CHAPTER 1 : Because I Believe
Sial pikirnya, kenapa laki laki itu harus berada di universitas yang sama dengan dirnya. Setelah sekian lama hengkang dari korea dan kembali ke korea lagi untuk pertama kalinya. Kenapa harus laki laki itu, pikirnya. Benar benar tak habis dipikirnya, bagaimana dia akan menjalani sisa empat tahun masa kuliahnya di sini. Han ji an, gadis 21 tahun berdarah korea indonesia yang baru saja kembali ke korea setelah 4 tahun tinggal di indonesia. Ia kembali ke korea untuk melanjutkan pendidikannya di bidang seni . tapi kenapa harus di universitas yang sama dengan laki laki itu?
Hari ini adalah hari pertamanya masuk kelas melukis , ia memang kuliah di jurusan arts di korea national university of arts. Ayahnya adalah seorang pelukis asal korea dan ibunya adalah seorang ahli gizi berkewarganegaraan indonesia. Ji an sendiri lahir di korea. 4 tahun yang lalu ia harus kembali ke indonesia karnaa hak asuhnya jatuh ke pada ibunya setelah kedua orang tuanya bercerai. Setelah lulus SMA ia memutuskan untuk kuliah di korea dan tinggal dengan ayahnya. Tidak bisa di bohongi memang darah seni memanggilnya untuk kembali ke negara ini.
Kelas pertama yang di hadirinya di hari pertamanya kuliah adalah kelas melukis. Tapi ia terekejut sekali, bahkan ia hampir pingsan karna lupa bernafas untuk beberapa saat. Tatapan itu, pipi merah itu, segala bentuk lekuk wajah lelaki itu membuat tubuhnya berhenti bekerja. Ekspresi sama juga tergambar di wajah laki laki itu. terkejut. Mereka berdua sama sama terkejut. Laki laki itu di kenal betul oleh ji an. Tentu saja, bagaimana mungkin ia bisa lupa wajah yang selama 15 tahun selalu berada di sekitarnya. Anak laki laki yang kini sudah tumbuh menjadi seorang laki laki tampan, terkenal dan sukses. Suho, lelaki berusia 21 tahun , salah seorang member boy group yang saat ini digilai berjuta wanita di dunia.
Kelas melukis berlangsung selama 2 jam, karna ini adalah hari pertama, kelas hanya diisi dengan pengenalan dosen dan sesama mahasiswa. Saat dosen mengabsen nama suho, kelas mendadak ramai. Semua orang heran, apa yang di lakukan seorang idol terkenal di kelas ini. Tapi tidak bagi ji an, dia tahu betul suho adalah anak yang tumbuh dari keluarga berpendidikan. Tak heran jika ia masih pergi kuliah walaupun sudah terkenal.
Saat kelas berakhir ji an tak membuang waktunya. Ia langsung melesat pergi meninggalkan kelas. Ia tak mau berbicara atau sekedar bertegur sapa dengan teman masa kecilnya itu. terlalu banyak sakit yang di ingatnya ketika ia melihat bayangan wajah itu. ji an dan suho adalah teman masa kecil, ibunya dan ibunya suho adalah teman yang bekerja di rumah sakit yang sama. Usia mereka hanya terpaut 3 bulan.bisa di bilang mereka tumbuh bersama.
Tak ada hubungan sahabat antara seorang pria dan wanita. Entah bagaimana, perasaan lebih dari teman akan timbul dengan sendirinya. Ji an mulanya menyangkal perasaan ini. Tapi perasaaanya tumbuh lebih besar dari ego nya.
4 tahun yang lalu, ketika orang tua nya bercerai, ji an harus pergi bersama ibunya ke indonesia. Sebelum pergi, ia memutuskan untuk memberi tahu suho tentang perasaannya. Mungkin ini juga adalah pertemuan terakhir bagi ji an dan suho. Suho sendiri tengah di sibukan dengan berbagai trainning nya dan persiapan untuk debutnya.
~ 4 tahun lalu 22 november,
Butiran salju menari cantik di iringi symphoni angin bulan november. Malam itu cuaca sangat dingin, kepulan asap keluar dari hidung setiap orang yang bernapas. Ji an dan suho duduk di taman bermain dekat rumah mereka. Di kedua pasang tangan itu masing masing memegang segelas coklat panas yang baru mereka beli. Raut kecewa tergambar jelas dari wajah suho
“bagaimana bisa kamu tidak mengatakan apapun,,?? Kau bilang kita sahabat, tapi kau sendiri yang mengingkarinya!” bentaknya kesal
“ karna aku tidak mau merusak kebahagianmu, makanya aku tidak menceritannya padamu”
“ bagaimana bisa aku tidak mengetahui sedikitpun tentangmu” suranya melemah “maafkan aku”
“tidak apa, toh semuanya sudah berlalu. Kedua orang tuaku bercerai dan sekarang aku harus pergi ke indonesia”
“ tidak bisakah kau tinggal sampai hari debutku?”
