CHAPTER 1 : Chagun-Chagun
*Author POV*
Terlihat seorang gadis cantik dengan piyamah kebesaran beberapa kali menguap sambil mengucek matanya ketika sang mentari mulai membagi sinar melalui celah jendela kamarnya. Sesekali gadis itu mendecak kesal mendengar teriakan-teriakan dari bawah. Dengan segera ia turun untuk menemui orang tuanya.
“Aigoo.. Anak gadis eomma mukanya kusut sekali eoh? Apa mimpimu buruk semalam?”
Gadis itu hanya diam tak menanggapi pertanyaan ibunya. Ia lebih sibuk memandangi makanan yang telah menyita perhatiannya pagi itu.
“Haish.. Sebaiknya sebelum kau turun coba perhatikan dulu penampilanmu, chagi-ya. Kau seperti bukan seorang gadis saja,” goda ayahnya.
Mendengar sang ayah menyindirnya, ia hanya mencibir dan mempoutkan bibirnya kesal lalu mulai menyantap nasi goreng favorit buatan ibunya yang sudah sangat jarang ia nikmati karena selama ini yang memasak dirumah hanyalah bibi Go. Ngomong-ngomong bibi Go itu adalah orang yang bekerja dirumah mereka sejak gadis itu masih kecil. Bahkan mereka sudah menganggap bibi Go seperti keluarga mereka sendiri.
“Eomma, tumben sekali memasak. Dimana bibi Go?” gadis itu mulai membuka suara setelah 10 menit tak ada yang berbicara. Sang ibu sekilas melihat ke arah suaminya –Shin Jae Min- seakan berkata ‘bicaralah padanya’ yang ditoleh malah acuh-tak acuh. Cih, menyebalkan sekali!
“Oh, itu.. Itu.. Bibi Go pulang ke rumahnya, chagi-ya. Ia mendapat kabar bahwa anak perempuannya sedang sakit. Jadi ia meminta izin cuti sementara sampai anaknya pulih kembali.”
Gadis itu lagi-lagi hanya diam dan mengangguk menanggapi jawaban dari ibunya. Ia kembali menyantap makanan kesukaannya itu.
“Eum begini chagi-ya, sore nanti appa dan eomma akan pergi selama 2 bulan ke Jepang untuk mengurus bisnis pakaian kita. Selama itu pergilah menyusul oppa mu ke China kalau kau mau atau kau bisa pergi ke rumah bibi Go,” sang ayah menatapnya berharap sang anak mengerti.
Gadis itu hanya diam dan menatap orang tuanya dengan tatapan yang sulit artikan. Tak lama kemudian ia berdiri, “bagaimana bisa kalian seperti ini? Aku berharap untuk liburan semesterku kali ini kita bisa menjenguk oppa disana. Aku sangat ingin menikmati waktu liburanku bersama kalian tapi yang kalian lakukan hanyalah melakukan perjalanan bisnis kesana-kemari. Meninggalkan aku sendirian. Sungguh aku merasa iri dengan teman-temanku yang bisa menghabiskan waktu dengan bercanda gurau bersama keluarga. Sedangkan aku? Aku.. Aku hanya kesepian dirumah sebesar ini. Terkadang aku ingin kembali ke masa kecil dimana aku bisa merasakan kasih sayang kalian setiap hari. Pergi jalan-jalan tiap akhir pekan dan pergi ke sekolah dengan oppa dengan senyum mengembang di wajahku. Kalian.. Kalian.. Aku membenci kalian,” gadis itu mengusap matanya kasar berusaha agar cairan bening itu tidak keluar dan hanya sembunyi dibalik mata sipitnya, ia lalu berlari menuju kamar –ruang pribadi favoritnya-. Ibunya –Jung Ae Ree- hanya tertunduk merasa bersalah disamping sang suami yang menepuk pundaknya untuk menenangkan dan berkata ‘semua ini akan baik-baik saja.’
05:20 PM
Gadis itu turun untuk mengantar orang tuanya yang akan pergi ke Jepang. Dengan mata yang sembab ia memeluk sang ibu seraya meminta maaf.
“Maafkan eomma dan appa ne?” ibunya membalas pelukan sang anak sambil mengelus pucak kepalanya. Gadis itu menggeleng dan memeluk ibunya semakin erat.
“Anniyo, aku yang salah eomma. Hiks. Aku yang terlalu emosi tadi. Selama liburan aku akan tinggal di tempat bibi Go. Hiks. Maaf karena aku tak bisa mengantar kalian ke bandara. Kasih tau aku jika kalian sudah sampai di Jepang.” Gadis itu mencoba tersenyum ditengah sesenggukannya.
“Geurae, appa do eomma akan berangkat sekarang. Hati-hati ne uri adeul,” sang ayah mencium dan memeluk anak perempuannya itu disusul sang ibu yang tersenyum kearahnya.
Sementara itu…
Seorang laki-laki bersenandung kecil sambil sesekali menendang batu yang ada dihadapannya. Kalian tahu kenapa? Ya, dia dalam mood yang sedang sangat baik setelah mendapat ramalan bahwa tak lama lagi akan datang seorang gadis cantik yang kata peramal wanita tadi adalah temannya. Dalam artian, akan menjadi teman hidupnya.
“Ah benarkah kata peramal itu tadi? Tak lama lagi gadisku akan datang. Woaaah, betapa senangnya aku kekeke ketika ia datang nanti aku akan segera melamarnya dan kami menikah kekeke sayangnya peramal itu tak memberikan inisial gadis itu,” sekilas ia melihat jam tangannya “oh, aku harus segera pulang ke rumah.”
