sunyeong yang berdiri sendirian. Mereka pun mengobrol sampai tidak terasa orang tua Soojeong sudah mulai membuka acara. Kemudian berlanjut ke acara tiup lilin dan potong kue. Sampai pada suatu segmen, Sunyeong mendengar suara Taemin menyanyikan lagu Sweet Surprise. Tangannya sudah gatal ingin mengambil video Taemin bernyanyi begitu juga dengan mulutnya yang sudah tidak tahan ingin berteriak-teriak. Ia tidak menyangka bahwa Taemin akan menghadiri acara ini. Kemudian, satu orang lagi maju untuk bernyanyi. Lelaki yang sedang bernyanyi menggantikan Taemin itu memilik suara yang lembut dan dapat menenangkan hati setiap orang. Hanya dari suaranya saja Sunyeong bisa menilai bahwa laki-laki ini pasti tampan dan berkepribadian lembut juga menyenangkan, ditambah dengan setelan pakaiannya yang rapi dan modis cocok dengan tubuh tegapnya yang tinggi dan berisi, dada yang terlihat bidang dan pundak yang lebar membuat Sunyeong membayangkan bagaimana rasanya bersandar dipundak itu. Pikiranku jadi kemana-mana, batin Sunyeong.
Saking hanyut dalam suara si penyanyi, Sunyeong sampai tersenyum sendiri dan menggerakan bahunya kekiri dan kekanan sesuai dengan alunan lagu. Tidak berbeda dari Taemin, semua orang bertepuk tangan begitu ia selesai menyanyi.
Tanpa Sunyeong sadari, Jonghyun yang sudah kembali berdiri di sebelahnya sedari tadi dan memperhatikan bagaimana Sunyeong menonton Jinki yang tadi sedang bernyanyi. “Tidak ada yang tidak terpesona dengan suaranya.” Gumam Jonghyun pelan. Tiba-tiba sekelebat bayangan Kim Minji yang sedang menonton Jinki menyanyi pun muncul dalam pikirannya. “Ini sedikit sulit. Rasanya seperti melihat Kim Minji yang asli.” Gumam Jonghyun lagi.
“Wah, aku jatuh cinta pada suaranya.” Gumam Sunyeong sambil ikut bertepuk tangan bersama tamu lain setelah Jinki mengakhiri lagunya.
Walaupun riuh tepuk tangan terdengar keras tapi Jonghyun dapat mendengar jelas apa yang dikatakan Sunyeong. “Kau tidak boleh jatuh cinta padanya, Sunyeong-ssi...” Gumam Jonghyun. Namun suaranya ditelan oleh riuhnya tepuk tangan di taman tersebut.
Kemudian semua orang kembali pada aktivitas mereka masing-masing. Mencicipi makanan, mengobrol dan sebagainya. Karena Soojeong terlihat asyik mengobrol dan berfoto dengan teman-temannya yang lain dan Jonghyun entah menghilang kemana, setelah mengobrol dengan mama Jung, Sunyeong memutuskan untuk berkeliling dan mencicipi makanan yang terhidang diatas meja.
Karena semua makanan yang tersaji terlihat sangat enak, Sunyeong memutuskan untuk mencoba semuanya. Ia mengambil sebuah piring kosong dan meletakkan berbagai macam kue dan puding keatas piringnya. “Ini benar-benar enak!”
Karena Sunyeong terus memproses semua makanan yang ia ambil, hal itu membuat Sunyeong tersedak. Ia menepuk-nepuk dadanya dan berusaha meletakkan piring yang ia bawa kemudian mengambil minum dari seorang pelayan yang berkeliling. Tanpa pikir panjang Sunyeong langsung meneguk setengah dari isi gelas tinggi tersebut. "Yeaks! Minuman apa ini? Rasanya benar-benar tidak enak!”
Setelah meneguk minuman aneh tersebut, Sunyeong meletakkan gelas itu keatas meja dan mulai memakan kue-kue yang ia ambil sebelumnya. Ketika operator memutar musik yang sedikit lebih keras, Sunyeong tiba-tiba merasa sedikit pusing. Ia pun menyudahi makannya dan kembali mencari minum yang sedikit lebih normal. Setelah berjalan ke meja sebelah ia menemukan segelas minuman berisi buah-buahan. “Ini pasti minuman biasa.” Sunyeong pun langsung menyedotnya. “Ahh, ini sedikit lebih segar walaupun rasanya agak aneh juga.”
