CHAPTER 2 : Let's Join!!
Di sebuah kamar yang tak begitu luas seorang laki-laki tengah asyik berkutat dengan laptopnya, telinganya ia sumbat dengan headphone. Laki-laki itu tengah serius mengaransemen ulang lagu lain dengan aplikasi edit yang ia unduh. Berkali-kali ia mengangguk-anggukan kepalanya ketika ia menemukan melodi yang bagus dan bergeleng ketika dirasa musik yang ia buat tak sesuai. Braaakk!! Pintu terbuka sangat kasar.
“YAAA KIM WONPIL!!! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ALBUM COLDPLAYKU EOH?? KENAPA ISINYA BERUBAH SEMUA!!!” Amuk Chaeri sambil membawa album band kesayangannnya itu.gadis itu melemparkan albumnya pada meja belajar Wonpil, ia benar-benar emosi.
“Hee mian, nanti aku akan menggantinya yang baru” Ucap Wonpil sambil memamerkan deretan giginya tanpa dosa.
“KAU HARUS MASUK CLUBKU!!”
...
Chaeri dan Younghyun berkerjasama menempelkan brosur-brosur milik Chaeri disemua penjuru sekolah. Sepanjang jalan mereka terus mengobrol walaupun Chaeri merasa agak canggung.
"Kenapa kau bersikeras sekali ingin mempertahankan club yang nyatanya tak begitu menguntungkan ini?" Tanya Younghyun sambil menempelkan brosur di jendela.
"Ahh, itu karena... aku ingin menjadi seorang manajer sebuah band seperti ibuku hehehe. Walaupun kenyataannya groupku ini tak berjalan dengan baik, tapi aku merasa nyaman dan aku yakin bahwa suatu saat nanti group ini akan sukses kalau kita bekerja keras, aku ingin mempunyai sebuah kenangan yang menyenangkan di masa-masa sekolahku, dimana aku berusaha menjaga mimpi kekanak-kankkanku sehingga suatu saat nanti aku bisa menceritakan semua kenangan itu pada anak-anak ku kelak hahaha konyol bukan??" Tawa Chaeri, Younghyun mengangguk mengerti.
"Apa yang kau cari dari member baru nanti??" tanya Younghyun lagi. Chaeri mengetuk-ngetuk dagu dengan jemarinya berfikir.
"Hmmm tak perlu mempunyai bakat yang sempurna asalkan ia mau berusaha keras dan mempunyai kemauan yang tinggi dan solider itu pasti" jelas Chaeri, tiba-tiba saja ia terdiam ketika melihat seorang gadis cantik dan anggun berjalan di depan mereka bersama dengan teman-temannya. Younghyun pun demikian ia juga ikut terdiam. Merasa sedang diperhatikan gadis itu membungkuk sopan pada mereka.
"Cantik sekali, apa ia seorang artis" komentar Chaeri. Younghyun tersenyum mendengarnya.
"Ahh apa kau membawa formulir pendaftarannya?? Aku akan menawarkannya pada teman-teman kelasku"
"Uwaa jinja?? Ini aku membawanya, gomawo" Mata Chaeri berbinar, ia langsung memberikan kertas fomulir pada Younghyun dengan senang hati ia benar-benar merasa beruntung bertemu dengan pria seperti Younghyun ini.
Sepanjang jalan menuju ruang band, tak henti-hentinya Chaeri tersenyum ia benar-benar seperti orang gila, dia bahkan lupa dengan sakit di punggungnya. Siapa sangka wajah dan senyum Younghyun mampu mengalihkan itu. Chaeri masuk ke ruang band masih seperti orang yang kehilangan jiwanya, ia masih senyum-senyum sendiri tak jarang ia juga mencubiti pipinya sendiri. Suara gaduh yang dibuat teman-temannya tak ia perdulikan atau bahkan ia tak dengar sama sekali.
“Apa yang membuatmu terlihat senang sekali??” Jaehyung mendekat, ia memperhatikan wajah Chaeri lekat-lekat dan itu berhasil membawa Chaeri kembali pada dunia normalnya. Chaeri melebarkan matanya ketika melihat wajah Jaehyung yang berjarak sangat dekat dari wajahnya.
“Kau tak perlu tahu, heung~” dengus Chaeri datar. Ia pun bergeser dan meninggalkan Jaehyung. Namun Jehyung kembali mengikuti Chaeri.
“YAAA KALIAAANN!! AKU BEKERJA KERAS MENCARI MEMBER SEMENTARA DISINI KALIAN HANYA ASYIK-ASYIKAN BERMAIN SAJA EOH?? HAISS DAEBAK~ DIMANA RAsa TANGGUNG JAWAB KALIAN EOH!!!!” omel Chaeri ia memasang wajah garangnya hilang sudah senyum yang tampak seperti orang gila itu, Junhyeok dan Wonpil yang sedang bermain-main dengan synthesizer milik Jaehyung langsung membatu begitu juga Jaehyung yang berdiri disamping Chaeri, ia merasa telinganya berdengung karena suara Chaeri.