“maafkan aku”
“ sebelum aku pergi, sepertinya aku harus mengatakan ini pada mu” “memalukan memang, tapi ini adalah perasaanku, aku pikir aku akan menyesalinya jikatak mengatakannya padamu.”
Diam. Sejenak hening di antara mereka. Suho tahu apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh ji an. Tapi ia tetap diam. “aku.... aku... aku menyukaimu, “ “kau tak perlu menjawab, ini hanyalah perasaan ku, aku tak memintamu untuk membalasnya. Biar ku urus sendiri perasaanku. Aku hanya,,,, hanya ingin mengungkapkannya.”
“ji an-ah....”
“kau tidak perlu merasa bersalah, kau tidak pernah menyuruhku untuk menyukaimu. Aku yang melakukannya” pipinya sudah merona merah karna dinginnya malam itu. tapi kini pipinya seperti tomat matang yang siap dipanen.
“ji an-ah....”
“suho-ya fighting!! Jangan lupakan aku setelah kau debut. Jadilah penyanyi besar, agar aku bisa melihat foto fotomu di internet” kata ji an berusaha mencairkan suasana
“ baiklah, tunggu dan lihat,, akan ada banyak foto kerenku di internet hehe,, “ balas suho berusaha menghibur ji an. Salju turun makin deras. “ sebaiknya kita pulang,, saljunya semakin deras”
“suho-ya,, mungkin ini agak memalukan, tapi aku harus memastikan satu hal lagi. Untuk terakhirkalinya, hanya kali ini, mau kah kau menggenggam tanganku?” tanya jian sambil mengulurkan tangannya.
Hening lagi. Tapi kemudian suho mengangguk, diraihnya tangan yang terulur itu.ji an memegangnya dengan erat. Hatinya berdegup. Suara angin seketika terdengar begitu jelas. Ia menunggu. Menunggu tangannya balas di genggam. Lama tak ada balasan. Hingga ketika ji an hendak melepas tangannya. Tangan suho balas menggenggamnya.
~~~~
Setelah beberapa tahun di indonesia, ji an masih terus percaya pada pilihannya. Malam itu, ketika suho membalas genggaman tangannya. Saat tangan mereka terpaut erat, ji an percaya bahwa mungkin suho akan memiliki perasaan yang sama dengannya. Ia menunggu. Ia bertahan. Awalnya
Ia masih sering bertukar kabar dengan suho, hingga saat ia debut dan sibuk dengan segala kegiatannya ia masih sempat untuk mengabari ji an. Hingga sampai di satu titik ketika entah mengapa suho tak pernah lagi membalas suratnya. Ji an memakluminya, kini suho adalah orang yang sangat sibuk, tak apa pikirnya. Ia akan terus mennunggu. Hingga suatu saat berita berita itu bermunculan di media.
SUHO LEADER EXO BERKENCAN DENGAN SEORANG MODEL KOREA.
Awalnya ji an tidak percaya, dan ia tetap menunggu. Ia terus mengirimi suho surat, setidaknya sebulan sekali. Tapi tak pernah satu pun suratnya berbalas.
Ia benar benar tidak pernah menyangka akan bertemu suho secepat ini setelah kembali ke korea, di hari pertamanya kuliah. Dan mulai saat ini, ji an akan menghabiskan waktu nya selama empat tahun sebagai teman sekelas dengannya.
“kupikir keberuntungan membenciku” batinya dalam hati.
Keesokan harinya, ia masih harus menghadiri kelas melukisnya. Dan lagi, ia harus bertemu dengan suho. Hari ini dosen meminta mereka untuk melukis apapun yang mereka pikirkan. Ia mnempati tempat di dekat jendela yang mengadap taman kampus, ia bersiap dengan semua alat lukisnya. Ketika seseorang menempatkan diri disebelahnya.
“ji an-ah annyeong,,,”
Sial. Pikir ji an.
“ kumohon jangan bicara dengan ku,semua mata menatap kita. Aku tidak mau menjadi sasaran para penggemarmu”
“hey ada apa denganmu,,?”
Diam. Ji an berusaha mengabaikannya.
Kelas selesai setelah dosen selesai memberikan mereka tugas untuk membuat jurnal bergambar tentang hal yang paling mereka syukuri di dunia ini. Ji an tak membuang waktu dan langsung pergi meninggalkan kelas. Ia tak masih belum siap berbicara lebih banyak dengan suho.
~
Keesokan harinya ia merasa laga karna tidak ada jadwal kelas melukis hari ini. Ini pertama kalinya bagi ji an untuk benar benar menikmati hari kuliahnya, ia menghadiri kelas ballet dan matematika hari ini. Ia juga pergi ke taman kampus untuk membuat jurnal bergambarnya.