*Di lain tempat
“Ah kenapa mataku sembab seperti ini? Aish pabbo jinjja neomu pabboya Shin Yeon Rin!” gadis itu terus menerus merutuki dirinya sendiri. Yups! Shin Yeon Rin seorang mahasiswi kedokteran tingkat akhir di SNU yang sifatnya terlalu kekanakan atau bahkan bisa sangat cuek dengan keadaan sekitarnya. Walaupun seperti itu, ia tetap memiliki banyak teman. Bukan karena paras cantik ataupun anak dari pengusaha pakaian terbesar di negeri itu melainkan otaknya yang cerdas dan tanggap dalam melakukan sesuatu.
Sudah banyak laki-laki yang mencoba mendekatinya namun tak ada yang berhasil. Shin Yeon Rin, gadis yang terkadang ceroboh. Gadis yang bisa sedingin es. Gadis yang bisa meluluhkan hati kaum adam hanya dengan senyum simpulnya. Gadis yang aaaaaah terlalu sempurna menurut author *abaikan* heol, bukankah kita terlalu lama membahas gadis ini?
*Donghae POV*
Ku hempaskan tubuhku diatas ranjang king size ini mencoba untuk tidur tapi bagaimana? Sudah larut malam tapi mataku tak mau terpejam. Apa aku terlalu memikirkannya? Memikirkan gadisku yang akan segera datang? Akankah ia sama seperti harapanku selama ini? Ah membayangkannya saja sungguh membuatku bahagia kekeke~ lalu ku coba memejamkan mata memasuki alam mimpi siapa tahu saat pagi hari nanti gadisku telah datang dirumahku.
08:00 AM
Aku melirik jam beker di nakasku yang sudah menunjukkan pukul delapan. Eoh, kenapa eomma tak membangunkanku? Ck! Pantas saja, ini kan hari minggu. Jeongmal pabboya Lee Donghae kekeke~ aku menepuk kepalaku sendiri. Lalu aku turun kebawah mencari sosok malaikatku itu.
“…………………………………”
“Gwaenchanayo ahjumma, kapan penggantimu akan kesini?”
“………………………”
“Nde ahjumma, semoga urusannya cepat selesai.”
“……………”
“Nde, annyeong ahjumma.”
Aku menghampiri eommaku lalu duduk disampingnya.
“Eomma, waeyo?”
“Eoh, kau sudah bangun? Eomma kira kau masih di alam mimpimu, Hae-ya,” lihatlah, aku bertanya apa yang sedang terjadi dan eomma mengejekku.
“Aish, jangan mengejekku seperti itu eomma. Kerjaanku bukan hanya tidur, eoh?” eomma hanya terkikik mendengar alasanku. Menyebalkan!
“Anniyo Hae-ya, eomma hanya bercanda. Keugae, eomma barusan dikasih tau bibi Kim kalau penggantinya akan datang hari ini sampai bibi Kim kembali.” Bibi Kim? Ah, aku baru ingat kalau bibi Kim pulang ke desanya 2 hari yang lalu. Lantas aku hanya mengangguk mendengar penjelasan eomma.
“Aigoo.. Anak eomma bau sekali. Cah, pergi mandi lalu sarapan eoh?” aku tersenyum lalu pergi ke kamar.
*Author POV*
Semilir angin musim semi berhembus pelan menerpa lembut wajah gadis itu. Rambutnya dibiarkan tergerai dan berterbangan karena terpaan angin, membuat beberapa helai rambutnya menutupi paras cantik gadis itu. Ia mengedarkan pandangannya sambil melihat alamat pada secarik kertas ditangannya.
Sesekali ia mengeratkan jaket sambil menggesek-gesekkan kedua telapak tangannya mengingat angin musim semi sangatlah dingin. Gadis itu melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya, ‘sudah jam sembilan tapi kenapa masih sedingin ini? Aish, benar-benar menyebalkan! Seandainya oppa ada dirumah, aku tak perlu ke rumah bibi Go dan hanya tidur lalu menikmati camilan didepan TV!’ gadis itu terus menggerutu disepanjang jalan dan beberapa kali menghentakkan kaki menunjukkan kekesalannya.
Tetesan-tetesan air itu terasa mengenai wajahnya sehingga membuat langkahnya terhenti dan menengok ke atas. Kian lama tetesan air itu kian banyak dan ia sadar kalau hujan sudah turun dengan sangat deras. Buru-buru ia mencari tempat berteduh. Beruntung tak jauh dari situ ada rumah besar dan kebetulan gerbangnya terbuka.
*Yeon Rin POV*
Hujan turun dengan sangat derasnya membuatku harus mencari tempat berteduh sampai hujannya berhenti. Sungguh sial! Ada apa denganku? Bagaimana aku bisa begitu sial hari ini?! gerutuku sampai aku memasuki sebuah rumah yang cukup mewah didaerah ini. Aku membungkuk saat mendengar pintu terbuka.
“Ahjumma, aku—“
“Akhirnya kau datang juga, nak. Siapa namamu? Kau pembantu sementara pengganti bibi Kim, kan?” wanita itu tersenyum ramah.
Aku menganga, tidak maksudku aku terkejut. Aku? Pembantu pengganti sementara? Bibi Kim? Apa maksudnya? Ah, wanita ini benar-benar salah paham, “Shin Yeon Rin imnida tapi maaf nyonya, ku rasa—“
“Ayo masuk Yeon Rin-ah, akan ku perkenalkan pada anakku,” wanita masih tersenyum dan mengajakku masuk ke rumahnya. “Hae-ya, kesini sebentar. Yeon Rin-ah ini pengganti sementara bibi Kim. Kau berbuat baiklah padanya nde karena eomma rasa dia lebih muda darimu.”