“Chaeri~ya kemarilah aku membuat sesuatu yang bagus” dengan wajah super polosnya wonpil melambaikan tangannya pada Chaeri memintanya untuk bergabung dengan mereka. Chaeri mendekat wajahnya masih penuh akan kekesalan diikuti dengan Jaehyung yang lagi-lagi mengekor dibelakang.
“Apa??” Chaeri melipat kedua tangannya dibawah dada.
“Dengarlah ini” Wonpil mulai memplay musik yang baru mereka buat beberapa jam lalu, sebuah lagu Nobody karya wonder girls versi remix, mereka merubah aransemen dengan shynthesizer. Mata Chaeri berbinar ia menganguk-anggukan kepalanya mengikuti irama.
“Uwaa Daebak!! Siapa yang merubah ini, jinja ini bagus sekali” Dengan wajah yang berbinar Chaeri mengangkat 2 ibu jarinya kepada teman-temannya itu.
Wonpil, Jaehyung, dan Junhyeok tersenyum senang mereka pun mulai menari bersama, Chaeri juga bergabung ia menari seperti personel wonder girl dengan menggerak-gerakkan telunjukknya. Kini studio band yang biasanya sangat sepi itu berubah menjadi penuh dengan gelak tawa dan musik.
Tanpa sepengetahuan mereka ternyata Younghyun memperhatikan mereka di balik kaca kecil yang terdapat di pintu. Ia mengeluarkan formulirnya dan memandangi sebentar tampak berfikir, guratan senyum tertera diwajahnya.
“sepertinya ini akan mengasyikan” gumam Younghyun lalu pergi meninggalkan ruang band tersebut.
.
.
Seorang pria muda tengah serius dalam pertunjukan akustiknya di sebuah cafe, bocah yang baru berusia kurang lebih 18 tahun ini mampu memberikan pertunjukan yang baik, hal ini terbukti dari para pengunjung yang sangat menikmatinya, mereka tepesona dengan suara dan juga permainan gitarnya yang terdengar merdu. Permainan berakhir, ia membungkuk berterimakasih kepada para pengunjung cafe terebut setelahnya ia berjalan mendekati sang pemilik cafe untuk mengambil bayaran tentunya.
“Cah ini bayaranmu hari ini, Hey Park Sungjin!! Apa kau tak memiliki grup band?? Jika punya itu akan lebih bagus lagi, kalian bisa bermain disini, aku akan memberikan bayaran yang lebih nanti. Sekarang ini banyak pengunjung ingin mendengarkan lagu rock alternative” terang sang pemilik cafe.
“Khamsahamnida ahjussi. Hmm aku tak punya grup aku bahkan tak penah berpikir akan seperti itu, sekali lagi terimakasih, aku akan pergi” pamit Sungjin, ia senang bisa membawa uang malam ini, ia mulai menghitung berapa yang ia dapatkan malam ini.
“10 ribu, 30 ribu, 80 ribu, 100 ribu, uwaa daebak 100 ribu won!! atom akhirnya aku mendapatkanmu sayang yeheee!!” Sungjin senang bukan main bayaran minggu ini terbilang cukup besar, ia pun mengayuh sepedanya dengan kencang sampai akhirnya ia berhenti di depan sebuah toko gitar.
“Selamat datang, ada yang bisa kami bantu” Sambut pria tua sang penjaga toko
“Ahjussi, aku mau membeli gitar itu!” tunjuk Sungjin mantap pada sebuah gitar akustik yang menggantung sepurrna di dinding. Itu adalah gitar yang sudah ia incar sejak lama.
“Uwaa akhirnya kau membeli gitar ini juga, pilihanmu ini sangat baik nak, ini adalah gitar dengan kualitas yang bagus, kau cukup membayar 300 ribu saja aku memberikan kau ptongan harga sebesar 80 ribu” ujar sang penjaga toko tersebut membuat Sungjin bertambah senang bukan kepalang.
“Khamsahamnida ahjussi, ini uangnya” Sungjin memberikan uang yang ia kumpulkan dari penghasilan pertunjukannya di cafe. Kini gitar yang ia idam-idamkan sudah ada ditangannya.
“Dengan gitar ini aku akan menjadi seorang bintang, hahaha” batin Sungjin
.
.
Hari sudah pagi jam dinding sudah menunjukkan pukul 08.00, Chaeri keluar dari kamarnya dengan keadaan masih setengah mengantuk. Ia habis begadang tadi malam karena harus mengerjakan tugas-tugas yang akhir-akhir ini terbengkalai akibat sibuk mencari anggota baru untuk clubnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat sang adik perempuannya tengah serius belajar di ruang tv.
