CHAPTER 1 : ##1
I’m With You
“Hyung, kau kenal dengan perempuan bernama Rimma?” tanya Jung Shin sore itu kepada Yong Hwa ketika mereka sedang bersantai di dorm.
“Ne?!” Yong Hwa sedikit terkejut dengan pertanyaan Jung Shin itu. Ia langsung mem-pause Play Station-nya dan berbalik ke arah Jung Shin yang asyik menikmati snack di sofa. “Darimana kau tahu soal Rimma?” tanyanya kemudian .
“Hyung, aku bertanya padamu. Kenapa kau balik bertanya? Tapi, dari kalimatmu tadi sepertinya kau memang tahu. Benar kan?” selidik Jung Shin.
Yong Hwa menghela napas, ia berbalik kembali membelakangi Jung Shin lalu menekan tombol play di stik PS-nya dan kembali larut dalam permainan yang sempat terhenti. “Iya, aku memang mengenalnya!” jawabnya santai.
Si maknae tersedak oleh snack-nya sendiri. Ia terbatuk sambil meluncur dari sofa ke dekat Yong Hwa. Ia kemudian menepuk-nepuk pundak Yong Hwa ingin mengatakan sesuatu, tapi tenggorokannya yang tersumbat membuatnya kesulitan. Yong Hwa pun protes.
“Ya! Apa-apaan kau ini? Minum dulu sana, baru bicara!” katanya.
“Uhuk… uhuk…” Jung Shin bangkit dan segera mengambil minum di dapur mini mereka. Sejurus kemudian ia kembali dan duduk tepat disamping Yong Hwa. “Dia siapa, Hyung? Bagaimana kau bisa mengenalnya? Sedekat apa hubungan kalian?”
Yong Hwa mengerutkan dahi, ia kembali menghentikan permainannya. “Untuk apa kau bertanya seperti itu? Sampai batuk-batuk seperti tadi, menyiksa diri sendiri saja. Lagipula, kau sendiri tahu darimana soal Rimma itu?”
“Naega? Uhmm.. Internet!” jawabnya singkat dan polos.
“Mwo?!”
* * *
Akhir-akhir ini, Jung Shin dikejutkan dengan penemuan tidak sengajanya atas foto Yong Hwa bersama seorang perempuan bernama Rimma. Foto itu ia temukan sendiri di internet, di sebuah jejaring sosial dalam negeri yang belum populer. Sebelumnya ia menemukan nama Rimma secara tidak sengaja dari sebuah kertas yang telah Yong Hwa buang.
Melihat ekspresi Yong Hwa yang aneh ketika membuang kertas itu, Jung Shin pun membukanya. Ia keheranan melihat nama RIMMA yang ditulis Yong Hwa begitu besar, kemudian kertasnya diremas dan dibuang. Hal itu mencurigakan bagi Jung Shin dan ia masih penasaran dengan nama Rimma tersebut, maka ia searching di internet dan akhirnya menemukan foto yang membuatnya semakin penasaran.
Jong Hyun dan Min Hyuk baru saja tiba di dorm. Mereka membawa ttokpokki untuk menu makan malam serta beberapa tambahan makanan ringan seperti biskuit dan snack. Pembahasan soal Rimma pun terhenti ketika mereka datang. Makanan yang masih belum dilepas dari tangan mereka bahkan langsung diserbu oleh Yong Hwa dan Jung Shin.
“Biar aku saja yang memindahkannya ke piring,” Jung Shin mengambil kantong makanan yang dibawa Jong Hyun lalu menuju ke dapur.
“Oh, gamsahamnida!” kata Jong Hyun yang terlihat lelah. Ia pun langsung merebahkan badannya di sofa. Begitupula Min Hyuk.
“Jong Hyun-ah, aku menemukan aransemen gitar baru untuk single yang sedang kita garap itu,” buka Yong Hwa kemudian sambil mematikan PS-nya.
“Oh ya? Bagus lah kalau begitu. Aku ingin mendengarnya,” kata Jong Hyun.
“Tentu kau harus mendengarnya! Besok saat kita latihan aku akan memberitahukannya padamu. Dan Min Hyuk-ah, aku juga sedikit punya ide untuk beberapa beat drum-nya.”
