CHAPTER 1 : Prolog
Gocheok Sky Dome, Seoul.
05:00PM
Terdengar suara orang-orang yang berbicara dalam suara pelan tapi tetap terdengar ramai, tidak sampai menganggu telinga. juga langkah kaki yang memasuki stadion. Meski tidak seperti dulu; tidak ada suara kaki berlari, tidak ada suara tawa yang bersautan. Hanya beberapa orang terlihat berpelukan untuk melepas rindu atau saling menatap melempar senyum seolah pernah bertemu sebelumnya.
Beberapa orang masih memilih berdiri dekat panggung untuk mengamati lebih dekat, sisanya mulai duduk tenang di kursinya. Sesuai dengan tiket yang di pesan. Tangan-tangan mereka memegang lightstick dengan warna sama seperti dulu, sebagian merasa dejavu sebagian lagi sedang mengenang masa-masa lampau mereka. Beberapa orang terlihat memainkan jarinya untuk menyamarkan rasa gugup mereka.
Kim Hyena mengintip dari sudut panggung, mengamati orang-orang yang mulai mengisi tempat-temapat kosong. Di tepat dia berdiri juga merasa kekhawatiran, bahkan lebih khawatir dari orang-orang yang mulai memenuhi ruangan itu. Kim Hyena menggigit kukunya dan terlihat semakin tidak tenang. Pikiran buruk sedang melandanya, bagaimana kalau ini tidak berhasil? Bagaimana kalau sebagin stadion itu tidak terisi penuh? Bagaimana kalau semua ini tidak akan berjalan sesuai rencannya? Meski pikiran buruk ini sudah sering muncul dibenaknya sebelum semua ini terlaksana, tapi sekarang rasa takutnya lebih besar.
Lama melamun suara ponsel berhasil mengaggetkannya, membuatnya mengalihkan pandangan untuk memandang orang-orang yang sibuk memasuki stadion besar itu.
"Hallo?"
"Mom" suara gadis kecil terdengar memenuhi telinganya. Satu-satunya suara yang dapat membuat hatinya lebih tenang, atau lebih tidak tenang nantimya.
"Laura-yaa" jawab Hyena sedikit haru. Maklum hampir dua minggu ia tidak bertemu dengan anaknya karena menyiapkan konser besar ini.
"Kapan Mom menjemputku? Aku dan teddy bosan disini" suara polos itu kembali terdengar tapi lebih lirih dari sebelumnya, ia tahu kalau anaknya akan segera menangis dan teddy-boneka kesayangannya- tidak akan berpengaruh saat itu.
"Mom akan pulang besok dan menjemputmu, janji" Hyena mulai menghibur anaknya dan wajahnya kembali tidak terlihat tenang. Anaknya yang ia titipkan bersama ibunya sekarang merengek ingin pulang, padahal setiap liburan Laura selalu ingin pergi ke rumah neneknya. Kali ini masalahnya berbeda.
"Dimana Daddy?"
Masalahnya sekarang Laura bukan bosan bersama neneknya melainkan merindukan kedua orang tuanya.
"Daddy masih sibuk dan tidak bisa bicara padamu sekarang" Hyena melembutkan suaranya kemudian menggigit bawah bibirnya karena Laura tak kunjung bersuara.
"Laura dengar, mom janji setelah ini tidak akan meninggalkanmu lagi dan besok Mom dan Daddy akan menjemputmu, sekarang kau harus tutup telponnya, pelan-pelan jangan dibanting kalau tidak Halmeoni akan marah, kemudian temui Halmeoni dan bilang kau ingin susu coklat, setelah itu pergi tidur bersama teddy, okay?" Hyena mulai menggerakan kakinya tidak tenang "okay?" Tanyanya lagi memastikan.
"Okay, Mom" jawab Laura akhirnya, membuat Hyena dapat bernafas lega.
"Okay bye, I Love you" ucap Hyena sedikit tenang.
"Love you too Mom" setelah itu suara Laura hilang bersama terputusnya sambungan telepon. Sekarang di pikiran Hyena muncul pertanyaan, anaknya yang baru berumur lima tahun sudah dapat menekan nomor ponselnya. Suatu kabar yang menggembirakan. Meski ia tidak tahu berapa kali anak itu salah memencet tombol.
