CHAPTER 1 : Different World
[Chapter 1 – The Different World]
Seoul, 3000 years.
Hana POV
Dunia ini, semuanya telah berubah semenjak adanya seorang misterius yang berhasil merubah dunia ini menjadi dunia yang gelap. Dunia ini berubah menjadi berbahaya dan banyak kekerasan. Semua orang jaman sekarang hanya berkeyakinan bahwa hidup itu harus disertai dengan egois, kekejaman, kekerasan. Sekolah pun tidak mengajarkan etika yang baik namun mereka mengajarkan egois, kekejaman dan kekerasan. Oke, sebenarnya aku belum terbiasa dengan duna baru ini.
Jangan mengira orang-orang tidak berubah, mereka juga ikut berubah. Mereka bukanlah orang yang baik, saling menghormati dan bertoleransi tapi mereka semua menjadi orang yang sangat kejam. Mereka sudah berani membunuh anak-anak dan wanita. Bahkan kemarin aku melihat temanku membunuh sahabatnya sendiri. Kejam bukan? Heol, aku ingin kembali dimasa kecilku.
Jangan mengira aku punya teman baik. Aku tak ingin memiliki teman semenjak dunia berubah menjadi dunia yang kejam dan gelap. Mereka semua telah tak memiliki kepercayaan terhadap orang lain. Yang mereka percaya hanyalah satu tim. Ya, kini sekolah dihentikan karena kini sekolah tak seperti yang dulu yaitu tempat menuntut ilmu. Tapi yang ada hanya organisasi untuk merebut sesuatu yang baru atau berharga.
Kuberitahu kalian rahasiaku, aku mempunyai suatu barang berharga daripada uang dan yang paling diincar saat ini. Kalian pasti sedang bertanya apa itu kan? Itu adalah senjata paling ampuh dan hanya ada satu didunia ini. ZX808 XSHN. Itu nama senjatanya. Yah, ada inisial namaku disana. Shin Ha Na.
Jangan mengira aku orang Korea asli. Aku adalah keturunan darah campuran dari Amerika-Korea. Aku baru pindah kesini sejak dunia ini menjadi kejam. Orang Amerika mencari keluargaku karena Ayahku adalah perancang membuat senjata api. Karena Ayahku berpesan untuk menjaga senjata itu, akhirnya aku pindah ke Korea tinggal dirumah Bibiku dan melakukan penyamaran dengan mengubah nama margaku. Jangan tanya dimana Ayahku dan Ibuku, mereka meninggal bersamaan karena mereka tak mau memberikan senjata itu dan dibunuh. Dan aku hidup sendirian.
Tapi untungnya aku mempunyai kekasih dan Bibi di Korea yang selalu kupercaya.
“Shin Ha Na! Bukakan aku pintu” tiba-tiba layar besar dikamarku menyala dan terdapat wajah kekasihku disana. Dia bertamu kerumah sepertinya. Aku malas untuk keluar hanya untuk mengetik password pagar serta pintu masuk rumah. Dan akhirnya aku membuka pintu pagar dan pintu masuk rumah otomatis dengan remote control rumahku agar dia bisa masuk.
Cklek. Ia membuka pintu kamarku dan langsung memelukku.
“Apa kau merindukanku, Jung Ho Seok?” tanyaku. Bukannya menjawab, malah dia menyambar bibirku dengan posisi tetap memelukku. Ia melumat bibirku dengan lembut sebenar lalu menyudahi ciumannya. Menyebalkan!
“Tentu saja aku merindukanmu” jawab Hoseok setelah menciumku lalu tersenyum. “Tapi kurasa bibirmu sedikit pecah-pecah. Kau pasti lupa menggunakan lip balm” koreksi Hoseok.
“Oh ya, aku tidak menggunakannya hari ini” jawabku dan kembali duduk dikasurku sambil bermain game
“Kau tak pernah pergi keluar?” tanya Hoseok tiba-tiba.
“Kau lupa? Kekasihmu ini masih seperti orang dulu Hoseokie. Aku tidak suka dunia kejahatan atau apapun itu yang negatif. Aku lebih suka bermain game dirumah dan kedamaian” jawabku padat dan jelas.
