CHAPTER 2 : 2.Seorang Photographer
Aku ingat betul bahwa kemarin aku meminta karyawan Coffee Scent yang cuma berjumlah dua orang itu untuk menyiapkan lokasi interview dan beberapa hal yang kira-kira perlu. Namun begitu d-day aku baru sadar ada hal yang luput dari persiapan kami yakni fans seabrek yang datang demi menonton si photographer. Aku tak tahu seberapa populer si photographer ini tapi yang jelas Coffee Scent jadi penuh dengan manusia yang kebanyakan perempuan. Belum lagi yang berada di luar kedai, mereka yang tak kebagian tempat di dalam rela berjubel di luar meski salju menerpa. Mereka yang sebagian membawa kamera DSLR sibuk memotret atau merekam si tokoh idola. Daebak, baru kali ini aku menyaksikan Coffee Scent didatangi banyak orang.
"Aku tak menyangka ada photographer yang digilai macam ini." Celetukku sambil mengamati orang yang diwawancarai itu dari counter barista.
"Namanya Kim Myungsoo, usia 24 tahun, daftar penghargaan wah wah, photobook keren keren, pameran heol daebak,, " Chanyeol berdecak sambil memandangi layar handphonenya. Entah suruhan siapa, Chanyeol sempat browsing perihal profil tamu istimewa kami di internet.
Aku ikut melongok ke informasi itu, memastikan bahwa laki-laki yang bernama Kim Myungsoo ini memang photographer terkenal dengan segambreng fans.
"Lebih cocok jadi idol ya ketimbang photographer." Candaku setelah melihat profilnya,
"Benar Boss, setuju." Timpal Chanyeol.
Kami berdua kompak memandangi si objek pembicaraan.
"Kalau jadi idol, posisi dia jadi apa di tim? Vokal? Visual kali ya."
"Atau rapper." Chanyeol menambahi.
"Eeey, kalau rapper itu kan obsesimu." Kataku tanpa mengalihkan pandangan. Bisa aku rasakan gelombang keterkejutan dari sosok di sebelahku. Mungkin dia tak menduga aku tahu.
"Boss," panggilnya lirih.
"Masih disini? Siapa yang suruh kamu berdiri santai sambil browsing di internet. Ayo antarkan kopi lagi." Perintahku.
Muka itu tampak bingung.
"Sudah selesai Boss, memang ada pesanan lagi?" Chanyeol mengecek catatan kecil dari kantong celananya.
"Bagikan saja kopi hangat untuk fans-fans yang di luar. Bilang ke mereka kalau itu gratis. Aku tak tega melihat mereka kedinginan seperti itu." Jelasku sambil menepuk bahunya.
Tanpa berkata lagi, Chanyeol segera melaksanakan apa yang aku minta. Dia membagikan kopi hangat dan senyum hangat pada tiap orang. Apa dia tak tahu bahwa dalam cuaca sedingin ini senyumnya itu lebih menghangatkan hati wanita ketimbang kopi yang ia bagi-bagikan?
***
Diam-diam aku memang tahu banyak tentang Chanyeol, sebenarnya tak cuma Chanyeol lebih tepatnya orang-orang di sekitarku. Maklum, kemampuan observasiku yang diatas rata-rata , atau kalau Kakakku bilang yang berbanding tipis dengan tingkat kurang kerjaan yang diatas rata-rata juga. Tapi mau bagaimana lagi beginilah takdir seorang kreator webtoon. Apa hubungannya? Kadang itu juga aku masih ragu.
Siang ini, berbeda dengan siang kemarin yang penuh dengan orang, kedai ini sungguh sepi. Tanpa susah menghitung cuma ada dua orang yang menjadi customer. Seorang perempuan yang aku tahu sebagai fansnya Chanyeol dan seorang pria yang tak kukenal. Mataku tertumbuk pada si perempuan. Hal menarik dari perempuan ini adalah tak peduli hujan atau badai, dia akan datang kemari demi melihat Chanyeol. Dia akan duduk di tempat yang sama. Begitu Chanyeol datang ke tempat dia duduk entah untuk mencatat pesanan atau mengantarkan pesanan, muka perempuan itu akan bereaksi. Binar itu, senyum itu, gelagat itu, sudah jelas dia menyukai Chanyeol. Meskipun si Chanyeol sendiri mungkin tak tahu. Tunggu, apa benar dia tak tahu?
Sebagai webtoonist kadang aku tergelitik untuk membuat kejadian ini menjadi cerita dalam webtoon. Namun sayangnya aku tak ahli dalam cerita cinta. Karya-karya yang pernah kubuat tak pernah keluar dari genre thriller atau detektif. Dan hal buruk pun terjadi padaku sejak seminggu lalu.
