How It Works?
Dreamland
>
Fan Fiction
TORAWA (Come Back Again)
Posted by KaptenJe | Kamis,05 Mei 2016 at 16:59
1
2941
Status
:
Ongoing
Cast
:
Kim Myungsoo, Kim Sohyun, Lee Seungyeol, Kim Yoojung, Kim Saeron, IU, Lee Mijoo, Kei, Lee Taemin, Le
TORAWA (Come Back Again)

CHAPTER 2 : First Sign

Di sudut belakang sekolah yang jauh dari keramaian, rupanya telah terjadi obrolan yang lumayan memanas antara seorang namja dan seorang yeoja.

“Ya! Aku tidak terima kau perlakukan seperti ini. Memangnya kau pikir kau siapa?” Teriak si namja dengan nada penuh amarah sambil membulatkan matanya.

“Mwo ga? Sudah kubilang aku tidak mau! Jadi sekarang juga lepaskan aku!”

Elak si yeoja namun tak kuasa karena pergelangan tangannya yang terkunci oleh kekuatan si namja. Genggaman yang kuat itu mulai membuat pergelangan tangan gadis itu merasa kesakitan. Namun yeoja itu menahan rintihannya agar tak terlihat lemah di hadapan namja itu.

“Aku tidak akan melepaskannya sebelum kau memberiku uang. Kau mengerti?! Sekarang mana? Cepat berikan padaku!”

“Tidak akan! Aku tidak akan pernah menuruti perkataanmu lagi. Kau pikir untuk apa aku harus bekerja paruh waktu setiap hari? Uangku bukan untuk digunakan mabuk-mabukkan atau berjudi. Aku tidak akan membiarkan hasil kerja kerasku terbuang sia-sia olehmu.”

“Apa kau sedang mengguruiku? Oh? Mana, mana dompetmu? Berikan padaku!”

Rupanya gadis itu kalah sigap. Namja itu berhasil merebut tas miliknya dan mengambil dompet beserta isi di dalamnya.

“Andueh! Jebal…”

“Heh..” tanpa belas kasih namja itu pergi setelah berhasil menguras habis uang yang ada di dompet gadis itu.

Sebuah pemandangan tragis yang sudah dapat diperkirakan sering terjadi di kota ini. Rupanya Seungyeol dan juga Myungsoo diam-diam sudah memperhatikan kejadian itu sesaat mereka keluar dari perpustakaan. Namun mereka tetap diam tanpa membela yeoja yang menarik simpati mereka itu.

“Kurang ajar dia!”

“Kau mau kemana, Yeol?” Tanya Myungsoo menghalangi langkah Seungyel yang hedak menghampiri gadis itu.

“Apa kau tidak melihatnya barusan? Sudah jelas kan, aku akan membantu yeoja itu!” Sahut Sungyeol dengan nada kesal dan geram.

“Itu urusan mereka, bukan urusan kita. Kajja!” Tanpa banyak bicara Myungsoo hanya pergi dan meninggalkan gadis itu seorang diri dengan masalahnya. Namun dari tatapan matanya seolah ia tampak sedang menerawang dalam dan berpikir tentang sesuatu.

*****

Bel istirahat pun berakhir. Sejak memasuki kelas Myungsoo terus saja memperhatikan kumpulan yeoja Trio Kim. Setiap gerak-geriknya, bagaimana cara mereka berbicara, bagaimana mereka tertawa, bahkan saat mereka menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru-guru. Apa yang sebenarnya terjadi dengan seorang Kim Myungsoo? Mungkinkah ia mulai menaruh pandang pada salah satu yeoja dari Trio Kim itu? Itulah yang ada di benak teman sebangkunya, Lee Sungmin.

“Ya, Kim Myungsoo!” Bisiknya memanggil.

“Oh?” Sahutnya Myungsoo acuh. Ia masih sibuk memperhatikan Trio Kim.

“Apa kau sedang jatuh cinta?” Tanya Sungmin mencoba memancing.

“Mwo?” Pertanyaan teman sebangkunya itu sontak membuat Myungsoo kaget setengah mati. Tanpa sadar ia berseru dengan nada yang agak kencang hingga menarik perhatian seisi kelas.

“Ya, anak baru! Apa kau sudah gila?” Tanya Nam Jonghyuk setengah mengejek. Dengan sifat diktatornya itu, bukan hal yang sulit untuknya membuat anak sekelas berpartisipasi menanggapi setiap keinginannya. Tanpa diperintah mereka semua pun serentak menertawakan Myungsoo.