“Tapi setidaknya kau harus beradaptasi dengan dunia baru ini, Hana. Jika kau tak beradaptasi, kau hanya akan hidup menganggur sampai kau menemukan ajalmu” saran Hoseok. “Aku baru saja ikut sebuah organisasi yang menurutku organisasi kuat. Apakah kau mau gabung denganku?” tanya Hoseok.
“Apa kau datang kemari untuk promosi?” tanyaku malas. “Aku masih tidak tertarik ikut organisasi” tambahku.
Hana POV END
***
Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang, mentari muncul dari ufuk timur dan hari baru telah dimulai. Semua orang kembali beraktivitas keluar rumah menyapa mentari. Kecuali gadis satu ini, Hana masih tertidur pulas dikasurnya. Ya, lebih baik melanjutkan tidur daripada keluar rumah sedangkan disana bahaya —itu yang dipikirkan Hana.
Tapi sayangnya tidurnya tak berlanjut setelah terdengar suara-suara tembakan. Itu sangat mengganggu Hana. Mulut Hana sudah ingin berkomat-kamit mengomel pada orang yang mengganggunya. Akhirnya dengan terpaksa Hana membuka matanya dan bangun.
“Sial! Siapa yang sudah melakukan aksi di pagi bolong(?) begini?!” umpat Hana kesal.
Tiba-tiba hidung Hana mencium bau yang sangat amis. Hana seperti mengenali bau itu. Bau darah. Hana langsung panik dan keluar dari kamarnya. Dan ternyata ada Bibi Hana diruang tengah dengan baju yang sudah berlumuran darah. Oh, jadi baunya dari sini.
“Tumben kau bangun pagi?” tanya Bibi Hana.
“Aku terganggu oleh bunyi tembakan tadi. Apa itu Bibi?” tanya Hana.
“Oh ya, itu aku. Maaf kalau mengganggumu” jawab Bibi Hana sambil melepas pakaiannya yang berlumuran darah dan berganti pakaian. “Hana, tolong cuci bajuku. Aku harus keluar, ada seseorang yang harus kuatasi” ucap Bibi Hana yang selesai berganti dan keluar.
Beginilah kehidupan Hana saat tinggal bersama Bibinya. Tidak, Bibinya tidak menjadikan Hana sebagai pembantu. Bibinya hanya minta tolong, tapi Hana sih orang tahu diri dan tahu balas budi. Dan akhirnya Hana mencucikan pakaian Bibinya —kadang-kadang.
Hana membuka mesin cuci dan memasukkan pakaian itu kedalamnya. Hana melihat kotak ditergennya. Habis. Muka Hana merah bertanda marah. Hari ini sial sekali sih? Pertama, tidurnya terganggu. Kedua, ia harus keluar rumah untuk membeli ditergen. Hana langsung pergi keluar tapi tidak setelah Hana mencium bau tidak enak.
“Oh iya, aku belum mandi”
***
Hana membuka lemarinya —mencari baju favoritnya namun Hana lupa bahwa baju feminimnya sudah dibuang oleh Bibinya karena katanya tidak sesuai dengan keadaan sekarang. Ugh! Kenapa hanya ada pakaian kaos dengan jeans? Itu sama sekali bukan gayanya!
Hana akhirnya memakai jeans panjang dengan tangtop tak lupa memakai jaket jeans. Dan Hana memakai topi hitam untuk menutupi wajahnya. Barangkali ia bertemu dengan orang Amerika yang mengincarnya bisa bahaya.
Hana keluar dari rumahnya dan melihat cuaca, sepertinya cerah, Hana akhirnya memakai motor besarnya yang menggunakan tenaga surya. Ya, jaman sekarang kendaraan banyak yang menggunakan tenaga surya.
Hana mengegas motornya menggunakan kecepatan tinggi. Hana tidak suka jika tidak mengebut. Saat dijalan, Hana merasa diikuti oleh seseorang. Dia sangat aneh menurut Hana, dia melintasi jalan yang sama sepertinya. Apa ini hanya kebetulan atau orang itu membuntutinya?