“Jinjja? Baiklah, perlihatkan juga padaku, Hyung!” ujar Min Hyuk. “Aduh, mengapa tenggorokanku rasanya kering sekali? Jong Hyun Hyung, apa kau mau minum?” tawarnya sambil siap-siap bangkit dari duduknya. Ia mengusap-usap lehernya.
“Oh, iya. Kau mau mengambil minum? Tolong ambilkan juga untukku!”
“Tentu, aku bertanya padamu kan karena aku akan mengambil minum,” Min Hyuk berdiri dan menuju dapur mendekati Jung Shin.
Jung Shin menyadari kedatangan Min Hyuk meskipun ia masih sibuk memindahkan ttokpokki ke dalam piring. Ketika Min Hyuk mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih, Jung Shin memanggilnya dengan berbisik,“Min Hyuk-ah!”
“Ne?!”
“Aku ingin menceritakan sesuatu padamu,” Jung Shin masih tetap berbisik.
“Apa? Kenapa bicaramu berbisik seperti itu?” Min Hyuk heran.
Jung Shin melirik ke belakang sejenak memastikan Yong Hwa dan Jong Hyun yang ada di ruang tenga sana. “Psstt… Ini terdengar seperti sebuah skandal dan dia seperti menyembunyikannya dari kita!”
Dahi Min Hyuk berkerut. “Soal apa?”
Suara Min Hyuk yang tetap bervolume seperti biasa membuat Jung Shin kembali menegurnya sambil kembali melirik ke arah Yong Hwa dan Jong Hyun di sana, “Psstt… Jangan keras-keras! Kau ini tidak mengerti tanda orang menyebutkan kata psstt ya? Aku kan sudah menyebutkannya tadi.”
Min Hyuk terkekeh, “Lalu apa? Yang kau maksud tadi itu apa?” katanya lebih pelan sambil mengisi gelas dengan air putih.
“Min Hyuk-ah, ppalli!” panggil Jong Hyun tiba-tiba.
“Ne, Hyung!” Min Hyuk bersiap mengambil kedua gelas yang sudah diisinya.
“Ya sudah nanti saja aku ceritakan!” Jung Shin pasrah.
Min Hyuk kembali terkekeh dan meninggalkan Jung Shin. Sang bassist mencibir, lalu ia menyusul Min Hyuk seraya membawa dua buah piring ttokpokki untuk dihidangkan.
“Waah, gamsahamnida Jung Shin-ah!” sambut Yong Hwa ketika Jung Shin datang.
“Ini milik Jong Hyun Hyung dan Min Hyuk-ssi. Milikmu dan aku baru akan kuambil!” katanya sambil menyimpan makanan itu di meja dengan ekspresi datar.
Jong Hyun dan Min Hyuk tertawa, sementara Yong Hwa hanya bisa menahan senyum sambil mendelik kepadanya, tapi Jung Shin cuek dan ia kembali ke dapur.
“Ini Hyung!” Min Hyuk menyodorkan minum kepada Jong Hyun.
“Oh, ne. Gamsahamnida!” Jong Hyun menerima dan langsung meminumnya hingga tuntas.
Jung Shin kembali. Dapur tanpa sekat yang hanya berjarak beberapa meter saja dari tempat mereka berkumpul membuatnya sangat cepat melakukan sesuatu antara dapur dan ruang tamu plus ruang berkumpul itu.
“Ini milikmu Hyung,” ia menyodorkan makanan itu pada Yong Hwa. “Ayo kita makan!” Jung Shin langsung duduk disamping Min Hyuk.
“Ne! Selamat makan semuanya!” ujar mereka kemudian kompak.
Mereka pun memulai makan malam yang sederhana tapi penuh dengan suasana akrab dan kekeluargaan. Hal itulah yang membuat mereka tetap bersatu hingga saat ini. Hubungan baik seperti inilah yang mereka jaga baik-baik hingga enam tahun sejak debut, meskipun didalamnya selalu saja ada canda, tawa, keterbukaan tentang sifat masing-masing, dan sedikit rahasia.
* * *
Siang hari di kota Seoul, sebuah van hitam memasuki halaman restoran sea food. Setelah terparkir rapi, seluruh awak grup band bersama manajernya turun dari mobil itu. Mereka langsung memasuki tempat makan tersebut.