“Ya, Kim Myungsoo. Tahukah kau, betapa lucunya dirimu. Sikapmu itu semakin membuatku tertarik padamu. Kiyomii..” ucap Yoojung sambil beraegyo ria yang ditujukannya untu Myungsoo.

Melihat perbuatan Yoojung itu Jonghyuk merasa semakin kesal dan membenci Myungsoo.

“Neo… Kurang ajar!” Gerutunya sambil meremas buku yang ada dihadapannya menjadi kusut.

“Kau” kecam Myungsoo berbisik.

“Mian! Habis, daritadi kuperhatikan matamu tidak pernah lepas dari memandang Trio Kim itu. Kupikir mungkin kau tertarik dengan salah satu dari mereka.” Jawab Sungmin masih dengan suara berbisik.

“Ah… Sudahlah, lupakan.” Balas Myungsoo pasrah.

“Apa ada yang ingin kau ketahui tentang mereka? Aku bisa memberitahumu.”

“Bisakah?” Tanya Myungsoo memastikan.

“Tentusaja. Kau ingin tahu tentang siapa? Yoojung, Saeron atau Sohyun?”

Sungmin pun perlahan mulai menceritakan tentang profil singkat Trio Kim versinya sendiri. Meski tampak acuh, namun sebenarnya diam-diam Myungsoo mendengarkannya dengan seksama.

“Ah… aku mengerti. Aku akan menceritakan semuanya padamu. Kim Yoojung, dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara di keluarganya. Dan dia adalah satu-satunya anak perempuan. Dia memiliki kakak laki-laki yang sedang kuliah di luar negeri dan adik laki-laki yang masih SMP. Berdasarkan kabar yang kudengar, dia sangat sangat dimanja, terlebih karena statusnya sebagai anak perempuan satu-satunya. Segala yang diinginkannya selalu terpenuhi. Karena itu sifat manjanya itu selalu dibawanya ke sekolah. Dan untuk menarik perhatian teman-temannya, ia mengandalkan jurus aegyonya. Tapi menurutku itu justru membuatnya terlihat seperti gadis murahan. Herannya para namja di sekolah ini justru menyukainya. Kemudian Kim Saeron. Dia adalah gadis paling pemalu dibanding gadis Kim yang lain. Saking malunya dia hampir tak pernah berbicara sedikitpun dengan namja di sini. Karena itu dia tidak pernah sendiri, melainkan salah satu Kim yang lain ikut menemani. Sifatnya juga tertutup dan lebih banyak diam. Tapi tak sedikit namja yang berusaha mengajaknya berbicara. Alhasil mereka malah diacuhkan dan ditinggalkannya. Sebenarnya aku juga tidak terlalu banyak tahu tentang latar belakang keluarganya. Tapi banyak yang bilang kalai dia adalah putri tunggal konglongmerat pengusa di Gangnam ini…”

“Benarkah? Berarti aku mengenal keluarganya juga. Tapi siapa?” Pikir Myungsoo yang masih berlagak membaca buku pelajarannya. Ia masih terus mendengarkan cerita dari Sungmin.

“…Dan yang terakhir Kim Sohyun. Dia adalah gadis sosok idamanku. Dibanding dengan kedua temannya, dia memiliki kepribadian yang sangat kuat. Dia juga memiliki sifat dewasa dan berwibawa. Banyak yang bilang kalau dia adalah keturunan putri kerajaan Korea. Tapi untukku itu terlalu berlebihan. Mana ada yang seperti itu, benar kan? Tapi dibanding dengan yang lain dia agak sedikit acuh dan jutek dengan para namja. Justru bagiku itu yang paling membuatku tertarik. Ah… Kim Sohyun… Andai dia tahu seberapa besar perasaanku padanya.”

Sambil di sibukkan dengan khayalannya, Sungmin tampak sangat bodoh di mata Myungsoo saat ini. Sampai-sampai ia meremas keras dan memeluk tasnya sebagai pelampiasan rasa gemasnya kepada Sohyun. Sementara Myungsoo masih berpikir keras dengan dunianya sendiri. Entah apa yang saat ini ada dalam benaknya. Setidaknya ia sedikit lebih mengenal ketiga teman sekelasnya itu.

Tak berapa lama guru Matematika pun datang. Anak-anak sekelas mulai mengeluhkan kehadiran Guru yang satu itu. Bukan karena mereka tidak menyukai gurunya, melainkan mereka membenci pelajaran yang diajarkannya.