Astaga, aku harus bagaimana? Wanita ini sudah terlanjur menganggapku sebagai pembantu. Dan coba lihat, lelaki itu menatapku dengan pandangan tak suka. Tuhan tolonglah aku, apa aku harus bertindak sebagai pembantu? Aku sudah bilang pada eomma dan appa bahwa aku akan liburan dirumah bibi Go. Mereka pasti khawatir jika bibi Go bilang aku tak ada disana. Aku pasti—
“Annyeong, aku Lee Donghae. Senang melihatmu Yeon Rin-ssi,” tatapan tajamnya serasa ingin membunuhku. “Ah ne Donghae-ssi, senang bertemu denganmu.” Aku tersenyum padanya dan ia semakin terlihat ingin membunuhku. Tuhan, aku mohon pindahkan aku dari sini sekarang! “Yeon Rin-ah, beristirahatlah hari ini. Kau bisa mulai bekerja esok hari. Ah iya, itu kamarmu,” aku hanya membungkuk sebagai rasa terima kasihku dan berlalu menuju kamar itu.
*Donghae POV*
Aku terkejut saat eomma masuk membawa seorang gadis cantik. Ya, dia benar-benar sangat cantik. Namun, saat aku mendekatinya entahlah rasanya seperti ada yang ia sembunyikan dari kami. Aku semakin curiga melihat tingkahnya yang kaku itu. Maksudku, seperti bukan tingkah seorang pembantu.
“Hae-ya, kesini sebentar. Yeon Rin-ah ini pengganti sementara bibi Kim. Kau berbuat baiklah padanya nde karena eomma rasa dia lebih muda darimu.” Eomma menyuruhku mendekat. Lalu aku memperkenalkan diri.
“Annyeong, aku Lee Donghae. Senang melihatmu Yeon Rin-ssi,” aku hanya menatapnya tanpa ekspresi tapi matanya seperti takut melihatku. Oh ayolah, aku hanya tak memberinya ekspresi dan dia melihatku seakan aku ingin membunuhnya. “Ah nde Donghae-ssi, senang bertemu denganmu.” Lagi-lagi aku hanya tanpa ekspresi. “Yeon Rin-ah, beristirahatlah hari ini. Kau bisa mulai bekerja esok hari. Ah iya, itu kamarmu,” gadis itu membungkuk dan berlalu pergi.
“Eomma, gadis itu seperti menyembunyikan sesuatu dari kita,” buru-buru aku mendekati eomma ku. Eomma hanya terkekeh kecil “Apa maksud perkataanmu, Hae-ya? Kenapa kau seperti ini? Kau menyukainya?” aku melongo, aku menyukai gadis itu? Tak mungkin, ini tak akan terjadi. “Hal itu tak akan terjadi, eomma,” aku melengos meninggalkan eomma yang masih saja menertawaiku.
*Author POV*
Seorang gadis tengah berbaring di atas ranjangnya, kedua bola matanya fokus menatap layar ponsel yang sejak tadi di genggam tangannya. Jari-jarinya menari lincah membalas sms dari sang ibu. Ia menghela nafas sejenak sebelum kembali membuat jari-jarinya menari lincah, “mianhae eomma do appa, aku membohongi kalian,” gumamnya.
Gadis itu terdiam ditempatnya, tatapannya nampak menerawang sekarang seolah ada sesuatu yang menganggu pikirannya saat ini.
Drrt.. Drrt.. Drrt..
Gadis itu segera menoleh ke arah ponselnya yang bergetar kuat. ‘Eoh, bibi Go?’ batin gadis itu. Dengan segera ia menggeser tombol hijau dilayar ponselnya.
“Annyeonghaseyo bibi Go.”
“………………………..”
“Begini bibi, aku sudah sampai di Gwangju tadi pagi dan aku bertemu teman lamaku jadi aku menginap disini untuk beberapa hari. Maafkan aku.”
“………………………”
“Nde, eomma do appa belum tahu tentang ini. Ku mohon rahasiakan dari mereka, aku tak ingin membuat mereka khawatir.”
“………………………….”
“Arraseo, aku bisa menjaga diriku, bibi jangan khawatir.”
“………………………….”
“Nde bibi, kamsahamnida.”
Setelah menutup panggilan itu, gadis itu hanya menghela nafas panjang, ‘Apa aku akan menghabiskan liburan semesterku dengan menjadi seorang pembantu?’
***
04:00 PM *Donghae POV*
Aku pergi ke dapur mengambil beberapa camilan dan tak sengaja ekor mataku menangkap sosok gadis itu.
“Siapa kau sebenarnya, Yeon Rin-ssi?” tanyaku sambil menenggak susu strawberry.
“Ah Donghae-ssi, aku.. Aku.. Sebenarnya aku..” jujur, aku merasa ada sesuatu yang aneh padanya.
Aku berjalan ke arahnya, “Siapa kau sebenarnya?”
“Aku.. Sebenarnya itu.. Aku..”
“Hae-ya!! Ayo kesini, sepupumu Cho Yung Moon baru datang,” aku kembali menatap gadis itu sebelum berlalu pergi dan ia hanya tersenyum kikuk.
Dan lagi, sekali lagi rumahku kedatangan seorang gadis. Harus berapa banyak lagi gadis yang akan tinggal disini?
“Annyeong, Donghae oppa. Uri maneyo, nde?” cih, sok akrab sekali denganku. Jangan harap aku berbuat baik padamu seperti yang eomma lakukan.
“Nde Yung Moon-ssi,” jawabku sekenanya.
Aku hanya bersikap acuh saat eomma mendelik tajam padaku. Bukankah eomma tahu selama ini aku tak pernah dekat dengan seorang gadis pun. Menyebalkan sekali!
“Yung Moon-ah, dirumah ini juga ada seorang gadis namanya Shin Yeon Rin.”
“Jinjjayo ahjumma? Apa dia kekasihnya Donghae oppa?”
“Apa pedulimu?” sungutku.