Saat Hana baru keluar dari minimarket tiba-tiba seseorang mengunci kedua tangannya dan menodongkan sebuah pisau dileher Hana. Tentu saja Hana kaget akan hal ini. Ia tak bisa melihat orang yang kini mengancamnya. “Kau—”
“Apa? APA YANG KAU INGINKAN?!” teriak Hana.
“Santai saja, cantik” ujarnya. “Aku hanya minta uangmu dan senjata revolver yang kau sembunyikan didalam jaketmu”
“Maksudmu?” tanya Hana. Bagaimana bisa orang itu tahu jika aku membawa revolver didalam jaket?, pikir Hana.
“Jangan pura-pura tidak tahu. Cepat! Atau aku ambil nyawamu!” ancamnya sambil menempelkan pisaunya ke leher Hana. Akhirnya dengan terpaksa Hana mengambil revolver yang ia sempunyikan didalam jaketnya dengan mengambil semua uang di saku celananya. “Kau pintar” kata terakhirnya saat Hana memberikan semuanya dan ia menaiki motor besarnya dan pergi.
“Sial! Bahkan dia tidak bilang terima kasih” omel Hana. Oh ayolah, orang jaman sekarang sangat jarang mengucapkan kata itu Hana! Ingatlah! Semoga Hana ingat wajah orang itu sampai Hana bertemu lagi dengannya. Hana ingin balas dendam membegal orang itu sama seperti yang orang itu lakukan padanya.
“Siapa namanya ya? Hmm, yang jelas dia tak setinggi Hoseok” gumam Hana.
***
Amerika, 3000. 00.00 UTC.
Pukul jam dua belas tepat tengah malam. Tiba-tiba pintu lift didepannya terbuka. Terdapat dua pria dengan membawa pedang besar berjalan menuju seorang yang kini tengah duduk di sebuah kursi sanggahannya. Kedua pria yang membawa pedang tadi menunduk pada orang yang tengah duduk gagah disana.
”Boss, dia menghilang!” ucap salah satu pria yang membawa pedang besar. Siapa lagi yang mereka maksud selain Shin Ha Na. Ya, mereka sedang mengincar Hana.
“APA?! GADIS ITU MENGHILANG?!” kaget orang yang dipanggil boss.
“Ya, gadis Shin sepertinya sedang bersembunyi” jawabnya sambil menyalakan senter dan keluar gambar rumah yang dalamnya kosong tak ada barang. Ya, Senter pun sudah sangat canggih ditahun itu.
Pria yang dipanggil boss tersebut bediri dari tempat duduknya. Tangannya mengepal dan emosinya sangat memuncak.
PRAAANG!
Suara pecahan kaca terdengar. Pria itu sudah gila, ia melemparkan kursi kayu ke cermin besarnya. Serpihan kaca berterbangan kemana-mana hingga dua anak buahnya menutup wajahnya takut terkena kaca tajam itu. Ia mengambil revolvernya di lacinya.
“Segera cari dia dimanapun sampai ujung dunia!!!” teriaknya. Sambil menembakkan pelurunya pada sebuah figura besar tepat didepannya. Kalian tahu? Disana terdapat foto Shin Ha Na. Ya, foto Hana baru saja ditembaki.
***
South Korea, 3000. 03.00 KST.
Siet! Siet! Siet! Jleb!
Seorang pria berambut coklat sedang bermain dengan pedang besar di ruang latihannya. Ia menusuk-nusuk sebuah boneka berbentuk manusia dengan pedang besarnya. Mukanya sudah dibasahi oleh biang keringat sedari tadi. Ia menatap jam dinding, jam tiga pagi tepat.
Pria berambut coklat itu menyudahi aktivitas berlatihnya dan mengusap keringat yang membanjiri mukanya sejak daritadi. Ia mengambil sebotol kecil minuman —meminumnya hingga habis dalam sekali tegukkan. Meremas botol itu dan membuangnya ke tempat sampah. Ia mendengar suara tembakan. Mendengar itu, ia langsung keluar dari ruang latihannyanya. Ia melihat adiknya sedang berlatih menembak.
DOR! DOR! DOR!
Seorang pria berambut hitam tengah menikmati kegiatannya. Ia menembak tiga sasaran tembak. Pengelihatannya memang sangat tajam —hingga ia bisa menembak sasaran tembak dengan cepat dan tepat. Ia senang melihat bahwa sasarannya sudah tepat. Gigi kelincinya menyumbul disaat pria itu tersenyum dan menyembul pistolnya.