Cho Kyuhyun, guru tampan yang diidolakan oleh murid-murid perempuannya dan memancing rasa iri para murid laki-laki karena kalah saing. Tak jarang ia mendapatkan teror dari murid laki-laki yang tak menyukainya. Namun tak sedikit pula hadiah yang didapatkannya di meja kantornya di pagi hari. Metode pembelajaran yang digunakan pun sangat kekinian. Jadi tidak membuat bosan murid-muridnya. Bahkan hanyandalam waktu satu bulan saja ia berhasil membuat murid yang selalu mendapatkan nilai nol dalam pelajarannya menjadi berata-rata nilai 7. Daebak!!!

“Baik, tolong jangan berisik. Kali ini kita akan mempelajari tentang Peluang. Kalian tahu Peluang? Ya, peluang bisa disebut juga kesempatan atau perkiraan. Seperti halnya game online yang banyak beredar dan bisa kalian download juga mainkan kapan saja. Rumus peluang sangat sering digunakan oleh mereka para pembuat game untuk mengelabui konsumennya.” Tutur Pak Cho.

“Jinja?” Seru seisi kelas mendadak riuh.

“Geurom! Kalian tidak percaya? Kalian akan tahu sendiri nanti. Sekarang buka halaman 39 Bab 4. Baca dan pahami. Lalu kerjakan soalnya di depan. Aku akan memanggil nama kalian satu per satu nanti.”

“Yah…….” kelas pun kembali heboh dengan suara keluhan. Dan suara itulah yang selalu membuat Pak Cho semakin bergairah mengajar. Senyumnya yang terkesan terkembang di bibirnya itu terkesan seperti mengejek para muridnya, terutama bagi mereka yang sulit menerima pelajarannya.

30 menit pelajaran Matematika telah berlangsung. Kini Pak Cho pun memulai hobinya yang senang membuat para muridnya ketar-ketir karena tak bisa menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

“Rasanya bukan Matematika jika tidak ada soal, bukan? Oke, seperti biasa silahkan kerjakan soal-soal itu kalian di papan tulis!” Ujar Pak Cho sambil menunjuk buku salah satu anai yanh duduk di baris depan dengan menggunakan tongkat penunjuknya.

“…Untuk soal nomor 1 aku ingin noe, Kim Sohyun, untuk mengerjakannya. Lalu… ah! Bagaimana kalau kau tunjukkan bagaimana caramu mengerjakan soal yang ada di nomor 6?!” Lanjutnya tanpa basa-basi meminta Kim Myunsoo untuk mengerjakannya. Kemudian Sohyun dan Jinyoung pun maju ke depan kelas dan mengerjakan soal-soal yang diberikan kepada mereka.

Tak seperti biasanya, lima menit telah berlalu namun Sohyun masih belum menulis apapun di papan tulis. Padahal biasanya dia selalu melalap soal apapun yang berkaitan dengan Sains. Tentu saja sikapnya itu memancing perhatian Pak Cho.

Tidak seperti Sohyun, Jinyoung dengan cekatan menyelesaikan soal bagiannya. Perhatiannya pun mulai teralihkan saat Pak Cho bertanya pada Sohyun.

“Gwaenchani, Kim Sohyun?”

“Ah… Anniyeo, Pak Guru.”

“Jinja? Oh, baiklah. Silahkan dilanjutkan.”

“Umm, aegisubnida!”

Tanpa disadari, rupanya Myungsoo diam-diam memperhatikan tangan kanan Sohyun yang diyakininya menahan rasa sakitnya. Pergelangan tangan yang dia ketahui terluka akibat sikap kasar yang didapatkannya dari seorang namja. Ya, kejadian yang masih terekam jelas diingatannya karena belum lama berlalu itu.

Kini entah apa yang tengah dipikirkannya. Sebuah inisiatif yang muncul dengan sendirinya tanpa ia sadari. Bahkan hati besarnya pun menepisnya.

“Dasar bodoh. Aku pasti sudah gila.” Pekik Myungsoo dalam hati.

“Saya sudah menyelesaikan soal bagian saya dan bagiannya. Kami permisi izin keluar dulu, Pak Guru!” Tandasnya, membungkuk lalu pergi sambil menggandeng tangan kiri Sohyun. Mereka bersamaan meninggalkan kelas tanpa banyak bicara.

Sementara Pak Cho dan seluruh murid di dalam kelas sukses dibuat bingung oleh aksi Jinyoung barusan. Speachless, kelas menjadi hening.

“Apa yang mereka lakukan?” cletuk salah seorang murid.

“Molla” sahut yang lain.

“Apa barusan mereka sedang bermain drama, oh?”

“Daebak!”

“Sebenarnya apa yang barusan terjadi?” cengiran miris pun muncul di bibir Pak Cho.

