CHAPTER 1 : Gadis Baru Tetangga Woohyun. (Ep 1)
Hoshi berlari menuju rumah temannya setelah melihat seorang gadis cantik turun dari mobil. Hoshi membuka pintu rumah temannya, lalu menghampiri temannya yang sedang asik makan ramen di ruang tamu.
‘Kalian akan terkejut dengan berita ini’ tungkas Hoshi dengan antusias, namun semua teman-temannya masih asik makan ramen.
‘Kamu pasti ingin menginfokan kalau Bum buang air besar sembarang, dan kamu menginjak kotorannya’ celetuk Hanbin.
‘Ya! Kamu menghacurkan selera makanku’ protes Woohyun yang meletakan sumpitnya di atas meja. Hoshi mengambil sumpit milik Woohyun dan mencicipi ramen.
‘Maaf’ ucap Hanbin singkat dan melanjutkan makannya.
‘Ada berita apa?’ tanya Woohyun.
‘Ada seorang gadis yang pindah, rumahnnya berada di samping rumah mu’ tungkas Hoshi setelah mengunyah ramen.
‘Bum saja kamu bilang cantik’ tungkas Hanbin, Woohyun mengerutkan keningnya.
‘Sepertinya kita harus menjemput majikan si Anjing (*Bum) agar ia tidak buang kotoran sembarangan lagi’ tungkas Woohyun yang mengelap mulutnya dengan tissue.
‘Tidak usah, sebentar lagi juga sampai’ tungkas Hoshi yang sibuk memakan ramen isi sosis dan telur itu.
‘Bukannya dia sudah pulang?’ tungkas Hanbin yang membuat kedua temannya menengok ke arahnya.
‘Mian. Aku kira kalian sudah tau’ tungkas Hanbin dengan senyum kikuk.
‘Cepat telpon Hyungwon’ pinta Woohyun. Hoshi langsung menyambar telepon rumah yang terletak tak jauh darinya. Ia menekan sejumlah nomer untuk menelpon Hyungwon yang rumahnya hanya berjarak dua rumah dari rumah Hanbin.
‘Ya! Semalam Ibu ku sudah marah-marah karena tangihan telepon rumah membengkak, dan sekarang kau pakai telepon rumah ku. Kenapa tidak telepon lewat handphone saja?’ protes Hanbin.
‘Pasti ia akan bilang pulsanya habis’ celetuk Woohyun.
‘Oh.. Hallo Hyungwonie. Kami sedang kumpul di rumah Hanbin. Kesinilah’ tungkas Hoshi ketika Hyungwon mengangkat teleponnya. Tanpa mendengarkan jawaban Hyungwon, Hoshi telah menutup teleponnya.
‘Ayo kita ke kamar Hanbin’ ajak Woohyun.
Woohyun, Hanbin dan Hoshi berdiri sejajar di blakon kamar Hanbin. dari sana mereka dapat melihat rumah Hyungwon. Seseorang yang sedang mereka tunggu akhirnya keluar dari rumahnya. Hyungwon memakai baju lengan panjang berwarna hitam dengan celana panjang berwarna senada. Tepat Hyungwon berada di bawah balkon kamar Hanbin, Hoshi menumpahkan Hyungwon dengan tepung terigu, di susul dengan pecahan telur dari Woohyun dan kuah mie ramen yang telah dingin dari Hanbin.
‘Selamat datang kembali di Mapo Gu’ Tungkas ketiga pria itu dengan tawa. Hyungwon memutar balik tubuhnya dan berjalan kearah rumahnya.
‘oh.. liat itu’ tungkas Hoshi yang menunjuk seorang gadis yang keluar dari samping rumah Woohyun setelah Hyungwon masuk kedalam rumahnya. Kedua teman Hoshi menengok kearah tanganya menunjuk.
‘Kamu beneran memiliki tetangga baru’ ledek Hanbin.
Yang di ledek hanya terpesona dengan gadis yang keluar dari rumah di sampingnya. Rambut kecoklatan gadis itu terkena sinar matahari, membuat warna rambutnya lebih terlihat coklat.
‘Oppa.. Aku lapar’ tungkas Hanbyul yang berdiri di kamar Hanbin. Ketiga laki-laki itu menengok kearah Hanbyul. Gadis mungil itu berdiri memeluk boneka teddy bear – nya.