“Good Job! Jungkook” ucap pria berambut coklat yang baru saja masuk ruang latihan tembak sambil tepuk tangan. Pria yang dipanggil Jungkook tersebut membalikkan badannya melihat orang yang baru saja masuk tadi.
Bibir Jungkook mengangkat menandakan tersenyum. “Gomawo, Hyung. Ini semua berkat dirimu juga yang menyemangatiku” jawab Jungkook tersipu sambil menggaruk tengkuknya. Setelah melihat adik kesayangannya berlatih, pria berambut coklat menuju ruang latihan kakaknya.
Bugh! Bugh! Bugh! Bugh!
Didalamnya terdapat pria memakai kaos sleeveless shirt hingga terlihat otot lengannya yang telah terbentuk dengan bagus. Ia menunju-ninju punching bag terus-menerus tiada hentinya seperti melawan musuh.
Pria berambut coklat tadi tak ingin mengganggu kakaknya yang sedang serius latihan tinju dan akhirnya keluar dari ruangan ini tapi tidak setelah ia melihat sebuah revolver. Sepertinya revolver itu baru saja dibeli oleh kakaknya. Setahunya, kakaknya tak pernah mempunyai revolver yang ini.
“Jimin Hyung? Kemarilah” panggil pria berambut coklat. Pria bernama Jimin yang tadi berlatih meninju menghentikan aktivitasnya sejenak dan berjalan menuju adik sulungnya.
“Ada apa?”
“Kapan Hyung membeli ini?” tanya pria berambut coklat sambil menatap revolver tersebut. “Apa aku boleh mencobanya?” tanyanya.
Jimin mengangguk. Langsung saja pria itu berlari ke tempat latihan tembak yang tadi di tempati oleh Jungkook. Pria berambut coklat memicingkan matanya dan menembakkannya pada sasaran tembaknya.
DOR!
Suara tembakannya menggema diruangan ini. Mendengar itu, Jungkook jadi ingin memiliki revolver itu. “Wah, Taehyung Hyung, kau dapat darimana revolver itu?” tanya Jungkook sambil menatap revolver yang kini dibawa pria berambut coklat bernama Taehyung.
“Itu punyaku” sahut Jimin yang baru saja memasuki ruang latihan tembak.
“Hyung, boleh aku memilikinya?” tanya Jungkook.
“Jangan! Berikan padaku saja, Jimin Hyung” pinta Taehyung.
“Enak saja! Itu mahal tahu, kau hanya bisa mengambil punya orang. Dasar!” jawab Jimin ketus. Jimin merebut revolvernya yang kini sedang berada di tangan Jungkook. Jungkook menatap kakaknya sebal.
“Dasar pelit!” umpat Jungkook dan Taehyung
Tiba-tiba datang seorang wanita memakai singlet hitam dengan jeans yang sobek-sobek panjang. Rambut hitam dengan warna hijau tua dibawahnya sangat berantakan. Matanya menatap tiga pria yang kini sedang berdebat menggangu tidurnya.
“BISAKAH KALIAN DIAM DI DINI HARI?!” teriak gadis itu ketus. “Mengganggu tidur saja” ucapnya sedikit tak jelas karena gadis itu bicara sambil menguap.
“Hani Noona, kau terlihat mengerikan dengan rambutmu berantakan” ucap Jungkook bergidik melihat gadis berambut hitam dengan hijau tua dibawahnya yang bernama Hani.
Tiba-tiba Hani berjalan menuju mereka bertiga dengan wajah aneh dan susah ditebak. Apa yang akan gadis ini lakukan? Apa ia akan mengomel di dini hari begini? Ataukah gadis ini akan membunuh Jungkook yang baru saja menyebutnya mengerikan? Oke, itu yang ada dipikiran tiga pria itu.
Dan ternyata Hani berjalan mendekati Jimin. Semakin dekat, semakin dekat. Tiba-tiba tubuh Hani ambruk didepan Jimin. Untung saja Jimin dengan sigap memeluk Hani sehingga Hani tak sempat untuk jatuh.
