CHAPTER 1 : The Hardest Goodbye
"Jaga dirimu baik-baik,___... Aku akan selalu bersamamu. Jika kau ada masalah, telepon saja. Kau masih menyimpan nomorku, kan?"
Kamu menggeleng sambil menggenggam tangannya. “Kamu harus kuat, kumohon,” kamu kembali menangis. “Kamu bisa lakukan ini.”
Chanyeol tersenyum sambil terkekeh di antara tangisnya. “Saranghae,” dia berkata. “Nan nareul saranghae. Aku sungguh mencintaimu.”
Kamu tersenyum di antara tangismu. “Nado saranghae.”
Tangannya yang menggenggam tanganmu kuat-kuat perlahan melemah, senyumnya yang lebar perlahan menghilang, kedua matanya yang terbuka lebar perlahan terpejam. Kamu memegang dadanya yang bidang, merasakan detak jantungnya yang perlahan melemah... dan berhenti.
"Chanyeol!" isakmu sembari memeluk kekasihmu yang kini telah pergi.
Park Chanyeol, kekasihmu meninggal akibat kecelakaan mobil.
Kalian awalnya bersahabat, kalian saling mengenal semenjak kalian masih bayi. Kalian lahir di tahun, hari dan tanggal yang sama. Dan ketika menginjak usia remaja, muncul benih cinta dalam benak masing-masing dari kalian dan langsung setuju dengan fakta bahwa persahabatan antara laki-laki dan perempuan tidak akan sekedar teman atau sahabat, melainkan cinta. Sudah banyak yang kalian lewati, canda tawa, tangis, perdebatan dan banyak lagi.
Namun sekarang Chanyeol hanya meninggalkan butiran kenangan yang hanya bisa kamu simpan dalam memorimu.
"Chanyeol..." desahmu sembari memandang fotonya di ponselmu. Air matamu perlahan menetes dan kamu menangis tersedu-sedu. "Na jeongmal bogoshipeo.”
Kamu membanting tubuh di atas ranjang dan kembali menangis, jika ranjang ini bisa bicara dan memprotes karena kamu membuatnya basah karena air matamu, kamu pun tidak akan peduli.
Kamu pun ingat ucapan terakhir Chanyeol. Kamu mengusap air mata dan meraih ponsel, mencari kontaknya. "Masih kusimpan," ujarmu.
Dengan tangan gemetar dan jantung berdebar, kamu meneleponnya. Terhubung! Kemudian kamu mendengar suara rekaman Chanyeol, "Halo! Ini Chanyeol! Tinggalkan pesan suara dan aku akan menjawabnya. Aku sedang sibuk sekarang. Aku janji akan menjawab atau telepon balik. Oke?
Kamu mengambil nafas dan mulai berbicara. "C-Chanyeol..." kamu masih sedikit gemetar. "Kau masih ingat kamu, kan? Iya, ini aku, ___, kekasihmu yang selalu terlihat bodoh. Chanyeol, apa kabarmu di sana? Apakah lebih baik daripada di sini? Aku… aku sangat merindukanmu." Kamu terdiam. "Kau ingat, bukan, kemarin adalah anniversary kita yang ke-5 tahun?" kamu terkekeh dan tersenyum. "Annyeong.”
Aku seperti orang bodoh saja, gumammu dalam hati. Kamu pun bangkit dan bergegas menuju perpustakaan kota, tempatmu bekerja.
Saat sampai di sana, bisa dibilang kamu tidak niat bekerja hari ini, kamu hanya duduk di tengah-tengah rak bukumu dan terus menerus menelepon Chanyeol, mengajaknya bicara seolah-olah dia masih ada dan menyahut obrolanmu.
Sahabatmu, _____, melihat tingkahmu dan berjalan mendekatimu.
“___-ah?” ia duduk di sampingmu.
Kamu menoleh ke arahnya. “Ya?”
“Kamu baik-baik saja,kan?”
Kamu mengangkat kedua bahumu. “Entahlah.”
Dia memelukmu dan kamu menangis di bahunya. “Aku tidak menyangka dia pergi secepat ini,” isakmu.
Sahabatmu mengangguk dan membelai rambutmu. “Aku turut berduka. Tidak ada yang menginginkan semua ini terjadi.”
Dia melepas pelukan dan mengusap air matamu. “Kamu harus tetap semangat.”
Kamu tersenyum lemah dan kembali memeluknya. “Aku masih ingin menghabiskan waktu dengannya.”