Sunyeong menyipitkan matanya. Ia merasa ada yang salah dengan dirinya. “Kenapa orang-orang disekitarku seperti berputar-putar? Apa aku salah minum lagi?” Karena merasa tidak enak badan, Sunyeong memutuskan untuk mencari tempat yang lebih sepi agar ia bisa menetralkan dirinya karena disini musiknya semakin keras. “Ugh, sepertinya aku sempoyongan.”
Walaupun ini baru kedua kalinya Sunyeong berkunjung ke rumah Soojeong, tapi ia masih bisa mengingat bahwa di sisi lain taman ini ada sebuah kolam renang. Selain itu, disana juga terdapat beberapa kursi santai. Mungkin ia bisa duduk disitu, pikir Sunyeong.
Dengan langkah sempoyongan Sunyeong terus berjalan menuju kolam renang. “Ugh, kepalaku benar-benar pusing. Semuanya terlihat berputar-putar. Apa kolam renangnya sudah dekat?” Keluh Sunyeong sambil terus berjalan. Bahkan topeng yang ia pakai sudah dilepas karena mengganggu penglihatannya. “Han Sunyeong! Kau harus fokus!”
Sunyeong membuka lebar-lebar matanya dan mencoba berjalan dengan tegap tapi tiba-tiba kakinya terkilir dan tubuhnya jatuh ke dalam kolam renang. “EOMMA!!!”
***
“Jinki-ya, apa besok kau ada jadwal syuting atau pemotretan?” Tanya Mama Jung pada Jinki. Kini mereka sedang duduk di meja makan. Karena tidak terbiasa dengan tempat yang bising, orang tua Soojeong memutuskan untuk masuk kedalam rumah. Sedangkan Jinki baru keluar dari toilet.
Jinki mengecek ponselnya sebentar. “Tidak ada, besok aku free. Ada apa, imo, samchon?”
“Menginaplah disini, setelah acara seperti ini Taemin, Jonghyun, Minho dan Kibum pasti akan menginap disini. Karena kau adalah keponakan kami, kami sangat percaya padamu untuk menjaga Soojeong setelah acara ini.” Jelas Papa Jung.
Jinki tahu apa yang imo dan samchonnya ini khawatirkan, ia pun tertawa. “Arraseoyo, aku akan selalu menjaga adik kecilku itu dari gangguan makhluk-makhluk aneh. Memang kalian berdua mau kemana malam-malam begini?”
“Jam 9 malam ini kami akan berangkat ke Kanada, samchon ada kunjungan sedangkan imo akan mengunjungi audisi SM disana. Maka dari itu, sekarang kami akan pergi ke bandara.” Jelas Mama Jung.
Jinki mengangguk. “Kalian sangat sibuk. Hati-hatilah dijalan, imo, samchon semoga perjalanan kalian lancar.”
Papa dan Mama Jung tersenyum lega karena satu-satunya orang yang selalu dapat dipercaya menjaga anak tunggal mereka tidak memiliki jadwal apapun besok. “Terimakasih, Jinki. Jika Soojeong nakal, marahi saja dia. Kami berangkat sekarang.” Pamit Papa Jung.
Mereka tertawa sambil berjalan ke pintu depan. Setelah mengantar Papa dan Mama Jung, Jinki kembali berjalan ke taman. “Jung Soojeong, dia harus membayar mahal untuk menyewa baby sitter sepertiku.” Canda Jinki pada dirinya sendiri.
“EOMMA!!!”
Langkah Jinki terhenti ketika ia mendengar seseorang berteriak kemudian terdengar suara benda tercebur kedalam air. “Soojeong???” Tanpa pikir panjang, Jinki langsung berlari ke arah kolam renang. Ia melihat seorang wanita yang kepalanya timbul tenggelam di permukaan kolam renang, berusaha mengambil napas.
BYUR!
Jinki langsung meluncur kedalam kolam dan menolong wanita tersebut. Dengan sedikit usaha, ia mengangkat wanita itu ke pinggiran kolam setelah itu baru ia keluar dari kolam. Saat hendak membangunkan wanita yang ia kira Soojeong, Jinki terkejut melihat wajah wanita yang ia tolong. Ini bukan Soojeong. Tiba-tiba ia merasa waktu berjalan begitu lambat. Wajah ini... kenapa Jinki kembali melihat wajah ini? Bahkan matanya tidak berkedip saat melihat wajah Sunyeong yang berada di bawahnya.