“Yak! Hani? Kau tidur?” tanya Jimin disaat tubuh Hani ambruk. Kepala Hani bersender di bahu kanan Jimin.
Tak ada jawaban. Mata Hani sudah terpejam, sepertinya Hani tertidur di bahu Jimin.
“Sial! Mengapa gadis ini sangat sinting?!” umpat Jimin. Sedangkan Taehyung dan Jungkook hanya tertawa melihat Jimin yang frustasi.
***
Hana melihat jijik jalan raya yang kini sudah bewarna merah darah. Ya, hampir diseluruh tempat terdapat bekas darah. Dan bekas tetesan darah itu tak akan hilang. Jika hilang pun caranya hanyalah turun hujan saat ini sangatlah jarang turun hujan atau seluruh orang di kota ini harus bersepakat menyirami bekas darah sampai hilang tak ada noda.
Hana melihat pohon apel membuanya ingin mencicipi apel itu satu saja. Hana mengambil pistol —yang ia sembunyikan dibalik jaket jeansnya dan menembak tangkai apel besar yang diincar oleh Hana. Apel itu jatuh dan Hana menangkapnya.
Hana duduk sambil menyender di pohon tersebut. Tak disadari oleh Hana, bahwa terdapat orang di hutan ini —yang sedang melihati Hana sedaritadi.
Srek!
Hana menghentikan aktivitas menikmati apelnya. Dahi Hana mengerut dan menoleh ke balik pohon apel yang disenderinya tadi. Yang benar saja, ada seorang pria menodongkan pistol kepada Hana.
Dor! Untung saja Hana langsung sembunyi dibalik pohon apel itu. Sial! Mengapa Hana tak menyadari bahwa ada orang asing disekitar sini. Hana harus segera pergi dari tempat ini. Hana berlari sambil menembak orang tadi.
Dor! Dor! Dor! Dor! Mereka beradu tembak. Hani segera menaiki sepeda motornya dan pergi dari tempat ini. Pria itu melihat Hana pergi, ia tak mau kalah dan ikut menaiki motor besarnya —mengejar Hana.
Dor! Dor! Dor! Pria itu menembak Hana namun untuknya Hana bisa menghindari perulu itu dengan menundukkan badannya. Hana menambah gas motornya dan pria yang mengejar Hana itu ikut mempercepat motornya. Hana melihat pria itu lewat kaca motornya. Hana menghadap belakang sebentar untuk menembak pria sialan itu.
Dor! Dor! Dor! Dor! Hana kembali menyetir motornya yang hampir karena tadi hanya tangan kirinya saja yang menyetir saat Hani menembak. Sial! Pria itu juga hebat dalam menghindar. Kebetulan Hana melewati rumah Hoseok dan ada Hoseok yang baru masuk ke pagar rumahnya. Ini kesempatan! Hana menambah gas motornya dan masuk kedalam rumah Hoseok.
Pria itu masih mengikuti Hana tapi sayangnya pintu gerbang rumah yang Hana masuki itu sudah tertutup. Pria itu mengerem motornya dadakan hingga menimbulkan suara decitan yang menulikan telinga siapapun didekat sana.
“Sial! Aku lambat!” umpat pria itu menepuk motornya.
***
“Wow, wow!” Hosok terkaget saat mengetahui ternyata ada Hana yang ikut masuk kerumahnya. “Kau tumben kemari? Sudah berani keluar dari rumah?” tanya Hoseok.
“Sayang, tolong beri aku minuman” pinta Hana turun dari motonya dengan nafas yang tersenggal-senggal. Ini baru pertama kalinya bagi Hana tembak-menembak sambil menyetir motor. Dan juga pertama kali bagi Hana yang menggunakan alat tembaknya untuk menembak penjahat.
Dulunya Hana tidak dan tak tertarik untuk bisa menembak. Ayahnya memaksa Hana untuk belajar menembak saat hana baru berumur lima belas tahun. Dan akhirnya Hana mau , untung saja Hana sudah pernah belajar menembak dengan baik. Tapi mata belum setajam penembak jitu.