Karirku sebagai webtoonist bakal terancam jika sampai tenggat waktu yang diminta editor aku belum bisa menyerahkan draft cerita webtoon yang baru dengan tema cinta. Sial, sial, sial. Sampai saat ini belum ada ide satupun yang pas untuk cerita baru. Ditambah kesibukanku yang mendadak menjadi bos di Coffee Scent ini menambah daftar halang rintang dalam hidup seorang webtoonist ini.
Pandanganku melayang keluar jendela, mengamati butiran-butiran putih yang turun dari langit. Berharap ada ide-ide yang berjatuhan disana.
"Annyeong Hasseo," sapa seseorang tiba-tiba. Aku tak sadar jika ada orang yang datang mendekat.
Aku menoleh, yang menyapaku adalah pria tinggi dalam jaket warna hitam. Aku pernah lihat orang ini, ah yang kemarin! Kim Munsoo? Kim Hyunsoo?
"Nuguseyo?" Tanyaku akhirnya, lebih baik bertanya daripada salah sebut nama.
"Perkenalkan saya Kim Myungsoo, yang kemarin sempat ada interview disini." Tangannya terulur dibarengi senyum di wajahnya.
"Shin Goeun imnida." Balasku sambil menjabat tangan itu. Sebut aku gila tapi aku merasa ini adalah musim semi setelah bersentuhan dengan tangannya.
Musim semiku masih berlanjut, kali ini ditambah bunga-bunga warna-warni bermekaran dan bonus sinar matahari yang hangat. Iya, Shin Goeun sedang mengabaikan realita cuaca di luar sana. Dan itu gara-gara orang yang bernama Kim Myungsoo ini. Dia yang duduk di hadapanku dan sedang mengaduk kopi hitam di cangkirnya. Dia orang betulan? Atau tokoh komik yang dengan ajaibnya bisa muncul ke dunia manusia? Tiba-tiba dia mendongak, menemukan mataku. Aku nyaris tersenyum bak idiot, tapi berhasil aku tahan.
"Jadi, jadi, apa yang membuatmu datang menemuiku?" Tanyaku, tanpa bisa menyembunyikan nada gugup.
Myungsoo tersenyum mendengar pertanyaanku tadi, "Aku cuma ingin mengucapkan terima kasih." Jawabnya kemudian.
"Terima kasih untuk apa ya kira-kira?" Aku tak mengerti arah pembicaraan pemuda ini.
Tak lama berselang, Myungsoo langsung bercerita tentang salah satu fansnya yang entah bagaimana caranya 'melapor' pada dirinya. Bahwa kemarin kedai ini membagi-bagikan kopi gratis pada fans yang ada di luar kedai. Kini jelaslah sudah maksud ungkapan terima-kasih tadi. Mendengar hal itu aku jadi salah tingkah dan hanya bisa memainkan ujung lengan sweater yang aku pakai. Sedetik kemudian aku sadar, sweater ini adalah sweater gombrong milik kakakku yang sudah aku pakai sejak tadi malam. Harusnya aku tak pakai ini hari ini, sesalku.
Myungsoo tiba-tiba mengeluarkan sebuah flyer dan sebuah kartu nama dari saku jaketnya.
"Sebagai tanda terima kasihku, aku harap kamu bisa datang ke pameran amal Sabtu ini."
Aku mencermati flyer itu, ternyata akan ada sebuah acara amal yang digelar oleh sejumlah photographer terkenal Korea dan kutemukan nama Kim Myungsoo di baris terakhir dari deretan nama yang ada.
"Aku usahakan datang. Terima kasih." Kataku sambil tersenyum kecil meskipun di wajah asliku yang entah bersembunyi di mana, aku tersenyum lebar.
Sekilas dia melihat jam tangannya. Raut muka itu kaget.
"Maaf, sepertinya aku harus pergi sekarang, senang bisa bertemu."
Tangan itu terulur lagi, dan tak butuh waktu lama untuk aku menyalaminya. Dia pun pergi.
Musim semi dalam imajinasiku berakhir. Tinggal dingin yang menunggu waktu untuk kembali merayap. Kupandangi flyer dan kartu nama yang Myungsoo tinggalkan tadi. Sebuah tanda tanya muncul entah dari mana asalnya. Tanda tanya itu terus mengikutiku bahkan sampai menjelang tidur. Dalam temaram, aku memandangi kartu nama warna hitam dengan tulisan Myungsoo Kim berwarna emas itu sekali lagi. Mungkin jawaban atas tanda tanyaku akan muncul kalau aku pandangi benda itu. Namun, hingga mata ini menyerah pada sunyi malam tak kutemukan jawaban yang aku inginkan.
to be continued ...
Hello, ini Dee_Panda
How's the story? Good? Bad? Entertaining?
Please let me know your comment about this story,,
See U!
~_~ Dee_Panda