Malam itu, Minji merasa bosan karena terus diam dikamar. Ia pun memutuskan untuk mencari udara segar di taman belakang, di dekat kolam renang. Penyakit yang dideritanya membuatnya kesulitan bergerak, ia tidak bisa beraktivitas seperti biasa bahkan ia sudah berhenti menjadi model enam bulan yang lalu. Ia juga dinyatakan tidak akan kuat mengandung seorang bayi, hal yang selalu ia dan Jinki tunggu selama hampir satu tahun pernikahan mereka. Tubuhnya kini sudah sangat kurus, bahkan lebih kurus dari model manapun.
“Hidupku hanya membuat orang lain menderita.” Minji kembali menangis. Bahkan dokter sudah memperkirakan usia Minji. Paling lama, Minji hanya bisa bertahan tiga bulan lagi. Keinginannya untuk hidup semakin hari semakin berkurang, dulu ia sangat yakin bisa sembuh apalagi Jinki selalu mendukungnya 100%, tapi dengan keadaan tubuhnya yang semakin lama semakin melemah ia tidak yakin bisa bertahan bahkan demi Jinki dan orang tuanya sekalipun.
Air mata Minji semakin deras mengalir. Ia tidak tahu mengapa Tuhan melimpahkan penyakit ini padanya, padahal ia selalu bersyukur karena mendapatkan kehidupan yang bahagia sebelum penyakit ini hadir. Menikah dengan Lee Jinki, membahagiakan orang tuanya, dan mempunyai karir yang bagus adalah hal-hal yang paling membuatnya bahagia. Tapi manusia selalu tidak tahu diri, ia merasa marah karena tidak diberi kesempatan untuk memiliki anak. Jangankan untuk melahirkannya, untuk mengandung saja ia dipastikan tidak akan kuat, malah akan membahayakan bayi yang dikandung dan bahkan membahayakan dirinya sendiri. Kemudian, keinginannya itu bahkan akan menjadi beban bagi orang-orang yang ia sayangi. Bukan tidak pernah berusaha, Minji bahkan sudah mengalami keguguran sebanyak dua kali. Kepala Minji mulai terasa berat dan pusing memikirkan dirinya sendiri, wajahnya memerah karena menangis dan menahan pusing. Hidungnya mulai mengeluarkan darah. Ia mimisan. Lagi.
Tak berapa lama, mendengar suara mobil Jinki masuk ke garasi, Minji langsung menghapus darah dan air matanya. Ia berusaha melangkah untuk pergi ke pintu depan menyambut suaminya tapi tiba-tiba ia terpeleset.
“EOMMA!!!”
Tanpa sadar air mata Jinki menetes bersamaan dengan tetesan air kolam dari ujung hidung dan rambutnya. Saat Jinki tersadar, ia langsung menepuk-nepuk pipi Sunyeong agar Sunyeong bangun. Dalam penglihatannya wajah Sunyeong terus berubah menjadi wajah pucat Minji tiga tahun yang lalu. “Minji, ireona!!!”
Dengan air mata yang bercucuran Jinki akhirnya memberi Sunyeong napas buatan. Jinki memencet hidung Sunyeong dengan jarinya kemudian mulutnya mulai bersatu dengan mulut Sunyeong yang sedikit terbuka untuk memberi napas buatan. Lalu ia memberi beberapa tekanan pada dada Sunyeong. “Kim Minji!!!”
Sekali lagi, Jinki memberi napas buatan untuk Sunyeong dan menekan dada Sunyeong beberapa kali. “Jebal!!!”
“Ohok! Ohok!!!” Sunyeong terbatuk beberapa kali sambil mengeluarkan air dari dalam mulutnya.
“Syukurlah...” Jinki terkulai di samping Sunyeong, lega karena akhirnya Sunyeong sadar –dan tidak kehilangan nyawanya.
Jinki kembali bangun. Lalu ia membantu Sunyeong untuk duduk. Tapi sepertinya Sunyeong tidak baik-baik saja karena matanya tidak fokus dan wajahnya mulai pucat serta tubuh kurusnya menggigil karena kedinginan.
Jinki memegang kedua bahu Sunyeong. “Sunyeong-ssi, apa kau bisa melihatku?”