“Anniyo, dia hanya pembantu sementara disini. Kau tahu, bibi Kim pulang ke rumahnya karena ada urusan keluarga.”
“Ah begitu,” aish! Benar-benar membosankan disini “aku permisi eomma, Yung Moon-ssi.”
“Ahjumma, kenapa Donghae oppa seperti tak suka melihatku?”
“Hae-ya memang seperti itu, kau harus bisa memaklumi sikapnya ne?”
“Nde ahjumma, algesseumnida.”
Samar-samar aku masih mendengar pembicaraan mereka. Cih, gadis itu pandai sekali mengambil muka.
***
*Yeon Rin POV*
Sudah satu minggu aku tinggal dirumah ini. Ya, dirumah milik pasangan Lee Jun Ah-Han Mi Young. Melihat perhatian yang diberikan Nyonya Lee pada anak lelakinya itu membuat aku merindukan keluargaku. Entahlah, aku seperti iri dengan kehidupan orang lain. Betapa sedihnya aku, terlahir di keluarga kaya ternyata tak membuatku bahagia. Aku heran kenapa banyak orang yang ingin menjadi kaya raya dengan meninggalkan keluarga. Bukankah lebih enak hidup sederhana dengan keluarga berada disisi kita? Bodoh sekali kau, Shin Yeon Rin! Meratapi kehidupan yang telah kau jalani selama ini. Jinjja pabboya!
“Yeon Rin-ah! Dimana kau, nak?” teriakan Nyonya Lee membuyarkan lamunanku. Aku ingat disini ada wanita yang menganggap aku seperti anaknya sendiri.
“Nde Nyonya, ada apa?” tanyaku setelah disampingnya.
“Aku akan berangkat ke Jepang selama 5 hari, jadi jagalah rumah dengan baik. Beritahu aku jika Hae-ya atau Yung Moon-ah berbuat sesuatu yang aneh nde. Jaga dirimu.”
Aku mengangguk “Nde Nyonya Lee, akan ku lakukan,” wanita itu tersenyum “Hati-hati Nyonya Lee, kami akan merindukanmu,” ocehan ku membuatnya terkekeh lantas aku tersenyum “Arraseo, annyeong.”
Aku hanya menatap punggung ibu sementaraku itu sampai menghilang dibalik mobil. Tunggu, apa? Ibu sementara? Aku harus memperhatikan dua orang aneh itu? Lee Donghae? Cho Yung Moon? Astaga, aku bisa gila disini.
*Author POV*
Semburat senja menghiasi langit Gwangju sore hari itu. Seorang gadis cantik tengah bersenandung sambil menyirami tanaman dipekarangan rumahnya –rumah majikannya-. Tak jauh, didalam mobil seorang laki-laki yang terus memandanginya. “Dia sangat cantik,” namun seakan tersadar lelaki itu memukuli kepalanya beberapa kali, “anni, aku tak boleh menyukai gadis manapun sampai gadis asliku datang” gumam lelaki itu. “Aww! Appo,” lantas laki-laki itu menoleh dan keluar dari lamborghini merahnya. Langkahnya semakin cepat sambil membawa kotak obat.
“Yeon Rin-ah, gwaenchana?”
Gadis itu menatap laki-laki didepannya, “ah Donghae-ssi, aku tak apa. Ini hanya luka bi—”
“Pabbo!” nampak guratan khawatir di wajah laki-laki itu, “walaupun kau hanya tertusuk duri ini tetaplah luka.”
“Sungguh, aku benar-benar tak apa Donghae-ssi. Perca—“ gadis itu sontak terkejut saat laki-laki didepannya menghisap darah lukanya dan memperbannya.
Kemudian laki-laki itu tersenyum dengan mata teduhnya, “ini baru selesai, lain kali lebih hati-hati Yeon Rin-ah.”
Manis sekali, gadis itu dengan ragu menatap orang didepannya lalu tersenyum lengkap dengan pipinya yang merah merona. “Gomawoyo, Donghae-ah”
Lihatlah, mereka sama-sama merunduk malu, lucu sekali. “eoh, mi-mi-mianhae,” lelaki itu tiba-tiba melepaskan genggaman tangannya. “Mianhae, aku tak bermaksud seperti itu Yeon Rin-ah,” sambung laki-laki itu sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. “Aku permisi dulu.”
Sang gadis tentu hanya merunduk malu dengan perlakuan yang diterimanya. “Awas saja kau, Shin Yeon Rin! Akan ku buat kau pergi secepatnya dari rumah ini!” seringaian muncul dibibir seorang wanita dibalik jendela.
*Donghae POV*
Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku? Mengapa aku begitu khawatir pada gadis itu tadi? Tidak, aku tak mungkin menyukai dia tapi ku akui semenjak eomma pergi sesekali aku memperhatikan gerak-geriknya. Tingkahnya lucu, senyumnya manis dan wajahnya begitu cantik. Benarkah aku sedang? Tidak! Astaga Lee Donghae, apa yang kau pikirkan? Berhenti membayangkan gadis itu!
***
*Author POV*
Cuaca yang sangat dingin tak ayal membuatnya hanya bergelung dengan selimut hangat atau duduk didekat tungku perapian sekedar untuk menghangatkan diri. Laki-laki itu lebih fokus mendengar atau lebih tepatnya menguping pembicaraan seseorang didapur.
“Annyeong, Park Ha Joon?”
“……………………….”
“Nde, ini aku kekasihmu kekeke~”
“……………………………..”
“Kau tahu rencanaku, bukan? Ya, aku akan mengambil uang ku lalu menaruhnya di tas pembantu tak berguna itu sehingga ia akan diusir dari rumah ini kemudian kita berpesta”
“…………………….”