Sapaan ramah dari para pelayan menyambut dengan hangat. Mereka langsung menuju meja makan kosong di sudut sayap kiri. Menu-menu lezat makanan laut pun telah tersedia, tinggal panggil pelayan dan sebutkan pesanan maka hidangan mantap pun sudah siap disantap.
“Wah, aku rasa aku harus memesan menu yang paling enak. Aku sudah lama tidak datang ke sini!” kata Jung Shin sambil melihat-lihat menu bersama Min Hyuk.
Keduanya memang terlihat seperti kelaparan. Sementara Yong Hwa sibuk dengan ponselnya, sedangkan Jong Hyun masih tertawa-tawa dengan sang manajer dengan topik obrolan selewat mereka sejak turun dari mobil sampai tempat duduk ini.
“Hyung, kau mau pesan apa?” tanya Min Hyuk pada Yong Hwa yang duduk tepat dihadapannya. Namun tidak ada respons dari sang leader, sepertinya isi ponselnya saat itu lebih penting dari pertanyaan sang drummer. “Hyung!” panggil Min Hyuk lagi.
Jung Shin yang mendengar pertanyaan Min Hyuk tak diindahkan Yong Hwa, langsung melempar pandangannya dari menu kepada Yong Hwa. Ia menatap vokalis sekaligus gitaris grupnya itu curiga. “Yong Hwa Hyung!” ulang Min Hyuk agak keras dan kali ini berhasil.
“Ne?!” tanya Yong Hwa sambil mengangkat muka ke arah Min Hyuk dan seolah itulah panggilan pertama Min Hyuk padanya.
“Sudah kubilang kan Min Hyuk-ssi, Yong Hwa Hyung itu ada sedikit rahasia yang tidak dibagikannya kepada kita!” tukas Jung Shin kemudian.
Yong Hwa tersentak. “Mwo? Ya, Jung Shin-ah! Apa maksudmu? Rahasia apa?” ia tak terima.
“Menu! Menu makanan ini! Kau mau pesan apa?” kata Jung Shin sambil menyodorkan menu yang dipegangnya kepada Yong Hwa dengan setengah kesal.
Yong Hwa mengerutkan dahinya, “Kau ini!” katanya sambil menarik menu yang disodorkan. Lalu membacanya.
Min Hyuk dan Jung Shin saling pandang, “Apa ini yang kau maksud kemarin?” tanya Min Hyuk pelan dan datar.
“Sepertinya begitu!” jawab Jung Shin. Mereka pun kembali memandangi Yong Hwa heran.
Tiba-tiba sebuah remasan tisu tepat mengenai wajah Jung Shin dan itu mengejutkannya. Pandangannya yang sedang terfokus pada Yong Hwa langsung berpendar ke arah datangnya tisu itu, begitupula dengan Min Hyuk.
“Kalian mengapa melihatnya seperti itu?” tanya Jong Hyun yang ternyata sudah duduk tepat disamping Yong Hwa.
Yong Hwa yang baru sadar bahwa dirinya diperhatikan oleh The Kids di grup yang dipimpinnya ini pun sedikit keheranan, “Waeyo?”
Jung Shin dan Min Hyuk langsung mengelak.
“Jong Hyun Hyung ini apa-apaan sih? Untuk apa kami melihat Yong Hwa Hyung saat ia membaca menu makanan? Ketampanannya memang tak dapat kukalahkan,” kata Jung Shin sembari membetulkan letak poninya.
Jong Hyun, Yong Hwa, dan sang manajer langsung tertawa. “Ya, ini pertama kalinya kau mengakui bahwa aku ini tampan!” kata Yong Hwa.
“Mungkin sedikit terpaksa Hyung dia berkata begitu,” tambah Min Hyuk sambil terkekeh.
Suasana pun mulai mencair, tawa renyah selalu terdengar. Bukan hanya karena diantara mereka suka bercanda, tapi tanpa kehadiran Jung Shin suasana seperti ini terkadang jarang terjadi. Jung Shin memang orang terpenting dalam hal bercanda. Daebak maknae!
Tak lama kemudian pesanan makanan datang, rasa tidak sabar untuk melahap hidangan lezat dihadapan mereka sudah tak tertahankan lagi. Maka lima belas kemudian, semua makanan yang tersaji sudah tak bersisa.