Mulut Sunyeong mulai terbuka sedikit. Tapi, bukannya menjawab pertanyaan Jinki, Sunyeong malah memuntahkan isi perutnya di lengan Jinki yang juga mengalir ke dressnya sendiri yang sudah tersingkap sampai pangkal paha. Sunyeong benar-benar kacau malam ini. Memalukan. Tapi ia tidak ingat apa-apa setelah itu karena efek alkohol masih mempengaruhinya. Sunyeong pun kembali terbaring di pinggiran kolam dan tak sadarkan diri.
Jinki meringis setengah ingin menangis. “Aaarrrgghhhhh!!! Men-ji-ji-kan!!!”
***
“Ya, Soojeong-ah! Kenapa kau bisa berteman dengan orang seperti dia, eoh? Lenganku jadi bau!!!” Ini sudah kelima kalinya Jinki mengeluhkan lengannya yang bau karena muntahan Sunyeong.
Mr. Higienis, batin Soojeong. “Sepertinya dia salah mengambil minuman kemudian ia mabuk dan tercebur ke kolam lalu ia muntah.” Soojeong memajukan bibirnya pertanda merajuk karena Jinki seolah-olah malah menyalahkannya. “Kami kan belum pernah minum alkohol, wajar saja dia sampai seperti ini.”
Sekarang mereka sedang berkumpul di kamar tamu setelah sebelumnya Jinki terpaksa menggendong Sunyeong ke dalam rumah dan meminta asisten rumah untuk menggantikan baju Sunyeong. Dan yang Jinki lakukan ialah menggerutu tiada henti. Sedangkan Soojeong, Taemin, Jonghyun, Minho maupun Kibum belum ada yang berani berkomentar banyak.
“Kenapa wajahnya sangat mirip dengan Minji noona, ya?” Bisik Kibum pada Minho dan Taemin. Mereka bertiga memperhatikan Sunyeong yang tertidur diatas kasur.
“Kurasa aku pernah bertemu dengannya. Dia teman kuliah Soojeong, kan?” Balas Taemin.
“Jinjja?” Tanya Kibum.
Taemin mengangguk. “Dia meminta tanda tanganku di perpustakaan kampus. Tapi aku tidak memperhatikan wajahnya mirip Minji noona atau tidak saat itu.”
“Soojeong pasti sudah menyadari kemiripan mereka dan sepertinya Jonghyun hyung juga sudah tahu. Saat aku melihat gadis ini, kupikir Minji noona hidup lagi.” Tebak Minho.
“Bagaimana ini? Tapi Jinki hyung terlihat tidak peduli dengan kemiripan mereka, benar?” Bisik Kibum lagi yang kemudian mendapat anggukan dari Minho dan Taemin.
“Ya ya ya! Apa yang kalian bisikkan?!” Tegur Jinki. Mereka bertiga langsung menggeleng dengan kompak. “Kalian para pria, karena kamar ini sudah dipakai, kita semua tidur bersama di kamar sebelah. Dan Soojeong, jangan tidur terlalu larut. Kalian mengerti?”
“Ne, hyung!”
“Ne, oppa!”
“Aku akan tidur duluan.” Jinki pun melangkah pergi dari kamar yang ditiduri Sunyeong tersebut.
Setelah Jinki keluar dari kamar dan menutup pintunya, Soojeong memandang satu persatu para oppa yang ada di hadapannya. “Oppadeul, Jinki oppa... bagaimana? Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi.”
Mereka saling berpandangan satu sama lain. “Molla...” Jonghyun menggedikan kedua bahunya. “Cha~ ayo kita tidur.”
***
Waktu menunjukan pukul 6.00 AM. Sunyeong mulai terusik dari tidurnya dan merasakan pusing luar biasa yang melanda kepalanya. Sunyeong terduduk dan melihat keadaan sekeliling. “Dimana ini?” Sunyeong menunduk melihat baju yang ia pakai. “Eoh? Kemana bajuku? Piyama siapa—ahhh!” Sunyeong menepuk jidatnya sendiri. “Ini masih di rumah Soojeong? Apa yang terjadi padaku tadi malam?”
Sunyeong pun turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar. Sepi. Belum terlalu jauh ia meninggalkan kamarnya, tiba-tiba ia mendengar sebuah suara yang berasal dari dapur di lantai bawah kemudian ia memutuskan untuk turun. “Itu pasti Soojeong!”
