CHAPTER 1 : Audition Paper
“Yoo Eun!” seorang gadis, Im Yebin namanya, berteriak sambil berlari, berlari menyusuri koridor sekolah hingga menarik perhatian banyak murid. “Yoo Eun!”
Aku, Yoo Eun, menutup wajahku dengan kedua telapak tangan, menahan rasa malu gara-gara gadis ini.
“Yoo-”
“Jangan berteriak!” aku langsung membungkam mulutnya begitu dia berdiri di hadapanku. “Aku tidak tuli!”
Dia membuka bungkaman dan langsung menunjukkan sebuah kertas yang sejak tadi dia bawa, bahkan sempat dia kibar-kibarkan ketika berlari menghampiriku.
“Audisi drama sekolah?” tanyaku sambil mengambil kertas itu dari tangannya.
Yebin mengangguk mantap.
Aku tersenyum sinis. “Au tidak akan mendaftar.”
“Huh? Kenapa? Kau kan pintar berakting, semua orang suka dengan aktingmu saat drama,” dia berkata sambil memegang tanganku.
“Aku sedang tidak ingin ikut kegiatan atau pentas apapun,” jawabku.
“Ayolah, Yoo Eun,” dia mulai memohon. “Sebentar lagi, kan, kita lulus dari sekolah ini. Hitung-hitung ini menjadi penampilan terakhir kamu di SMA sebelum kita lulus. Iya, kan?”
Aku menghela nafas berat, merasa terganggu dengan permohonannya. “Ada… ada alasan lain,” jawabku menatapnya.
Yebin mengerutkan dahi. “Apa?”
Ketika aku hendak menjawab, tiba-tiba seseorang berdehem di belakang kami. Kami menoleh dan melihat seorang laki-laki, berseragam sama seperti kami. Jeon Jungkook namanya, aktor terbaik di sekolah ini. “Bisakah kalian tidak berdiri di depan pintu seperti ini?” dia bertanya.
Aku membalikkan badan, dengan sengaja menyibakkan rambut panjangku hingga menampar wajahnya. “Kamu bukan guru atau orang tua kami, jadi berhenti mengatur apa yang kami lakukan,” jawabku.
Jungkook hendak membuka mulut, membalas ucapanku, namun dia batalkan niatnya dan berjalan menuju bangkunya.
Yebin menepuk bahuku. “Kenapa kamu sangat membencinya?”
“Aku jelaskan nanti, arraseo?” jawabku.
***
“MWOYA!!!” aku berseru keras hingga suaraku menggema memenuhi koridor sekolah dan menarik perhatian hampir semua murid di sekolah ini. “Apa-apaan ini?! Siapa yang mendaftarkanku?!”
“Ssssh!” Yebin memintaku untuk diam. “Semua orang memperhatikanmu.”
“Siapa yang menuliskan namaku di daftar peserta audisi drama?” ulangku kemudian aku menatap ke arah gadis yang waktu liburan musim panas lalu baru saja melakukan operasi plastik itu. “Kamu yang menuliskan namaku?”
Yebin langsung membelalakkan kedua matanya. “Mwo! Bukan! Mana berani aku mendaftarkan namamu di suatu acara tanpa izin darimu?”
“Kau lupa siapa yang menuliskan namaku di daftar peserta lomba menari nasional tahun lalu?”
“Setidaknya kamu, kan menang waktu itu!” Yebin memukul lenganku. “Oke! Waktu itu memang aku yang menuliskan namamu, tapi kalau yang satu ini bukan aku, lagipula, siapa yang tahan dijauhi olehmu selama berminggu-minggu karena insiden itu?”
“Pengumuman!” suara kepala sekolahku terdengar keras di seluruh penjuru sekolah, menarik perhatian semua murid yang ada di sekolah ini. “Bagi yang namanya sudah terdaftar di kertas peserta audisi drama sekolah untuk bermain drama dalam rangka merayakan malam tahun baru nanti sudah tidak bisa mengundurkan diri. Besok, setelah jam istirahat pertama, para calon peserta harus mengikuti audisi di auditorium sekolah. Terima kasih.”
“Issssh!” aku mendesis. Siapa yang menuliskan namaku?
((DON'T BE A SILENT READER PLEASE :) )