Hoshi berjalan menghampiri Hanbyul dan membelai rambut hitamnya ‘Hanbyul-a, Saranghae’ tungkas Hoshi yang berlalu. Woohyun yang berdiri di belakang Hoshi pun menggoda Hanbyul.
‘Hanbyul-a. Ingat, kamu harus berpacaran dengan Oppa saat sudah besar nanti’ tungkas Woohyun yang mengedipkan matanya.
‘Ya! Apa kamu gila?’ tungkas Hanbin yang menendang pantat Woohyun hingga Woohyun nyaris terseluncur. Bukannya marah, Woohyun malah tertawa. ‘ Hanbyul-a, Oppa saranghae’ tungkas Woohyun yang berlari. Menatap tingkah teman-temannya yang membuat geleng-geleng kepala, Hanbin hanya mengendong Hanbyul menuju dapur.
₪
Woohyun memasuki kamar Hyungwon lalu melemparkan tubuhnya keatas kasur empuk Hyungwon. Hoshi yang masuk kamar Hyungwon setelah Woohyun hanya dapat duduk di karpet berwarna ungu.
‘Sepertinya sudah lama sekali aku tidak kesini’ tungkas Woohyun yang menjadikan kedua tanganya sebagai bantal dan memandang langit-langit kamar Hyungwon.
‘Tahun kemarin aku yang paling menyedihkan. Aku sekelas dengan Hyungwon, kamu dan Hanbin. Tapi saat baru memasuki kelas dua, Hyungwon terpilih sebagai siswa pertukana pelajar ke Amerika, dan aku sendirian di kelas’ cerita Hoshi.
‘Tidak usah berlebihan, kamu sering bolos ke kelas ku’ ledek Woohyun. Hyungwon masuk kamarnya dengan tiba-tiba dan melempar handuk basahnya ke Woohyun, membuat handuk basah itu menutupi wajah Woohyun. Yang di lempari handuk malah tertawa.
‘Kapan kamu pulang?’ tanya Hoshi.
‘Kemarin, saking lelahnya aku tidak dapat menemui kalian’ tungkas Hyungwon yang memakain cream wajah.
‘Bagaimana dengan Amerika? Kamu beruntung bisa pergi kesana’ puji Woohyun.
‘Kamu juga bisa pergi kesana dengan mudahnya, bahkan dengan artis-artis top Korea. Tidak usah berlebihan’ cibir Hyungwon. Yang di cibir malah melempar handuk basah kearah Hyungwon.
‘Kalian tidak pernah berubah’ keluh Hoshi.
Seisi kamar langsung menengok kearah pintu ketika pintu terbuka, Hanbin berdiri di balik daun pintu dengan senyum meledek.
‘Yah! Kamu benar sudah pulang, aku pikir semalam yang datang kembaranmu’ tungkas Hanbin yang menunjuk Hyungwon, namun Hyungwon malah melempar handuk basah ke wajah Hanbin.
‘Sekolah sepi tanpa mu’ tungkas Woohyun.
‘Dan updatean mu di twitter kita, semua anak-anak menanyakan dirimu kepada kami’ keluh Hoshi.
‘Aku rasa aku makin tampan, pasti banyak yang makin tergila-gila denganku’ tungkas Hyungwon yang menatap dirinya di cermin.
‘Aku pulang dulu’ tungkas Hanbin.
‘Aku juga’ tungkas Hoshi yang bangun dari duduknya.
‘Kurangi rasa percaya dirimu itu, aku pulang dulu’ tungkas Woohyun yang bangun dari tempat tidur dan menepuk-nepuk pundak Hyungwon.
‘Kalian sungguh tidak ingin oleh-oleh dari Amerika?’ tanya Hyungwon yang membuat ketiga sahabatnya itu membalikan tubuh mereka, dan tersenyum menantap Hyungwon.
₪
Pada tahun 2008, Hoshi datang ke rumah Woohyun. Pada hari itu ketiga laki-laki itu sedang kumpul di rumah Woohyun untuk sama-sama mengerjakan tugas dari sekolah masing-masing.
‘Kalian tau? Ayahku sedang menanam modal di Twitter. Mari kita membuat aku Twiiter’ Ajak Hoshi.