“Entahlah, aku tak tahu kapan akan melakukannya. Donghae oppa? Aku tak suka padanya. Cih, dia sombong sekali. Jika aku sudah tak punya hati, sudah dari dulu aku memanfaatkan laki-laki itu.”
“………………………………….”
“Kau tenang saja. Aku selalu mencintaimu, Ha Joon-ah”
“………………..”
“Nde, nado.”
*Donghae POV*
Siapa yang diajaknya bicara? “Annyeong, Park Ha Joon?” Park Ha Joon? Siapa orang itu?
“Nde, ini aku kekasihmu kekeke~” menggelikan! Dasar gadis barbar gerutuku.
“Kau tahu rencanaku, bukan? Ya, aku akan mengambil uang ku lalu menaruhnya di tas pembantu tak berguna itu sehingga ia akan diusir dari rumah ini kemudian kita berpesta.” Maksudnya Yeon Rin-ah? Apa yang sedang dipikirkan gadis licik ini?
“Entahlah, aku tak tahu kapan akan melakukannya. Donghae oppa? Aku tak suka padanya. Cih, dia sombong sekali. Jika aku sudah tak punya hati, sudah dari dulu aku memanfaatkan laki-laki itu.” Benar-benar gadis tak tahu diri. Sudah beruntung diterima baik disini dan kau memiliki rencana sejahat itu?
“Kau tenang saja. Aku selalu mencintaimu, Ha Joon-ah.” Cih, benar-benar menjijikkan. Dia pikir secantik apa dia?
“Nde, nado.” Awas saja jika kau masih berani melakukan itu gadis tak tahu diri. Akan ku buat kau yang meninggalkan rumah ini, bukan---
“Apa yang sedang anda lakukan, Donghae-ssi?” astaga gadis ini mengejutkan ku, seperti hantu saja muncul tiba-tiba.
“Kau! Diam saja disini!” sergahku. Aku menoleh ke arah dapur memastikan gadis licik itu sudah pergi. Tak sadar aku menarik tangannya dan membuatnya terdorong ke arah dinding.
Astaga, pose ini?! “Oh-ah-eh, mi-mi-mianhae.”
Gadis itu tertunduk, “gwaenchana, Donghae-ssi.”
“Ah, ku pikir kau tak harus memanggilku dengan embel-embel ‘ssi’ lagi.” Ucapku sambil menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal.
“Nde Donghae-ah. Kalau begitu aku permisi.”
Ku lihat punggungnya yang mulai menjauh, “eh tunggu, kau berhati-hatilah.”
“Aku? kenapa?”
“Anni, beritahu aku jika terjadi sesuatu.”
“Ah nde, Donghae-ah.”
Yak Lee Donghae! Bagaimana bisa kau gugup seperti itu didepan seorang gadis! Dan apa? Menghubungimu? Kalian sama sekali belum bertukar nomor telepon! Bodoh sekali!
*Yeon Rin POV*
Kenapa aku merasa malu berhadapan dengannya seperti tadi? Aku tak mungkin menyukainya. Ku mohon, jangan jatuh hati padanya, Shin Yeon Rin!
***
*Author POV*
Rumah itu tampak sepi tak berpenghuni mengingat sang empu baru pulang sore nanti dari Jepang dan si anak empu rumah berangkat kerja sejak fajar menyingsing. Hanya dua orang gadis menghuni rumah mewah itu. Salah satu gadis sibuk membersihkan pekarangan rumah dan gadis yang lain sedang melaksanakan rencana jahatnya. Sebut saja Cho Yung Moon, gadis itu mengendap masuk ke kamar Shin Yeon Rin dan sengaja menaruh beberapa uangnya didalam tas gadis itu.
“Rin-ssi! Uangku hilang! Tolong aku!” teriakan gadis licik itu sontak membuat Shin Yeon Rin menghentikan pekerjaannya. Dengan terburu-buru ia masuk ke rumah menemui sepupu pemilik rumah itu.
“Uangmu hilang? Dimana terakhir kali kau menaruhnya?” kasihan sekali, seekor rusa kecil telah masuk ke kandang singa. Sadarlah Shin Yeon Rin, gadis licik itu menipumu!
“Entahlah, aku tak tahu. Bantu aku mencarinya sampai ketemu!”
“Nde, Yung Moon-ssi.”
Seringaian kembali muncul dibibir gadis licik itu. “Rin-ssi, ku pikir kita harus ke kamarmu. Biasanya jika barang majikan hilang, tak lain yang mencuri adalah pembantunya sendiri.”
“Kamarku? Memangnya kenapa? Aku tak pernah mencuri apapun.”
“Kau menolak? Aku semakin mencurigaimu, Rin-ssi.”
“Tidak! Periksa saja kamarku.”
Kau belum menyadarinya Shin Yeon Rin?! Astaga, bodoh sekali!
“Dasar pencuri! Lihat, ini semua uangku! Kau mencurinya, kau gadis tak tahu diri!”
“Tidak! Aku tak tahu uangmu ada disana, Yung Moon-ssi. Aku tak pernah mencuri apapun.”
“Pembual, dengan semua ini haruskah aku masih mempercayaimu? Aku tahu kau gadis miskin yang berpura-pura menjadi pembantu agar bisa mendapat uang lebih banyakkan?”
“Apa katamu? Aku tak membutuhkan uang dari kalian! Asal kau tahu, sebenarnya aku.. Aku.. Aku adalah an—“
“Aku tak perlu alasanmu, semua sudah jelas! Sekarang pergi dari rumah ini, dasar gadis pencuri tak tahu diri!”
*Yeon Rin POV*
Aku membenci gadis itu! Benar-benar membencinya! Bisa-bisanya dia mengatakan aku pencuri! Aku sama sekali tak membutuhkan uang darinya! Cih, mengatai aku sembarangan! Dia pikir siapa dia? Anak presiden? Anak perdana menteri? Ah bodoh! Aku tak perlu memikirkan gadis itu! Sekarang aku harus mencari dimana rumah bibi Go.