“Ya ampun, betapa lezatnya makanan ini. Aku bersyukur masih bisa menikmati makanan selezat ini!” ujar Min Hyuk sesaat setelah meneguk minumnya.
“Benar sekali! Kebersamaan kita menjadi pelengkapnya!” tambah Jong Hyun seraya menuntaskan sisa makanan terakhir di piring.
“Tentu saja! Meskipun kita sering melewati hari-hari seperti ini, tapi setiap keadaan yang dilewati selalu saja ada perbedaan. Seperti hari ini,” kata Yong Hwa.
Jung Shin mengangguk setuju, “Yong Hwa Hyung, hmm… soal Rimma…” katanya berbeda topik.
Yong Hwa membelalakan mata, di bawah meja kakinya bereaksi cepat menendang kaki Jung Shin sambil memberi sinyal tatapan mata yang lebih bulat. Jung Shin sedikit mengaduh dan tak meneruskan kalimatnya. Sementara Jong Hyun, Min Hyuk, dan sang manajer silih berganti melihat Jung Shin dan Yong Hwa. Mereka heran dengan sikap keduanya.
“Ada apa dengan kalian? Siapa Rimma?” tanya Jong Hyun penasaran.
Yong Hwa tak menjawab, ia larut dengan makanan yang sedang disantapnya.
“Hyung, kau sudah berani buat skandal ya?” tambah Min Hyuk kaget.
“Mwo?!” Yong Hwa mengangkat wajahnya dan menatap Min Hyuk. “Tentu saja tidak! Kau ini ada-ada saja,” ujarnya kemudian dan kembali melanjutkan makan.
“Geureom, Rimma nugundae (lalu, siapa Rimma)?” Jong Hyun masih penasaran.
Kali ini pandangan Yong Hwa beralih kepada Jong Hyun, ia menatapnya cukup lama. “Dia… ah, ani! Yang jelas, aku tidak membuat skandal dengannya!” elaknya kemudian dan langsung menyantap makanannya lagi untuk mengalihkan.
“Hyung, kau jangan main rahasia-rahasiaan dengan kami! Apalagi menyangkut soal hubunganmu dengan seorang gadis!” tukas Min Hyuk.
“Aniyo! Ya, Jung Shin-ah! Kau harus bertanggung jawab mengembalikan image-ku di depan mereka!” ujar Yong Hwa pada Jung Shin.
Jung Shin tak terima. “Mwo? Memangnya aku telah merusak image-mu? Ada-ada saja, kau cukup bilang saja padaku Rimma itu siapa. Kalaupun mereka tak boleh tahu, cukup aku saja!” katanya yang juga sibuk dengan makanannya.
“Tunggu-tunggu! Ada apa ini sebenarnya? Rimma itu siapa? Yong Hwa-ah, siapa Rimma?” tiba-tiba sang manajer yang sedikit bingung dengan suasana ini bertanya langsung.
Semua member kini mengalihkan pandangannya pada Yong Hwa. Bagaimanapun, Yong Hwa harus menjelaskannya di depan sang manajer. Berbahaya jika sang manajer sudah mengetahui hal-hal seperti ini.
Yong Hwa merasa sedikit terpojok. “Dia…” belum juga Yong Hwa menuntaskan kalimatnya. Ponselnya sudah berdering ada panggilan masuk. Perhatian Yong Hwa beralih, “Ah, mianhae, aku punya panggilan. Tunggu sebentar ya!” ia kemudian minum seteguk lalu mengangkat telefon masuk tersebut sambil berjalan menuju toilet.
Sepeninggal Yong Hwa, Jong Hyun, Min Hyuk, dan sang manajer sibuk bertanya-tanya soal Rimma kepada Jung Shin yang pertama kali mem-blow up–nya. Jung Shin pun menceritakan dengan detil bagaimana pertama kali ia mengetahui soal Rimma tersebut sebelum Yong Hwa kembali.
“Hyung, menurutmu apa yang membuat Yong Hwa Hyung tidak mau menceritakan hal ini?” tanya Min Hyuk kemudian kepada Jong Hyun.
Jong Hyun berpikir sejenak, “Hmm… ah, molla! Aku tidak mau menduga-duga, biarkan saja dia sendiri yang mengatakannya. Kita jangan memaksanya, siapa tahu dia anggap ini belum saatnya kita tahu. Aku yakin dia pasti punya alasan belum menceritakan soal hubungannya dengan Rimma itu kepada kita.”