“Sudah Pak, jangan terlalu dipikirkan. Yang penting sekarang ini kami ingin tahu, apakah jawaban anak impor itu benar semua?” Tanya Sungmin menyadarkan Pak Cho dari lamunannya.

“Oh? Ah… iya. Jawabannya benar semua!” Jawab Pak Cho. Jawaban Pak Cho kali ini lebih membuat kelas menjadi beku.

“Oh my god!”

“Daebak!”

“Jinjayo?”

“O.M.G!”

Seruan seluruh murid pun bermunculan. Kini mereka pun mulai menutup pandangan miring mereka tentang teman baru mereka itu.

“Astaga… Darah muda…” geming Pak Cho tak habis pikir dan geleng-geleng kepala sendiri sambil melanjutkan langkahnya meninggalkan kelas.

*****

“Apa yang kau lakukan?”  Tanya Sohyun dengan nafas setengah terengah karena harus mengikuti langkah namja yang sedang sibuk menarik tangan kirinya. Entah apa yang dipikirkannya, batin Sohyun. Yang pasti, ini pertama kalinya ia melakukan hal yang melanggar aturan. Terlebih di hadapan guru kesayangannya, Pak Cho.

Sementara Jinyoung hanya diam saja sambil terus mencari-cari keberadaan tempat yangingin ia tuju. UKS, itulah sebenarnya ruangan yang ingin ia datangi.

Tak berapa lama Jinyoung pun berhasil menemukan keberadaan ruang UKS itu. Tepat di ujung lorong bersebelahan dengan perpustakaan. Dengan semangat ia lantas berjalan lebih cepat. Begitu pula dengan Sohyun yang terpaksa mengiringinya.

Tanpa ragu, Myungsoo pun dengan gesit membuka pintu UKS dan langsung masuk. Rupanya ada seorang wanita bertubuh mungil dengan paras dewasa serta menggunakan jas Putih. Mungkin ia dokternya, batin Myungsoo.

“Permisi, Ahjussi. Apakah anda dokter di sini?” Tanyanya tanpa basa-basi. Kemudian ia membungkuk seraya memberi salam hormat kepada orang yang sedang berhadapan dengannya.

“Ne, geurom. Apa ada yang bisa kubantu?” Jawab Jang Nara, dokter yang dipercaya bertugas memberikan pertolongan pertama kepada murid-murid di SMA Nuri itu.

“Cho..”

“Ah… maafkan kami Miss Jang. Kami hanya numpang lewat saja. Maaf karena sudah mengganggu anda.” Potong Sohyun berusaha mencegah kalimat yang akan diucapkan Jinyoung selanjutnya.

“Ayo kita pergi dari sini, Kim Myungsoo! Kajja!” Bisik Sohyun sambil mengait lengan Myungsoo. Namun sepertinya Myungsoo menepisnya. Ia malah menarik tubuh Sohyun agar terduduk di kursi kosong yang ada di seberang meja Miss Jang.

“Ahjussi, tolong berikan perede rasa sakit untuknya.” Ya, Myungsoo pun mengulurkan pergelangan tangan Sohyun yang tampak lebam dan lebih biru dibanding sebelumnya.

Miss Jang pun menuruti permintaan Myungsoo yang tampak jngin membantu Sohyun. Beliau lalu memeriksa pergelangan tangan Sohyun yang tertup dengan baju seragam berlengan panjang yang sedang dikenakannya saat ini.

“Kenapa? Kenapa bisa jadi seperti ini?”

Tak ada jawaban, tak ada suara. Suasana di UKS menjadi hening. Hanya Miss Jang saja yang tampak sibuk memberikan perawatan kepada Sohyun. Sementara Sohyun hanya sibuk membatinkan sikap Myungsoo padanya yang baru saja ia terima.

Sepuluh menit kemudian Miss Jang pun selesai dengan pekerjaannya. Beliau menempelkan koyo penghilang rasa nyeri untuk pergelangan tangan Sohyun.

“Oke, selesai. Apa sekarang sudah lebih baik?” Tanya Miss Jang mencoba memastikan keadaan pasiennya.

“Oh? Umm… Kamsa hamnida, Miss Jang.” Jawab Sohyun agak tersipu.

“Ah.. tidak perlu, tidak perlu. Ini sudah kewajibanku. Baiklah, karena sudah selesai, kalian boleh melaksanakan kewajiban kalian kembali. Hmm?” Sambut Miss Jang dengan senyum cantik yang biasa dilemparkan setiap Dokter kepada para pasiennya.

“Baik. Kami permisi, Miss. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.” Tambah Sohyun sambil membungkukkan badannya. Sementara Myungsoo yang sejak tadi hanya diam pun turut membungkuk menghormat.