*Author POV*
Gadis itu terus menggerutu sepanjang jalan. Tak peduli orang menatapnya dengan pandangan aneh. Jari-jarinya sibuk menari lincah dilayar ponsel canggih keluaran terbaru. Sesekali ia melirik tajam orang yang membicarakannya. “Eoh, bukankah itu Lee Donghae?” batin gadis itu.
TIINNN TINNN
“Omo!” langkah gadis itu setengah berlari mengingat nyawa seorang laki-laki berada dalam bahaya. Dengan cepat gadis itu mendekap tubuh si laki-laki dan membuat mereka terjatuh di rerumputan pinggir jalan.
“Gg-gg-gwaenchana?”
“Pabbo! Seharusnya aku yang—“ gadis itu terkejut dengan posisi mereka yang –ehem- “Oh-ah mi-mianhae Donghae-ah. Aku tak apa, kau bagaimana?”
Gadis itu membungkuk dengan perbuatan yang tak disengajanya tadi, “Nan gwaenchana, Yeon Rin-ah. Gomawoyo.”
“Syukurlah kau tak apa, Donghae-ah,” batinnya. “Nde, kalau begitu aku permisi.”
Lee Donghae tampak bingung dengan reaksi gadisnya. Tunggu dulu, gadisnya? Wohoo, kalian ingat? Semenjak kejadian dipekarangan rumah waktu itu, Donghae telah mengklaim Shin Yeon Rin sebagai gadisnya.
“Kau mau kemana?”
Gadis itu terdiam ditempatnya. Kali ini Donghae memberanikan diri menggenggam pergelangan gadis dihadapannya. “Kau mau kemana, Yeon Rin-ah.”
“Bukan urusanmu!” bentak gadis itu. Merasa ada yang tidak beres, Donghae kembali menggenggam erat pergelangan tangannya.
Gadis itu membalikkan badan, menatap Donghae. “Lepaskan aku, ku mohon.” Cairan bening itu berhasil lolos dari mata sipitnya. “Aku harus pergi, Donghae-ah. Ku mohon lepaskan aku.”
Perlahan Donghae melepaskan genggamannya, menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh pergi. Astaga Lee Donghae, kau bodoh sekali! Seharusnya kau—“Aku harus mengikuti kemana dia pergi.” Bagus sekali Lee Donghae, author mendukungmu *abaikan*
*Yeon Rin POV*
Rumah ini? Benarkah ini rumah bibi Go?
TING TONG
“Nde, nuguse—“
“Annyeong, bibi Go,” aku membungkuk lalu tersenyum padanya.
Bibi Go tiba-tiba memelukku. Erat. “Yeon Rin-ah, gwaenchana? Ayo masuk, bibi akan buatkan susu hangat dulu.”
“Ah nde bibi Go, maaf merepotkan.”
“Eonni! Yeon Rin eonni!”
Anak ini, “kau? Sung Moon? Go Sung Moon?”
“Nde eonni, aku Sung Moon. Adik kecilmu,” aku terkekeh. “Arrayo Sung Moon-ah, kau sudah sehat? Dimana eonnimu?
“Eoh, Sung Joon eonni sudah pergi bekerja. Nanti sore baru pulang.”
Aku mengangguk, “ah begitu ternyata.” “Nde eonni, eonni akan lama kan disini?”
“Ah itu eonni—“
“Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya serius sekali,” aku tersenyum kecil. Keluarga ini harmonis sekali, seandainya keluargaku bisa seperti ini.
“Anniyo eomma, aku hanya meminta Yeon Rin eonni agar lebih lama tinggal disini. Begitu kan, eonni?” Lagi-lagi aku hanya terseyum kecil menanggapi celotehan adik kecilku.
“Eum, sebenarnya ada yang ingin ku ceritakan padamu, bibi Go.”
“Ceritakanlah sayang, bibi akan mendengarnya.” Aku menangis dipelukan bibi Go, menceritakan apa yang terjadi selama beberapa hari yang lalu.
“Astaga, jadi selama ini kau? Kenapa baru sekarang bercerita pada bibi?”
“Mianhaeyo bibi Go, aku memang salah.”
“Ah gwaenchana, jadi sekarang bagaimana?”
“Aku mau pulang ke rumah, sebentar lagi aku harus masuk kuliah. Ku mohon, jangan ceritakan ini pada eomma dan appa.”
“Arraseo Yeon Rin-ah,” aku memeluk bibi, “terima kasih bibi Go.”
“Eonni akan pulang sekarang? Bagaimana jika eonni pulang nanti saja? Kita bisa bermain bersama, eonni.”
“Mianhae Sung Moon-ah, lain kali eonni pasti kesini. Eonni janji.”
“Yagsog eonni?”
“Ne, Sung Moon-ah. Kalau begitu aku pulang bibi Go, Sung Moon-ah. Titip salam untuk eonni mu, ne?”
“Nde, Yeon Rin eonni/hati-hati Yeon Rin-ah,” aku mengangguk.
“Maafkan aku, aku tak tahu kapan akan kesini lagi.”
*Author POV*
Seorang laki-laki nampak gusar didepan sebuah rumah. Napasnya tak teratur, berkali-kali ia mencoba memencet bel depan rumah itu. Menyandarkan kepalanya ke dinding rumah sambil mengetuk-ngetukkan sepatunya. Dibelakang laki-laki itu ada seorang anak kecil yang memegang ice cream cokelatnya.
“Ahjussi ingin masuk?”
“Bolehkah?” katanya sedikit murung.
“Tentu saja, ahjussi,” dengan segera anak itu menuntun Donghae masuk ke rumahnya.