"Hyena?" Suara yang tidak asing memanggilanya. Hyena segera menoleh kemudian mendapat pria sipit dengan sedikit warna putih di rambutnya memandanginya dengan senyuman, biasanya pria ini menggunakan setelan kemeja dengan dasi menggantung di lehernya. Sekarang ia memakai celana jeans dan kaus hitam dengan logo yang sama seperti kaus yang ia pakai.
"Manger Kim?" Hyena tersenyum.
"Ini, name tag-mu" pandangan Hyena beralih pada apa yang dibawa Manager Kim. Dengan ragu ia kembali memasukan ponsel ke kantung celananya dan meraih nametag dari tangan mantan atasannya dulu.
"Senang rasanya bisa kembali bekerja" ucap Hyena setelah mengalungkan nametag-nya.
"Aku juga" meski Manajer Kim tersenyum tapi Hyena tahu ada kesedihan dibalik senyumnya. Mungkin rasa rindu kembali bekerja sebagai Manager atau rasa kecewa karena harusnya konser ini diadakan 10 tahun yang lalu.
"Aku tahu kita sudah terlambat sepuluh tahun, tapi aku masih berharap banyak dengan diadakannya konser ini, untuk membuat semuanya lebih jelas" Hyena terdiam sejenak, kembali mengingat tujuan awal dibuatnya konser ini dan mengingat bagaimana perjuangan diadakannya konser ini.
"Ya" ucap Hyena sekenanya dan kembali mengamati orang-orang yang masih memasuki stadion. Dari awal ia tidak mau berharap banyak, tidak berharap konser ini akan semegah konser yang dulu, tidak akan seapik yang dulu, jelas saja ini bukan konser tur melainkan konser impian menyedihkan yang baru terwujud. Tapi Hyena dapat pastikan para penggemar yang sekarang berada disini akan mendapatkan apa yang dulu mereka tidak dapatkan. Karena ini juga termasuk ke dalam hutangnya.
"Sebentar lagi konsernya akan dimulai, kau tidak ingin membantu mereka bersiap-siap?" Sekarang Manajer Kim berdiri disampingnya ikut mengamati apa yang ada dihadapan mereka.
"Aku belum berani bertemu mereka, sejak kemarin"
"Bahkan dengan suamimu sendiri?" Manajer Kim menoleh kearah Hyena dengan pandangan tak percaya.
"Aku.. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa melihat ekspresi mereka yang meragukanku, meragukan konser ini"
"Kalau begitu yakinkan mereka" suara Manajer Kim meninggi. "Kau orang yang paling yakin kalau konser ini akan berhasil, kau yang meyakinkanku, lalu siapa yang harus meyakinkan mereka? Konser ini milik kita dan milik para penggemar, buat mereka yakin Hyena, buat mereka percaya"
Hyena membenarkan perkataan Manajer Kim. Selama ini dia hanya meyakinkan dirinya tentang konser ini tapi tidak memikirkan perasaan suami dan teman-temannya tentang semua ini.
Hyena menoleh kearah Manajer Kim cukup lama "Jangan memandangku seperti itu, kalau yang ini aku tidak bisa membantumu" Manajer Kim membuang muka dan melipat tangannya.
Hyena segera memeluk pria yang dulu sering menghukumnya karena selalu salah melakukan pekerjaan itu. Manajer Kim sudah seperti saudara sekaligus sahabatnya sendiri kalau bukan karenanya, ia tidak akan mampu mewujudkan semua ini.
"Aku akan menemui mereka, gomapseumnida" setelah itu Hyena langsung berlari kecil menuju belakang panggung dengan perasaan senang sekaligus gugup. Kemudian ia berhenti di depan sebuah pintu bercat putih. Pintu yang tertutup rapat dengan tulisan "Super Junior's room".
-
Haloo readers, gak tau nih ada angin apa tiba-tiba post FF baru padahal FFku yang lain aja masih belum dilanjutin. Intinya FF ini buat seneng-seneng aja yaa, soalnya sekarang udah jarang ada FF full suju, dan FF ini ngingetin aku kalo sekarang aku udah tua, sedih :(
Tapi seneng juga udah bisa kenal sama Suju selama ini, udah tujuh tahunanlah, hehe. Ini FF terkhususkan buat para ELF sunbae yang masih setia sama A'a Suju yah. Kalo gak suka sama FF ini bilang aja ya, kalo suka juga bilang biar aku lanjutin hehe.