Di dapur, seorang namja berperawakan tinggi dengan tubuh tegap menggunakan kaus polos berwarna hitam dan celana boxer setengah paha terlihat sedang meminum air putih. Namja itu berbalik ketika ia merasakan ada seseorang yang mendekat. Ia nyaris tersedak ketika wanita di hadapannya tiba-tiba berteriak.
Sunyeong terkejut sampai tubuhnya mundur ke belakang beberapa langkah setelah namja di hadapannya berbalik dan melihat kearahnya. “C-c-c-cccccc Choi Minho???”
Minho meletakkan gelasnya di atas meja makan. “Selamat pagi, maaf aku membuatmu terkejut.” Minho mengusap tengkuknya karena tiba-tiba ia merasa canggung dan malu karena pakaiannya. “Maaf aku berpakaian seperti ini.”
Sunyeong masih dalam mode terkejutnya yang berlebihan. Pasalnya, Choi Minho adalah aktor yang sedang naik daun dan banyak dibicarakan oleh gadis-gadis diluar sana karena ketampanan dan kemampuannya berakting. Sunyeong hanya tidak mengerti mengapa seorang Choi Minho ada di dapurnya Soojeong.
***
“Minho-ssi adalah temannya Soojeong?”
Minho mengangguk sambil mengupas buah apel yang tersedia di meja makan. Setelah melewati kecanggungan selama beberapa menit, Minho menawarkan diri untuk membuat sarapan jika Sunyeong lapar. Tapi pada akhirnya Sunyeong lah yang mengambil alih dapur dan membuat sarapan sesuai dengan bahan yang tersedia di kulkas.
Sunyeong menutup panci dan berbalik menatap Minho yang duduk di meja makan. “Sejujurnya aku masih merasa ini semua adalah mimpi.”
Minho menggigit apelnya kemudian tertawa. “Mungkin karena efek alkohol semalam.”
“Alkohol?” Ini tidak ada dalam ingatan Sunyeong. Siapa yang minum alkohol?
“Sunyeong-ssi tidak ingat?”
Sunyeong berjalan dan menggeser kursi di hadapan Minho kemudian duduk. “Apa aku mabuk?”
Minho menghabiskan sisa apel dalam genggamannya. Ia mengangguk. “Keadaanmu sangat kacau kemarin malam.”
Tubuh Sunyeong menegang seketika. Ia belum pernah mabuk sebelumnya. Jangankan mabuk, ia saja tidak tahu bagaimana rasanya alkohol itu. “Kacau? Apa- apa aku melakukan sesuatu yang aneh dan memalukan?”
“Kami tidak tahu apa yang terjadi tapi saat pesta selesai Hwang ahjumma memberitahu kami kalau Sunyeong-ssi tercebur di kolam renang dan Jinki hyung menolongmu. Kau mengigau dan napasmu bau alkohol. Bahkan kau muntah di lengan Jinki hyung.”
“MWO?!” Pekik Sunyeong. Separah itukah ia?
“Aku yakin usiamu bahkan belum genap 20 tahun, kenapa minum alkohol?”
Sunyeong mengingat-ingat sebentar. “Ah! Aku ingat semalam aku tersedak dan mengambil sembarang minuman, dan rasa minumannya sangat aneh. Kemudian aku merasa sangat pusing setelah itu aku tidak ingat apa-apa.”
“Hmmm, wangi masakan. Siapa yang memasak pagi-pagi begini?”
Sunyeong dan Minho menoleh ke sumber suara. Rupanya Soojeong dan Kibum sudah bangun. Kemudian dibelakang disusul Jonghyun.
Tiba-tiba Sunyeong memekik ketika melihat Taemin baru turun dari tangga. “Apa seperti ini wajah bangun tidur Taemin???” Tapi tidak ada yang peduli dengan Sunyeong. Semuanya –termasuk Taemin, langsung mengambil posisi di meja makan. Kemudian dengan inisiatif sendiri, Kibum beranjak dari duduknya dan membantu Sunyeong menyiapkan makan dan juga minum.
“Ya! Apa kalian semua mabuk semalam?! Kalian sangat berisik, mengganggu tidurku saja!” Tiba-tiba Soojeong menegakkan tubuhnya dan menunjuk semua oppa yang duduk di meja makannya. Soojeong kesulitan tidur karena mereka mabuk dan memasang musik yang memekakkan telinga. Jika ada orangtuanya, maka habislah mereka.