“Itu benar juga, tapi kalau netizen mengendus ini lebih dahulu daripada kita itu bisa berbahaya. Berita yang beredar akan simpang siur, makanya sebelum hal ini diberitakan netizen kita harus tahu yang sebenarnya dari Yong Hwa. Mau tidak mau, kita harus menyuruh Yong Hwa berbicara. Karena pastinya ini bukan hanya soal Yong Hwa, tapi juga soal kalian,” ujar sang manajer kemudian.
Jong Hyun, Min Hyuk, dan Jung Shin diam. Ia menatap manajernya dengan takut.
* * *
“Yong Hwa-yah?” tiba-tiba seorang gadis mengagetkan Yong Hwa yang baru saja keluar dari toilet pria.
Ia terkejut dan terperangah melihat orang yang menyapanya itu, “Oh? Rimma-yah?”
Gadis yang disebut Rimma itu tersenyum, senyumnya memang manis. Lesung pipit di kedua pipinya menjadi perias yang indah. “Kau kenapa? Seperti bingung begitu?” lanjutnya.
Yong Hwa cemas, ia melihat sejenak ke arah tempat duduknya di ujung sana, takut kalau member lain ada yang melihat keberadaannya bersama gadis yang tengah hangat dibicarakan gara-gara Jung Shin itu. Ia menyuruh Rimma untuk bergeser lebih ke dalam. Rimma yang heran dengan sikap Yong Hwa, menurut saja. “Rimma-yah, kau sedang apa di sini?” tanyanya pelan tapi cemas.
“Kau kira aku ada di tempat seperti ini sedang apa? Tentu saja aku sedang makan bersama teman-temanku. Kau sendiri? Kau dengan siapa ke sini? Ah! Kau bersama member lainnya ya? Ah, aku…”
“Pssttt!” Yong Hwa menyimpan jari telunjuk di depan mulutnya. “Iya, aku bersama member grupku. Ada manajer pula. Mereka mulai bertanya-tanya soal dirimu!”
Mata Rimma membelalak, “Oh jinjja?! Aah, bagus kalau begitu jadi aku bisa…” ia tersenyum senang.
“Bagus apanya menurutmu? Aku hampir gila gara-gara ini! Aku bingung harus berkata apa soal dirimu kepada mereka,” potong Yong Hwa cepat.
“Ya kau katakan saja yang sebenarnya! Aku kan menunggu kesempatan itu datang, sebelum aku pergi lebih jauh lagi.”
Yong Hwa menghela napas dan mengusap wajahnya. “Tidak semudah itu! Aduh, kau jangan berkata seperti itu! Aku harus mencari waktu yang tepat, tapi itu bukan sekarang atau akhir-akhir ini! Pikiranku saat ini sedang fokus kepada lagu yang sedang kubuat dan akan segera dijadikan single untuk album terbaru kami.”
Rimma cemberut, ia lalu memukul bahu Yong Hwa cepat.
“Oh? Rimma-ssi, ternyata kau di sini! Oh? Ini…” tiba-tiba seorang gadis berambut pendek muncul dan ia heran melihat ada seorang bintang dihadapannya. Kedatangan gadis itu membuat percakapan Yong Hwa dan Rimma terhenti sesaat.
“Dia Jung Yong Hwa, leader dan main vokal di grup band favoritku!” jawab Rimma tampak bangga.
“Oh? Ah, annyeong haseyo!” ia langsung menyapa Yong Hwa ramah. Yong Hwa pun dengan ramah langsung membalas sapaan gadis itu. “Ya ampun, aku tidak percaya melihatmu secara langsung. Kau sangat tampan!” katanya kagum.
“Ya!” tegur Rimma sambil mendelik tajam, sedangkan Yong Hwa hanya tersenyum.
“Mengapa kalian ngobrol di sini? Rimma-ssi, kursi kita masih ada yang kosong ajaklah dia ngobrol bersama dan perkenalkan kepada teman-teman lainnya!”
“Ani! Sudah kau kembali saja sana! Sebentar lagi aku kembali!” kata Rimma.
Gadis berambut pendek itu cemberut, “Baiklah! Hmm… Yong Hwa-ssi, nanti aku ingin foto bersama ya!” katanya lagi.