Hoseok menaiki lift bersama Hani untuk menuju rumah Hoseok. Ya, jika ingin kerumah Hoseok masih harus keatas lagi. Rumah jaman sekarang kebanyakan berada diatas hingga harus naik lift dulu. Canggih bukan?
Hana gerah dan melepas jaketnya hingga Hana hanya mengenakan tangtop coklat. Hosoek memberikan sekaleng minuman bersoda pada Hana. Hana segera meneguk minuman itu. Aksi tadi benar-benar membuat tenggorokan Hana kering. Hoseok sedaritadi melihat Hana meneguk minuman itu dengan cepat. Mengikuti juga setetes minuman yang mengalirbeberapa tetes air lolos dari mulut Hana hingga mengalirlah tetesan itu ke dagu Hana sampai melewati leher putih Hana. Bodohnya Hoseok yang terlalu mengamati Hana sampai ke tetesan air yang mengalir itu dan lebih parahnya Hoseok menganggap itu sangat sexy.
Hoseok membuang kaleng sedang diminum Hana lalu mengecup bibir merah Hana. Hoseok melumat bibir Hana yang bisa dibilang manis. Tentu saja Hoseok tak tahan hanya dengan melihat Hana mempesona sedikit. Hana tentu saja kaget dengan apa yang Hoseok lakukan. Hana ikut memejamkan matanya dan membalas ciuman Hoseok.
Merasakan Hana membalas ciumannya, Hoseok menekan kepala Hana agar ciuman mereka semakin dalam. Hana merasakan ciuman Hoseok semakin kasar membuat Hana kewalahan. Dirasakannya tangan Hoseok mulai bergerak mengelus punggungnya. Tidak, ini sudah kelewat batas. Hana menghentikannya. Ia tak mau terjadi hal yang tak diinginkan.
“Mianhae, Hana” ucap Hoseok.
“Ugh! Aku ingin didepan kipas angin” Hana segera pergi mencari kipas angin untuk pergi dan yang terutama untuk tidak terjerumus masuk ke dalam kecanggungan.
***
Osaka, 3000. 22.53 JST
Kedua pria yang kini sedang berada di bandara. Mereka telah mengunjungi beberapa Negara namun tak kunjung menemui Hana —yang dicari-cari oleh tuan mereka. Tak jauh dari sana seorang gadis berjalan mendekati mereka sambil menarik penutup geser pistolnya. Tiba-tiba gadis menempelkan pistolnya pada belakang kepala salah satu diantara mereka.
“Kenapa tak menjemputku, Seokjin?” tanya gadis itu. Pria yang dipanggil Seokjin itu tersenyum misterius. Dengan gerakan cepat Seokjin memegang tangan gadis itu —membalikkan badan gadis itu. Tangan Seokjin menempelkan pistol ke kepala gadis itu —yang masih ditangan gadis itu. Pistol itu kini mengarah ke gadis itu!!
“Kau tak bisa membodohiku, Kyungri. Aku tahu betul suaramu” ucap Seokjin dan melepaskan gadis yang bernama Kyungri.
“Sial! Seharusnya aku memberatkan suaraku tadi” sahut Kyungri kesal. “Aku gabung bersama kalian lagi, ketua memmintanya”
“Baguslah, gadis penembak jitu ditugaskan gabung dengan kita lagi” ucap pria bermata sipit —Min Yoon Gi.
“ Shin Ha Na, ya? Aku ingin lihat profilenya” pinta Kyungri dan Seojin memberikan sebuah tablet. Disana terdapat profile semua target organisasi mereka. Kyungri menyipitkan matanya saat membaca profile target mereka. “Kalian sudah mencari ke Korea?”
“Kami sudah membeli tiket ke Negara China” jawab Seokjin.
“Bodoh! Gadis ini keturunan Amerika-Korea Selatan!! Mau kemana lagi dia selain Negara Korea Selatan?! Batalkan tiket itu!” marah Kyungri.
“Oh ya?” tanya Seokjin.
“Apa kalian tak pernah membaca profile gadis ini?” tanya Kyungri.
“Hehehe, maaf. Kami malas untuk membaca profile gadis itu” jawab Yoongi jujur.
“KALIAN MASIH SAJA BODOH!!” marah Kyungri meninju Suga dan juga Seokjin.
To Be Countinued