CHAPTER 1 : Your Smile
“Iya Mah, engga ada yang ketinggalan kok. Tenang aja...” Balas Zean yang dari tadi masih betah mendengarkan ocehan mamahnya. Iya, Zean tidak pernah bosan kalau telfonan sama mamahnya. Bahkan bisa sampai 6 jam hanya untuk mendengarkan suara mamah tersayangnya itu. Jelas saja, itu semua karena Zean tinggal jauh dari negara asalnya. Dia memutuskan untuk tetap tinggal di Canada setelah lulus dari salah satu Universitas ternama di Canada. Dan sekarang waktunya Dia untuk pulang menjenguk keluarganya di Indonesia. “Oh iya Mah, nanti dari sini aku transit dulu di Korea. Baru lanjut lagi ke Indo. Jadi nanti di Korea baru Aku kasih tau nyampe Jakarta jam berapa, oke?”
“Oke anak mamah tersayang. Hati-hati dijalan! Jangan lupa makan ya!” Balas mamahnya.
“Iya maah. Udah dulu ya, taxinya udah dateng. Dah mamah!!” Zean mengakhiri telfonnya dengat berat hati, tetapi tetap semangat ingin cepat pulang.
Suhu yang dingin membuat Zean memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya yang tebal saat turun dari pesawat. Hawa musim dingin masih terasa walaupun ini sudah memasuki musim semi di Korea. Zean menyusuri bandara Incheon yang sangat luas. Akhirnya Dia memutuskan untuk membeli secangkir kopi untuk menghangatkan badannya. Saat sedang mengantri, Zean merasa banyak orang yang memandangnya. Tapi Dia mengabaikannya dan sabar menunggu perempuan di depannya yang dari tadi juga memilih apa yang akan di pesan.
Satu menit.....
Lima menit.....
Sepuluh menit sudah berlalu. Tapi perempuan didepannya masih bingung memilih pesanannya. Dilihat jam tangannya dan pesawatnya akan berangkat 30 menit lagi.
“Permisi?” Tegur Zean yang mulai kehilangan kesabaran menggunakan bahasa inggris.
“Ya?” Perempuan di depannya itu menoleh kebelakang sambil tersenyum.
“Maaf, tapi bisakah anda sedikit lebih cepat?” Zean mengangkat alisnya sambil menunjuk jam tangannya menandakan bahwa Dia sedang buru-buru. Perempuan itu mengangkat ibu jarinya dan kembali melihat menu yang ada dan langsung menyebutkan pesanannya. Setelah menerima pesanannya dan membayarnya, perempuan itu melayangkan senyumannya kepada Zean sebelum meninggalkan tempat itu. Zean membeku, senyuman itu berbeda dengan senyuman-senyuman yang diberikan orang lain. Senyuman yang membuat hatinya berdegup kencang.
Zean telah sampai di Jakarta. Disambut oleh mamah, papah, dan adiknya Zyra.
“KAKAAAKKKK!!!” Teriak Zyra dari kejauhan.
“Haaai!” Balas Zean sambil melambaikan tangannya. Zyra langsung memeluk kakaknya.
“Kak! Aku gaminta oleh-oleh kok! Tapi besok temenin aku nonton konser SNSD ya? ya? ya? Aku gadibolehin sama papah kalo nonton sendiri.” Belum sempat ngomong apa-apa Zyra langsung meminta Zean menemaninya. Zean hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
“Zyra! Kamu tuh ya! Kakakmu kan baru sampai.” Mamahnya datang sambil ikut memeluk Zean.
“Gapapa kok mah. Kan jarang ketemu.” Jawab Zean.
“Asiiikk!” Seru Zyra.
“Zyr, kamu masuk sendiri dulu ya. Nanti kakak nyusul. Mau ke toilet dulu.” Zyra yang sudah tidak sabar hanya menggangguk tanpa melihat kakaknya.
Zean menyusuri lorong yang panjang dan sepi. Kebingungan dimana letak toilet berada. Saat sedang memperhatikan map dan mencari jalan ke toilet, tiba-tiba ada orang yang menepuk bahunya.
“Hallo! Masih ingat dengan saya?” Sapa seorang perempuan yang wajahnya sudah dipenuhi make up warna-warni. Zean mengerungkan alisnya, masih mengingat siapa wanita cantik yang sedang bicara dengannya ini. “Beberapa hari yang lalu kita bertemu di kafe.”
"Kafe...?” Zean masih kebingungan. Antara bingung kapan mereka bertemu dan bingung karena perempuan di depannya ini sangat cantik. Perempuan tersebut tersenyum dengan lebar melihat wajah Zean yang kebingungan. Zean langsung teringat saat melihat senyum tersebut. Senyum yang membuat hatinya berdegup kencang untuk kedua kalinya. Senyum yang sama seperti sebelumnya mereka bertemu. Senyum yang membuat kakinya terasa tidak bertenaga. “Ohh... Hai... Iya, saya ingat....” Jawab Zean gugup.
“Maaf ya kemarin, itu memang kebiasaanku.” Perempuan itu meminta maaf dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Zean.
“Tiffany! Ayo, konsernya akan segera dimulai.” Seorang staff berteriak dari salah satu ruangan. Perempuan bernama Tiffany itu menoleh dan menggangguk.
“Sepertinya kita bisa melanjutkan ngobrolnya nanti. Ini nomorku.” Tiffany memberikan selembar kertas kecil yang berisi nama dan nomor telfon. “Kirimkan aku pesan agar aku tahu nomormu juga!” Zean membeku dan membaca nama di selembar kertas yang Dia pegang.
-Tiffany Hwang-
Zean baru menyadari bahwa perempuan yang sudah membuatnya jatuh cinta tersebut adalah salah satu member girl band ternama.
*Beberapa hari kemudian.
Dari : Tiffany
Hai Zean! Sekarang aku masih di Jakarta. Mau nememaniku keliling Jakarta?
Mulai saat itu, hubungan keduanya semakin dekat, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk hidup bahagia bersama.