“Cepat pergi sana!” tegur Rimma lagi.
Gadis itu pun pergi, sedangkan Yong Hwa tetap tersenyum melihat ulah kawan Rimma tersebut. “Ih, untuk apa kau tersenyum?” lagi-lagi Rimma memukul bahu Yong Hwa.
***
Jong Hyun, Min Hyuk, Jung Shin, dan manajer masih menunggu kedatangan Yong Hwa yang sedari tadi pamit ke toilet.
“Kemana perginya dia? Lama sekali?” keluh Jung Shin sambil melihat-lihat ke arah toilet.
Sedang begitu, tiba-tiba ia mendengar seorang gadis yang datang dari arah toilet dan kembali duduk ke mejanya yang tidak begitu jauh dari tempat Yong Hwa dan kawan-kawan duduk berkata kepada teman-temannya, “Rimma ada di depan pintu toilet, dia sedang ngobrol. Kalian tahu dia ngobrol dengan siapa? Vokalisnya grup band apa itu yang selalu ia sebut, aku lupa namanya!” katanya memberitakan kepada teman-temannya.
Kontan suasana di meja itu jadi sedikit riuh.
“Jinjja?! Maksudmu Jung Yong Hwa?” tanya teman-temannya tak santai.
“Iya. Dia begitu tampaaannn. Oh, beruntungnya Rimma! Aku harap, Rimma mau mengajaknya duduk bersama kita!” katanya lagi.
“Oooohhhhh~~~!!” ujar teman-temannya berbunga dan benar-benar tidak santai.
Mendengar percakapan itu, ketiga member band lainnya dan sang manajer membelalakan mata dan mulut mereka menganga tak sengaja karena terkejut. Mereka seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengar.
“Maksudnya, gadis bernama Rimma itu ada di sini? Dan, mereka itu adalah teman-temannya?” simpul Min Hyuk tak habis pikir.
“Ah, aku ingin melihat mereka!” Jung Shin tidak sabar dan siap beranjak dari tempat duduknya.
“Ya, tunggu-tunggu!” tahan Jong Hyun.
“Waeyo~~?!” tanyanya tak terima.
“Kau mau mengintip dengan wajah jelasmu seperti itu? Berkamuflase-lah sedikit! Pakai topi dan kacamata ini dan berlagak-lah seperti paparazzi!” Jong Hyun memberinya topi dan kacamata hitam yang dia bawa.
Jung Shin segera mengambil dan memakainya. Ia siap jadi paparazzi dadakan. Sedikit konyol, tapi ia pun segera berjalan menuju ke arah toilet. Belum juga sampai ke toilet, ia sudah bisa menangkap keberadaan Yong Hwa bersama gadis yang disebut-sebut Rimma tadi. Beruntung ada spot yang cukup bagus untuk melihat yang mereka lakukan.
Ia memasang kedua matanya dengan seksama, mengeluarkan ponselnya dan merekam apa yang Yong Hwa dan Rimma lakukan meskipun ia tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakan. Namun hal itu tidak berlangsung lama, Yong Hwa tampak sudah akan kembali ke mejanya. Jung Shin panik, ia pun buru-buru balik kanan untuk kembali ke kursinya.
“Dia kembali!” katanya ribut sambil mencopot kacamata dan topi serta langsung diberikannya kepada Jong Hyun. Jong Hyun segera memasukkan kedua benda itu ke tempatnya semula.
“Kau dapat gambarnya?” tanya Min Hyuk tak sabar.
“Ada! Tapi tidak mungkin diperlihatkan di sini!” jawab Jung Shin sambil sibuk menata duduknya supaya terlihat tak pernah kemana-mana.
Dari arah toilet, tampak Yong Hwa berjalan pelan menuju meja kembali sambil tersenyum karena ada beberapa orang yang menyadari keberadaannya.
“Hyung, kau lama sekali! Kami menunggu jawabanmu!” kata Min Hyuk.
“Mianhae! Tadi ibuku yang menelefon jadi agak lama . Hmm… oh iya? Apakah kalian sudah selesai? Kalau sudah, bisakah kita segera tinggalkan tempat ini dan pulang ke dorm?” tanyanya.
“Kau yakin menelefon ibumu selama itu?” tanya Jung Shin dengan ekspresi datar.