Buru-buru anak itu memanggil eommanya di dapur, “eomma ada tamu, dia ahjussi tampan.”
Lee Donghae terkekeh mendengar teriakan anak itu.
“Annyeong ahjumma, aku Lee Donghae.”
Wanita itu mengangguk paham, “kau mencari Yeon Rin-ah?”
Donghae tersenyum kikuk, “nde ahjumma, dia tinggal disini kan?”
Wanita itu menggeleng, “kalian salah. Rumah ini pemberian keluarga Yeon Rin. Dia bukan pembantu seperti yang kalian kira.”
“Ahjussi, tau? Yeon Rin eonni itu sedang belajar di—di—di,” anak kecil tersebut tampak menerawang, “ah eonni bilang dia sekolah di SNU dan eonni akan menja—“
“Sung Moon-ah, masuklah ke kamar dan suruh eonni mu pulang.” Sung Moon bergegas masuk ke kamarnya.
Donghae mengeryitkan dahi, “eonni?”
“Ah dia anakku, Go Sung Joon. Dia seumuran dengan Yeon Rin.”
“Nde ahjumma, kalau boleh saya tahu siapa Shin Yeon Rin sebenarnya?”
Wanita itu menghela nafas panjang, “Shin Yeon Rin, adik dari Shin Min Jong. Ayah mereka salah satu pebisnis pakaian terbesar di negara kita, kau tahu Shin Jae Min kan? Ibu mereka –Jung Ae Ree- salah satu pemilik rumah sakit swasta di Seoul. Tadi pagi dia kesini menceritakan semuanya, sepupumu itu mengira Yeon Rin mengambil uangnya. Dan kau harus tahu, aku yakin sepupumu hanya mengada-ada. Aku tahu bagaimana sifat anak itu, aku mengasuhnya sejak ia lahir di dunia ini.”
Tak sadar Donghae mengepalkan tangannya “ini pasti rencana gadis licik itu!” batinnya. “Nde ahjumma. Yeon Rin-ah, dimana dia?”
Wanita itu sedikit memicingkan matanya lalu menulis sesuatu, “dia sudah pulang, ini alamat rumahnya. Jaga Yeon Rin baik-baik, aku percaya padamu.”
Donghae tersenyum mengangguk, “gomawoyo ahjumma. Kalau begitu aku permisi.” Wanita itu membalas senyuman Donghae “kejarlah dia nak, aku tau kau mencintainya,” wanita itu membatin.
Donghae menaikkan kecepatannya, ia tak ambil pusing dengan makian orang dan terus melaju. Pikirannya tak fokus, nafasnya tak teratur. Di benaknya hanya bagaimana membuat Yeon Rin kembali disisinya. Ia membanting gagang pintu dan terus berteriak.
“Yung Moon-ssi! Keluar kau! Dasar gadis tak tahu malu!”
“Astaga, ada apa Hae-ya? Kenapa berteriak seperti itu?”
“Dia gadis tak tahu malu, eomma! Usir dia keluar dari sini! Aku membenci gadis sialan itu!”
Ibu Donghae terkejut dengan sikap Donghae yang pemarah ini, selama ini jika Donghae ada masalah ia hanya diam dan mengurung diri. Tapi ini?
“Eomma, Yeon—“ tiba-tiba seorang gadis masuk ke rumah itu. “Annyeonghase—“
“Kau! Dasar gadis tak tahu diri! Apa yang kau perbuat pada Yeon Rin, hah?!” dengan langkah cepat Donghae menghampiri gadis itu. “Kau benar-benar!” Donghae bersiap menampar gadis itu.
“Hae-ya, berhenti!” Nampak kemarahan laki-laki tak dapat ditahannya lagi. “Hae-ya, eomma bilang berhenti!” buru-buru ia menghampiri keduanya. “Sebenarnya apa yang terjadi, eoh?”
“Eomma, dia bilang kalau Yeon Rin mencuri uangnya, padahal jelas-jelas ia yang menjebak Yeon Rin dan menaruh uangnya di tas Yeon Rin. Karena dia, Yeon Rin pergi tadi pagi, eomma. Cih, kau menyedihkan sekali, Yung Moon-ssi!” sang ibu terkejut mendengar penuturan puteranya. Kini ia beralih menatap keponakannya. “Benarkah itu, Yung Moon-ah?”
“Mianhae jeongmal mianhae, ahjumma. Apa yang dikatakan Donghae oppa memang benar, aku memang menyedihkan. Ku mohon, maafkan aku.” Gadis itu bersimpuh di hadapan Donghae. “Oppa, maafkan aku. Aku akan pulang sekarang.”
“Jangan memohon seperti itu, kau tampak lebih menyedihkan, Cho Yung Moon-ssi!” Astaga, kalian dengar? Donghae menekankan embel-embel ‘ssi’ pada gadis itu. Lagi-lagi Nyonya Lee terkejut mendengar ucapan puteranya.
“Pulang besok saja, Yung Moon-ah. Ini sudah sore.”
Gadis itu menggeleng kuat, “gwaenchana ahjumma, aku akan baik-baik saja.”
“Kalau begitu antarlah sepupumu ke ban—“
“Gwaenchana ahjumma, aku bisa sendiri. Terima kasih ahjumma, Donghae oppa, aku permisi.”
“Hati-hatilah Yung Moon-ah, salamkan kami pada keluargamu ne.”
Gadis licik itu sudah pergi dan Donghae masih mondar-mandir dihadapan ibunya.
“Kau begitu mencintainya, Hae-ya?” ucap sang ibu yang membuat Donghae tertegun dan beralih menatap ibunya.