‘Aku tidak bisa bermain itu’ keluh Woohyun.
‘Aku kurang suka media sosial’ protes Hyungwon.
‘Aku bingung apa yang mau aku update’ celetuk Hanbin.
‘Aissshhh’ gerutu Hoshi. ‘Bagaimana kita buat satu akun saja? Nantinya kita gunakan akun itu secara bersama-sama. Kita boleh mengupdate apapun disana.’ usul Hoshi, ketiga sahabatnya masih berkuntat dengan tugas mereka.
‘Boleh juga’ jawab Hyungwon.
‘Aku setuju’ jawab Hanbin.
‘Buat akun Twitter –nya, nanti beri tahu aku cara mainnya’ tungkas Woohyun.
Bermulai dengan akun twitter yang mereka pakai secara bersama-sama, mereka mulai berbagi tentang apapun. Mulai dari mereka yang suka berjalan-jalan, nonton konser, keluarga mereka hingga prestasi mereka.
₪
‘Aku mendengar lagu baru ciptaan Ayahmu, aku suka lagunya’ tungkas Hyungwon yang duduk di sofa panjang, di sebelah Hyungwon, Woohyun telah berbaring dengan paha Hyungwoon yang menjadi bantalnya.
‘Gomawo Hyungwonie, saranghae’tungkas Woohyun yang asik membaca comik.
‘Kenapa satupun dari kalian tidak ada yang mengikuti jejak Ayahmu?’ tanya Hyungwon.
‘Entahlah’ tungkas Woohyun yang menghela nafas ‘Ayahku sudah mengenalkan music kepada kami sejak kami masih kecil, tapi aku lebih menyukai olahraga, dan Noona lebih suka menulis. Ayah menyerah saat kami menujukan diri kalau kami tidak ingin mengikuti jejaknya’ cerita Woohyun.
‘Aku baru saja membaca novel terbaru milik Wooyeon Noona. Apa ia membawamu ke dalam novelnya lagi?’ tanya Hanbin yang sedang sibuk dengan kamera DSLR nya.
‘Ia pasti menulis sesuatu yang aneh tentang kamu’ celetuk Hoshi.
‘Entahlah, akhir-akhir ini Noona sering memberikan surat cinta untukku. Katanya dari pengemarnya yang penasaran tentang ku’ Cerita Woohyun.
‘Woooo.. lama tidak bertemu denganmu, kamu sudah terkenal sekarang’ puji Hyungwon.
‘Tidak ada yang asik dari cerita blog Noona dan novel Noona yang mempermalukan aku’ keluh Woohyun.
‘Kamu harus bersyukur memiliki Noona yang baik seperti Nam Woo Yeon’ ledek Hanbin.
‘Kamu gila?’ gerutu Woohyun.
‘Hyungwonie, Apa kamu tau kalau Woohyun memiki tetangga baru yang cantik’ tungkas Hoshi dengan antusias.
‘Hentikan itu’ pinta Hanbin.
‘Kamu sudah cerita itu beribu-ribu kali’ ucap Woohyun.
‘Bum saja dia bilang cantik’ celutuk Hanbin.
‘Yah! Kalian’ tungkas Hoshi dengan nada sedikit tinggi.
‘Mian’ tungkas Woohyun dan Hanbin secara berbarengan tanpa menatap Hoshi, sedangkan Hyungwon hanya tertawa melihat tingkah temannya.
‘Memangnya ada yang bisa mengalahkan kecantikan Yeon Noona?’ tanya Hyungwon.
‘Apa kamu mau mati? Berhenti untuk bilang Noona ku cantik. Dia tidak pantas mendapatkan itu’ tungkas Woohyun, ketiga temannya mengatakan ‘Woooo’ lalu tertawa.
‘Aku melihatnya kemarin saat pulang dari Amerika, aku rasa ia seperti gadis kebanyakan’ komentar Hyungwon.
‘Karena kamu telah memiliki pacar, kamu bilang dia biasa saja’ komentar Hoshi.
‘Tapi kami sudah putus sebulan yang lalu’ ucapan Hyungwon membuat Woohyun terbangun dan menatapnya.
‘Oh my god, Jenifer’ tungkas Woohyun.