Sunyeong pun menghidangkan sarapan di meja makan dibantu oleh Kibum. “Aku harap masakannya enak dan bisa mengurangi pusing di kepala kalian akibat mabuk semalam.” Namun, saat ia menaruh mangkuk nasi untuk Taemin, ternyata Sunyeong membentuk sebuah hati diatas nasinya menggunakan rumput laut.
Taemin yang menyadarinya langsung tertawa. “Kau penggemar yang baik.”
“1, 2, 3, 4... sepertinya oppaku kurang. Dimana Jinki oppa?”
Sunyeong yang baru saja duduk di sebelah Soojeong langsung menegang dan jantungnya berdegup dengan kencang. Ia mulai salah tingkah mengingat cerita Minho beberapa belas menit yang lalu. Dan wajahnya mulai sedikit memerah ketika ia melihat Jinki turun dari tangga menuju meja makan. Apa yang harus aku lakukan? Batinnya. Sunyeong menunduk tepat saat Jinki duduk di hadapannya. Bahkan tubuhnya terlonjak hanya karena Jinki berdeham.
“Wae? Kenapa saat aku datang kalian diam? Mokgo!” Perintah Jinki. Ia pun mulai mencicipi sup dan daging sapi yang tersedia di hadapannya kemudian memasukan sesendok penuh nasi kedalam mulutnya. Tindakannya pun mulai ditiru oleh yang lain.
Kibum yang menyadari ada berbagai macam kecanggungan di meja makan ini pun mencoba masakan Sunyeong kemudian tertawa garing agar suasana sedikit mencair. “Masakannya sangat enak! Sunyeong-ssi ternyata kau sangat pandai memasak.”
Mendengar bahwa Sunyeong yang memasak pagi ini, gerakan Jinki terhenti dan matanya menatap lurus gadis di hadapannya dengan pandangan datar. Menyadari dirinya di perhatikan oleh Jinki, Sunyeong melirik Jinki kemudian mata mereka bertemu. Tak sampai satu detik Sunyeong pun mengalihkan tatapannya dan tiba-tiba tersedak. Dengan tidak peduli, Jinki kembali melanjutkan sarapannya.
“Aigoo, ini minum.” Soojeong menyodorkan gelas berisi air putih pada Sunyeong.
***
Menjelang siang Sunyeong memutuskan untuk pulang dari rumah Soojeong. Di dalam kamar ia merapikan piyama Soojeong yang ia pakai untuk tidur. Setelah itu ia keluar dari kamar dan turun ke lantai satu. Rumah sudah sepi karena Soojeong sedang mandi dan semua teman Soojeong sudah kembali ke jadwal masing-masing dan yang tersisa hanyalah Jinki. Oh, Lee Jinki. Sunyeong harus meminta maaf padanya.
“Jinki-ssi...” Sunyeong menghampiri Jinki yang sedang duduk di bangku taman belakang sambil membaca buku.
“Sudah kumaafkan.” Ucap Jinki tiba-tiba tanpa menghiraukan kehadiran Sunyeong di hadapannya.
“Terimakasih telah menolongku tadi malam. Aku mugkin sudah mati tenggelam jika kau tidak menemukanku.”
“Em.” Jinki mengangguk.
“Aku minta maaf karena sudah banyak merepotkanmu.”
“Gwenchanha.”
“Dan...”
Kali ini Jinki mengangkat wajahnya menengadah menghadap Sunyeong yang berdiri di hadapannya. “Tto mwo?”
“Bukumu terbalik, Jinki-ssi...”
Sial! Umpat Jinki dalam hati.
“Sunyeong-ah, kau akan pulang sekarang?”
Sunyeong berbalik kearah Soojeong yang berdiri di dekat pintu kaca besar yang membatasi antara taman dan ruang keluarga. “Ne, aku harus mencuci dan belanja kebutuhan kulkas.”
“Ah, begitu. Baiklah, akan kuantar sampai kau naik taksi.”
Sunyeong membungkuk sekilas pada Jinki untuk pamit kemudian ia menghampiri Soojeong dan berjalan menuju pintu utama. “Aniya, aku naik bus saja.”
Sedangkan Jinki masih mengumpat dalam hati dan menutup bukunya. Sebenarnya ia memang sedang membaca, tapi kemudian ia bertanya-tanya kenapa Sunyeong tidak mengatakan apapun setelah kejadian tenggelam itu. Berterimakasih mungkin?