“Nde eomma, aku baru sadar kalau aku begitu mencintainya. Aku benar-benar mencintai gadis itu. Aku harus menyusulnya ke Seoul sekarang, eomma. Aku tahu dia bukan pembantu. Dia anak dari pengusaha Shin Jae Min, kita yang salah paham padanya, eomma. Ya, aku harus menyusulnya sekarang.”
Sang ibu menatap iba puteranya, “kejarlah gadis impianmu, Hae-ya. Eomma menyetujui kalian tapi berangkatlah ke Seoul besok pagi. Kau bisa menunggu sampai besok kan?”
Donghae memeluk ibunya erat, “gomawoyo eomma.”
***
*Yeon Rin POV*
Universitas ini, aku begitu merindukannya. Semua yang disini. Kenangan yang terjadi, aku akan benar-benar merindukannya.
*Author POV*
Seorang laki-laki berdiri tegak didepan lambhorgini merah miliknya, matanya menyisir ke setiap sudut universitas itu mencari dan menunggu setia gadis pujaan hatinya. Sesekali laki-laki itu melirik jam di pergelangannya, hampir sore dan gadisnya belum keluar juga. Nampak sekali guratan khawatir di wajah tampannya. Hingga ia memutuskan untuk menanyakan keberadaan gadis itu pada beberapa orang mahasiswi yang kebetulan lewat.
“Chogio, apa kalian mengenal Shin Yeon Rin?” beberapa mahasiswi itu sedikit berbisik, “kau siapa?” “kau tampan sekali, oppa” “oppa kekasih gadis es itu?” “kenapa kau mencarinya?” “oppa sudah punya kekasih?” laki-laki itu hanya tersenyum kecil menanggapi semua pertanyaan dari beberapa mahasiswi tersebut sampai salah satu dari mereka bilang bahwa gadis es itu biasanya ada di perpustakaan atau masih menyendiri di fakultas. Merasa sudah mendapat info penting itu, buru-buru ia melajukan lamborghini merahnya tak lupa mengucapkan terima kasih sebelum itu.
*Donghae POV*
Shin Yeon Rin terkenal dengan gadis es? Astaga, sedingin apa gadis itu disini? Tapi baguslah, dengan sikapnya itu pasti belum ada laki-laki yang pernah dekat dengannya, kan? Gadis itu, ternyata dia mahasiswi kedokteran tingkat akhir disini dan dia tak bercerita apapun padaku? Ck, gadis itu benar-benar… Eoh, tunggu dulu. Benarkah itu dia dengan kedua temannya? Ia cantik sekali dengan dress berwarna peach selutut itu. Aku harus segera menyapanya. Ya, secepatnya.
“Yeon Rin-ah!” ku lihat ia hanya memalingkan muka dan buru-buru pergi? Hey, apa salahku? Apa penampilanku memalukan? Dan lihat, kedua temannya hanya tersenyum dan berlalu didepanku. Gadis itu benar-benar dingin sama seperti kedua temannya tadi. Benar-benar ingin diseret paksa sepertinya.
“Yeon Rin-ah, ikut aku sekarang!”
“Aku tak mau! Siapa kau? Aku tak mengenalmu!”
“Apapun alasanmu kau harus tetap ikut denganku, Yeon Rin-ah.”
“Aku tak mau!”
“Tundukkan kepalamu sekarang!”
“Kau mau bawa aku kemana? Jangan macam-macam!”
“Tenang saja, aku tak akan pernah membahayakanmu.”
Ia tetap memberontak, haish nyaring sekali teriakan gadis ini. “Yak! Lepaskan aku! Aku tak mengenalmu!”
Wohoo, dia bilang tak mengenaliku? Awas saja kau Shin Yeon Rin, kau tak akan tahu apa yang terjadi setelah ini. Segera ku lajukan mobilku dengan cepat menuju sungai han.
At Han River
“Yak! Lepaskan aku!”
“Jangan berharap bisa pergi dari sini.”
“Apa maumu? Aku bukan pencuri seperti yang dibilang sepupumu itu!”
“Aku tahu.”
“Aku juga bukan pembantu.”
“Aku juga tahu.”
“Jadi, kenapa kau membawaku kesini?”
“Dan kenapa kau berpura-pura tak mengenaliku?
“Aku memang tak mengenalimu, laki-laki pembenci wanita!”
Astaga dia membentakku lagi, “kenapa kau berpikir aku membenci wanita? Karena sikapku saat pertama kali melihatmu? Astaga Yeon Rin-ah kau salah paham. Aku memang tak pernah begitu dekat dengan wanita karena aku berpikir wanita itu jahat karena banyak temanku yang menangis karena wanita. Dan tatapanku? Aku hanya tak berekspresi saat itu, berhentilah salah paham.”
“Apa kau bilang? Aku salah paham? Kau bisa membuatku mati ketakutan karena tatapanmu waktu itu, kau tahu? Kau seperti menganggap aku musuh lama yang paling kau benci. Sikapmu selalu dingin pada wanita. Jika kau tak membenci wanita, kenapa kau bertingkah seolah kau membenci wanita? Kenapa kau juga terkadang berlaku cuek pada sepupu perempuanmu bahkan ibumu sendiri? Lalu kenapa kau dengan mudah mempercayai perkataan temanmu? Tak semua wanita itu jahat, dan temanmu menangis karena wanita? Itu biasanya karena laki-laki yang salah. Caramu berbicara, caramu memandang itu seperti kau benar-benar membenci wanita. Aku bahkan pernah berpikir kalau kau menyukai yang sejenis denganmu.” Gadis ini benar-benar… “Astaga Donghae-ah, perilakumu bisa membuat o—“
Chuu~
“Kau ini cerewet sekali, Yeon Rin-ah.”
“Yak! Lee Donghae! Apa yang baru saja kau lakukan?” Gadisku, aku benar-benar mencintaimu.
Greppp~
“Saranghaeyo, Yeon Rin-ah.”