Hari demi hari berusaha dilaluinya dengan kuat.ia dan suho masih belum bertukar sapa satu sama lain. Ji an juga sadar, jika ia terlihat dekat dengan suho ia tak akan pernah menjalani kehidupannnya di korea dengan normal. Sebagai member grup sebesar EXO, sudah barang tentu ia memiliki berjuta gadis yang menggilainya. Gadis gadis yang rela untuk menghabiskan uang mereka untuk membelikan hadiah hadiah bermerek untuk suho. Pernah suatu saat, kelas menjadi heboh karna seorang gadis melempar ribuan permen coklat ke dalam kelas. Tentu saja semua orang tahu bahwa coklat coklat itu di tunjukan untuk suho.
Sebulan sudah di laluinya.malam ini salju mulai turun, ia memutuskan untuk pergi ke kedai kopi dekat apartemennya, ia juga membawa jurnal bergambarnya untuk di kerjakan. Ia memilih tempat di pojok ruangan di dekat jendela yang menghadap ke jalan. Ia fokus mengerjakan jurnalnya itu, hingga ia tak menyadari seorang sudah duduk di hadapannya.
“kau terlihat manis jika sedang serius,, dulu juga begitu”
Ji an terlonjak, entah bagaimana suho sudah duduk di hadapannya. “bagaimana kau tau aku ada di cafe ini?”
“aku sedang berjalan di sekitar sini, dan aku melihatmu dari jendela, awalnya aku ragu, makanya aku masuk untuk memastikanya”
“keberuntungan benar benar membenciku” ji an membatin. Suho bangkit dan pergi ke counter untuk memesan. Ia mengenakan jaket hijau lumut tebal, turttle neck yang menutupi setengah wajahnya, syal coklat dan topi hitam. Tentu saja wajah terkenalnya itu harus disembunyikannya dengan baik. Suho selesai memesan dan kembali menghampiri ji an.
“pergilah, aku benar benar tidak ingin terlibat masalah “
“ji an-ah,, kenapa kau seperti ini,,? apa kau menghindari ku? Kau mengabaikanku? Tapi kenapa? “
“kau bilang mengabaikanmu,,? Hah,, kau seharusanya menjadi komedian. Apa yang kau lakukan selama 4 tahun ini?? Ah aku lupa, kau adalah suho dari grup EXO”
“apa kau marah karna kita tak pernah lagi saling bertukar kabar?”
“marah? Siapa aku? Kenapa aku harus marah? “
“ji an-ah,, ,,”
“jangan panggil aku dengan suara itu, itu benar benar menyakitkan”
“maafkan aku”
“maaf kau bilang? Apa maaf bisa mengembalikan semua waktu ku yang sia sia unutuk menunggumu?
“aku juga ingin menghubungimu,, tapi semua kegiatan ini menyulitkan ku?
“sekedar untuk membalas suratku pun tak bisa,, wahh kau benar benar hebat sekarang suho-ya. Malam itu, kupikir kau mungkin juga memiliki perasaan yang sama dengan ku. Ketika tangan mu membalas genggaman tanganku, kupikir aku bisa menunggumu. Tapi apa,, kau bahkan mengabaikan surat ku, dan... dann” suaranya tercekat di tenggorokan. Pengelihatannya buram karna air mata sudah penuh di pelupuk matanya.
“dan kau berkencan dengan gadis lain,” ia tak mampu lagi menahan air matanya. “ saat aku berusaha mengendalikan perasaanku, saat aku bahkan tak pernah meleihat laki laki lain, yang kau lakukan adalah sebaliknya”
“ji an-ah,, maafkan aku karna membuatmu menunggu, aku tidak akan memberi alasan padamu. Tentang suratmu” suho mngeluarkan kotak berwarna coklat dari kayu dari dalam tasnya, “ aku membaca semuanya, aku tak pernah menghilangkan satupun” suho membuka kotak itu,
Ji an tercengang, bertumpuk tumpuk kertas berbagai warna ada di dalam kotak itu. ia mengenalinya. Itu surat suratnya.
“tapi,, tapi,, bagaimana bisa kau tidak membalasnya padahal kau membaca semuanya?”
“ perusahaan tidak mengijinkan ku melakukannya,, maafkan aku” suho kembali mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Kali ini ia mengeluarkan buku yang sama dengan yang jia pegang saat ini. Jurnal bergambarnya.
“terima kasih karna telah mengguku” suho menyerahkan buku itu pada jian.
Ji an membuka buku itu lembar demi lembar, lembar pertama tedapat gambar seorang gadis berambut panjang yang membelakanginya.
Lembar kedua, seorang gadis berambut panjang terurai sedang melukis di bawah pohon.
Lembar kedua, gambar seorang ballerina yang sedang menari.
Setiap lembar berisi gambar sorang gadis yang melakukan berbagai kegiatan.
Hingga di lembar terakhir, ji an melihat sketsa wajah gadis itu. lututnya lemas, tangannya gemetar. Gadis itu adalah dirinya.
“ aku benar benar bersyukur bahwa aku memiliki orang sepertimu, surat surat itu menyadarkannku, bahwa kau adalah hal yang paling kusyukuri di dunia ini”
“terimakasih telah menungguku ji an-ah. Aku juga mencintaimu. Berkencanlah denganku”