Di perjalanan mereka kembali ke kelas, Myungsoo yang berjalan dengan gaya coolnya sambil mengantongi kedua tangannya di saku celananya, dan Sohyun yang masih dibuat kebingungan karena sikap Myungsoo padanya, mereka tetap diam sampai Sohyun akhirnya yang mencairkan suasana.

“Chogi? Umm… gomawoyo, Kim Myungsoo!”

Sesaat Myungsoo menghentikan langkahnya. Namun pada akhirnya ia pun melanjutkan langkahnya tanpa membalas sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

Diam-diam Sohyun merasa. Ia yang berjalan di belakang Myungsoo menyembunyikan senyumnya di balik punggung Namja yang berada tepat di hadapannya itu.

Mungkin aku telah salah menilainya selama ini. Sepertinya ia tidak seburuk apa yang kukira.

*****

“Ya, Yoojung-ah! Ada apa dengan mereka berdua?” Tanya Saeron selidik.

“Mollaseo… Jangan tanya padaku, kau tanya saja langsung pada Sohyun.” Jawab Yoojung agak sinis.

“Gwaenchanie?”

“Wae? Waegure?”

“Ah… anniyo. Keundae, kau tidak cemburu, kan?”

“Mwo?”

“Mian. Tapi sepertinya aku tidak salah. Kau menyukai anak baru itu kan, Jungie?!” Sesaat Yoojung terdiam mematung mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

“Ya, Kim Saeron!” Panggilnya dengan nada lirih.

“Ne?” Sahut Saeron.

“Untuk kali ini, tolong jangan beritahu Sohyun. Hmm?”

Kali ini Saeron seperti mengerti maksud perkataan Yoojung barusan. Tanpa banyak bertanya Saeron pun menuruti permintaan Yoojung.

*****

Sekembalinya Sohyun dan Myungsoo ke kelas, mereka langsung disambut dengan berbagai macam ekspresi dari teman-temannya yang suka jahil. Meski begitu Sohyun dan Myungsoo sama-sama tak mau ambil pusing dan membiarkannya berlalu dengan sendirinya.

“Ya, Kim Myungsoo! Aku salut dengan aksimu tadi. Lain kali ajari aku ya?! Hahaha..”

“Benar sekali. Kau benar-benar luar biasa. Daebak!”

“Wah… kau cocok sekali menjadi aktor pemain drama, kau tahu itu?”

Ejekan yang dilontarkan kepadanya tak hayal malah membuatnya semakin bersikap acuh. Ia lebih memilih mendengarkan musik dari earphonnya. Sambil menggantungkan kaki yang disandarkannya pada bangku teman di depannya, ia duduk bersedekap dan memejamkan matanya. Meski begitu sedikit banyak ia tetap masih bisa mendengar olokan teman-temannya.

“Ya, Kim Sohyun. Apa kau baik-baik saja?” Tanya Saeron antusias. Ia pun bergegas memeriksa pergelangan tangan Sohyun yang mengundang perhatiannya itu.

“Kenapa tanganmu, Hyunia?” Tanya Yoojung penasaran.

“Ah… Gwaenchanayo, jinja!”

“Jeonhmal?” Tanya Yoojung Memastikan.

“Umm!” Angguk Sohyun sambil melontarkan senyum bahagia karena mendapatkan perhatian dari kedua temannya.

“… Kemarin tak sengaja pergelangan tanganku terkilir saat bekerja. Mungkin aku yang kurang hati-hati. Hehe..” bohongnya.

“Kasihan sekali..” sambut Saeron dan Yojung nyaris bersamaan. Mereka memasang wajah prihatin kepada temannya yang satu.

Aku yakin Tuhan itu ada. Aku pun yakin Tuhan selalu bersikap adil kepada para Hamnanya meski dunia bersikap tak adil. Tak apa. Bagiku inilah suratan hidupku. Mau tak mau aku harus menjalaninya meski terpaksa…

*****

Akhirnya selesai juga :mrgreen: semoga kalian masih setia dengan kelanjutan ceritanyanya, ya..
Maaf juga kalau mungkin banyak typo. Tapi aku harap kalian masih mau memberikan riviewnya untukku. Oh iya, jangan lupa kasih love juga ya..
Kamsahamnida...


Tags:
Komentar
RECENT FAN FICTION
“KANG MAS” YEOJA
Posted Rabu,16 Juni 2021 at 09:31
Posted Senin,20 April 2020 at 22:58
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 23:42
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:08
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
FAVOURITE TAG
ARCHIVES