‘Apa kamu serius?’ tanya Hoshi.
‘Syukurlah, aku tidak suka dengan wanita yang suka memakai rok pendek depan umum’ tungkas Hanbin.
‘Kami berpisah sebulan sebelum aku menyelesaikan pertukaran pelajarku’ cerita Hyungwon membuat ketiga teman-temanya menyokaran kata ‘Wooo’
‘Seleramu sudah berubah, kamu mungkin lebih suka cewek Amerika’ komentar Hoshi.
‘Aku harus latihan sepak bola, sampai ketemu nanti’ pamit Woohyun.
***
Wooyeon melangkahkan kakinya ke kamar Woohyun yang berada di lantai dua rumah mereka. Wooyeon mengengam segelas cangkir coklat panas di tangan kirinya dan tangan kananya memengang gagang pintu yang barusan ia buka. Ia melihat adiknya sedang sibuk mengambil baju yang ada di atas lemari.
‘Sepertinya aku harus membuatkanmu tangga kecil agar kamu bisa menggambil barang-barangmu di atas lemari’ keluh Wooyeon ketika melihat adiknya berjijit untuk mengambil sesuatu.
‘Jika Noona tidak mau membantu, tidak usah meledek ku’ tungkas Woohyun kesal. Wooyeon meletakan coklat panasnya di atas meja, manarik kursi kearah lemari Woohyun. Wooyeon naik ke atas kursi dan mengambil bola yang ada di dalam lemari.
‘Anak kecil ini’ tungkas Wooyeon yang menempelkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke kening Woohyun dan memutar-mutar kedua jarinya di atas kening Woohyun.
‘Ah… Sakit’ protes Woohyun. Wooyeon melempar asal bola yang tadi ia ambil dan turun dari atas kursi, ia berjalan untuk mengambil coklat panasnya dan berniat untuk keluar dari kamar adiknya. Woohyun mengambil tas dan bolanya.
‘Noona, gomawo’ tungkas Woohyun yang mengambil coklat panas dari tangan Wooyeon dan langsung meminumnya, sedetik kemudian ia menyemburkan coklat panas itu ke wajah Wooyeon.
‘Panas..’ keluh Woohyun. Wooyeon memasang wajah kesal kepada adiknya.
‘Ya!’ Teriak Wooyeon.
‘Noona, aku pergi. Saranghae’ tungkas Woohyun yang berlari terburu-buru. Ia tau, Noonanya akan marah besar kelau ia masih berada di kamarnya. Woohyun berlari sangat cepat, membuka pintu rumahnya dan pagar rumahnya dengan sangat cepat. Woohyun tak perduli Noona –nya berteriak di dalam rumah, yang ada di pikirannya adalah ia pergi dari hadapan Noona –nya.
‘Au..’ Woohyun yang sibuk berlari sambil menengok ke belakangpun terkejut kalau ia menabrak seseorang.
‘Oh tetangga baru’ tungkas Woohyun yang berencana ingin membangunkan gadis yang ia tabrak. Namun teriakan Wooyeon terdengar semakin dekat, Woohyun meninggalkan gadis itu dan lekas pergi.
Wooyeon berteriak-teriak di depan pagar rumahnya, memanggil adiknya.
‘Lama tidak bertemu dengan kalian, ternyata kalian tetap sama’ ucap Hyungwon. Lelaki bertubuh tinggi itu berdiri dengan memasukan kedua tangannya kedalam swetter. Setelah melihat Woohyun berlari cukup cepat dan menghilang di kerumunan orang, Hyungwon baru menyadari jika tetangga baru Woohyun berusaha bagun setelah di tabrak oleh Woohyun.
‘Oh, kamu tidak apa-apa?’ tanya Hyungwon yang membantu gadis itu bangun.
‘Terimakasih’ tungkas gadis itu, ia hanya membungkuk ke Hyungwon dan masuk lagi kedalam rumahnya.
‘Noona sudah dewasa, berubahlah sedikit’ tungkas Hyungwon yang menatap Wooyeon.
‘Jaga baik-baik temanmu, atau ia akan mati besok’ tungkas Wooyeon yang membanting pintu pagar rumahnya.
‘Noona, saranghae’ teriak Hyungwon dengan senyuman.
₪