Saat ia hendak beranjak menuju lantai dua –dimana kamar Sunyeong berada, tiba-tiba ia melihat Sunyeong berjalan cepat menuruni tangga. Dengan cepat Jinki kembali berjalan menuju taman sebelum Sunyeong memergokinya. Berakhirlah ia dengan kejadian buku yang konyol tadi. Memalukan.
***
Beberapa hari kemudian...
Sunyeong berjalan lemas mendekati rumahnya di Daegu. Rumah yang ia tinggali semenjak ia lahir, rumah yang memiliki segudang kenangan, kini rata dengan tanah. Air mata Sunyeong mengalir deras melewati kedua pipinya yang tembam dan mulus. “Appa.. eomma..” Sunyeong berhambur memeluk kedua orangtuanya begitu ia melihat orangtuanya terduduk lemas di dekat rumah yang sudah hangus terbakar.
“2 kali lipat.” Dengan patuh dua asisten Junki menyodorkan dua buah koper berisi 200 juta won sesuai perintah Junki. Mereka membuka koper tersebut tepat dihadapan Han Il Baek beserta istri dan anak-anaknya.
Soo Eok dan Soo Jin melirik uang berjumlah besar tersebut kemudian mereka menengadah memandang ibunya. In Ha hanya terdiam sambil menatap lurus Junki yang duduk di hadapannya sambil berongkang-ongkang kaki. Il Baek dan In Ha sama sekali tidak melirik uang yang terpampang di hadapan mereka.
“Bagaimana? Kalian bersedia, kan? Bahkan aku akan menyediakan transport untuk kalian pindah seperti yang aku lakukan pada rumah-rumah lain. Bukankah aku sudah sangat baik?”
“Aku tetap pada pendirianku. Sudah kubilang aku tidak akan memberikan lahan ini pada siapapun. Ini adalah warisan turun temurun dari keluargaku yang harus kami jaga.” Tegas Il Baek.
“Anda sangat mempersulit saya, Tuan. Bahkan ijin dari pemerintah pun tidak sesulit ini.” Desis Junki. Junki menghembuskan napasnya dengan kasar. “Ku dengar anak gadismu yang cantik itu tinggal di Seoul.”
Tubuh keluarga di hadapan Junki seketika menengang. “Jangan macam-macam dengan anakku! Atau kau akan ku laporkan pada polisi!!” Pekik In Ha.
Junki terkekeh. “Tadinya terbesit pikiran untuk mempersunting gadismu, tapi aku tidak mau mempunyai mertua menyebalkan seperti kalian. Tapi mempermainkannya kurasa cukup menyenangkan.”
Wajah Il Baek memerah karena marah. “Pergi dari sini.” Desisnya. “KELUAR!!!”
“Apa boleh buat.” Junki beranjak dari duduknya dan merapikan jasnya yang sedikit kusut. “Anda sudah menolak tawaran seorang Lee Junki. Kuharap anda tidak menyesal, Tuan Han.” Ia pun beranjak pergi dari rumah sederhana itu. Masuk kedalam mobil mewahnya dengan segudang rencana yang sudah ia persiapkan. Meninggalkan keluarga Han yang darahnya pasti masih mendidih karena ancaman sepelenya tadi. Bahkan saat melihat gadis itu pertama kali ia sama sekali tidak merasa tertarik apalagi untuk mempersuntingnya itu sama saja dengan mengatakan bahwa pohon mangga berbuah jeruk. Mustahil.
“Lalu bagaimana, sajangnim?” Tanya sekretarisnya yang duduk di samping kemudi.
“Bakar saja. Bakar lahan itu sampai habis. Keluarga sialan itu sudah menunda proyek ini selama berbulan-bulan.” Perintah Junki.
Setelah ini, bagaimana mereka bisa hidup? Satu-satunya sumber pendapat mereka dan tempat tinggal mereka benar-benar sudah hangus terbakar. Satu-satunya harapan mereka dalah tabungan yang mereka miliki di bank, walau jumlahnya tidak seberapa besar tapi mereka tidak punya pilihan lain. Sunyeong berjanji dalam hati, ia yang akan berusaha bertanggung jawab atas keluarganya bagaimana pun caranya.
-kkeut!-
*LOL ada adegan minum beer(?) atau minuman beralkohol deh ya, karena aku ngga tau rasanya kayak gimana. Terus kalo cocktail, rasanya kayaknya manis ya? Kan suka ada buah-buahannya gitu loh.