“Ini masih pagi dan kau sudah belajar, gila” komentar Chaeri, adiknya menoleh sebentar pada kakaknya lalu kembali menatap buku pelajarannya tak memperdulikan perkataan kakaknya. Chaeri berjalan menuju dapur dan meminum segelas susus yang sudah terhidang manis diatas meja.
“Ibu pergi kemana?” gumam Chaeri yang sedari tadi tak mendengar suara sang ibu, biasanya jam segini ibunya sudah berisik di dapur.
“Chaeri~ya!” Chaeri terlonjak kaget karena panggilan yang tiba-tiba itu.
“Eomma~ kau mengagetkanku!” keluh Chaeri, ia memegangi dadanya yang berdegup kencang.
“Mian, Chaeri~ya pergilah ke rumah teman ibu untuk membantu membuat kimchi, mereka sepertinya kekurangan tenaga, ibu sudah berjanji akan membantu, jadi tak enak jika dibatalakan. Tolong sampaikan maaf ibu padanya, ibu tak bisa pergi karena perut ibu sakit sekali” pinta Nyonya Kim yang baru keluar dari kamar mandi, wajahnya terlihat lemas khas seperti orang sakit.
“Haiss kenapa tak menyuruh Chaeyeon saja” keluh Chaeri ia sangat malas sekali ia masih memiliki tugas yang belom ia selesaikan.
“Adikmu harus belajar untuk ujian, cepatlah pergi mereka pasti sudah menunggu, alamatnya sudah ibu kirim pada ponselmu” nyonya kim pergi sambil memegangi perutnya.
“Aigoo, nde~” dengan berat hati Chaeri mengikuti perintah eommanya, ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sepanjang jalan menuju rumah teman ibunya Chaeri terus mendumal karena ia lupa membawa dompet, alhasil sewaktu di bus tadi ia kebingungan untuk membayar, untung saja ia bertemu dengan Youngjae adik kelasnya sewaktu SMP yang bersedia membantunya, entahlah ia bingung bagaimana ia pulang nanti, kemungkinan untuk berjalan kaki sangat besar. Chaeri sibuk meneliti rumah-rumah yang cocok dengan alamat yang ditujukan sang ibu, akhirnya ia sampai disebuah rumah dengan pagar bergaya jaman dahulu. Ia mulai menekan belnya, sekali tak ada jawaban, dua kali masih tak ada jawaban. Chaeri mendengus sebal, ia mengeratkan jaketnya karena merasa kedinginan. Ia mulai menekan belnya lagi untuk ketiga kalinya.
“Nde~ tunggu sebentar” sahut seseorang dari dalam, membuat Chaeri merasa lega.
Kreeekk~.. pintu terbuka, tampaklah Sungjin dengan mengenakan celemek pink, sarung tangan beserta boot karet berwarna pink juga tak lupa slayer hijau tua yang menutupi kepalanya.Chaeri hampir meledakkan tawanya jika ia tak mati-matian menahannya.
“Bpprrtt~” tawa Chaeri sedikit keluar, ia buru-buru membekap mulutnya. Sungjin sadar bahwa Chaeri mentertawakan penampilannya, buru-buru ia melepaskan celemek serta slayer yang ada dikepalanya dan menyembunyikannya dibelakang punggungnya.
“khuk~khukk maaf anda siapa dan ada perlu apa??” tanya Sungjin salah tingkah.
“Ahh ye, annyeonghaseyo aku Kim Chaeri, apa Bibi Park ada?? aku disuruh ibuku kemari untuk membantu membuat kimchi” jelas Chaeri sambil membungkukkan tubuhnya memberi salam.
“Sungjin~ah~ siapa yang datang??” teriak wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu Sungjin, ny. Park berjalan menghampiri sang anak. Ia bingung melihat ada anak gadis yang cukup cantik di depan rumahnya.
“Sungjin~ah siapa gadis ini? Apa ia temanmu?? Aigoo kenapa kau tak mengajaknya masuk kedalam” ucap sang ibu sambil menoyor pelan kepala anaknya. Ibu sungjin tersenyum ramah pada Chaeri dan Chaeri pun membalasnya.
“Aniyeo dia bukan temanku, dia..” sanggah Sungjin, belum sempat ia menerangkan omongannya sudah disela lebih dahulu.
“Annyeonghaseyo bibi, aku Kim Chaeri anak dari Kim Hyosun, Eomma kami sedang sakit, jadi tak bisa membantu dan aku disuruh untuk menggantikanya bi, eomma juga meminta maaf karena tak bisa datang membantu” jelas Chaeri ramah, ia kembali membungkuk meminta maaf.
“Aigoo~ jika tak bisa datang tak apa-apa, kenapa harus repot-repot mengirim anaknya untuk menggantikan” Ibu Sungjin merasa tak enak hati. Chaeri tersenyum garing. Dalam hatinya ia membenarkan perkataan ibu sungjin tadi.
“Tidak apa-apa bibi, aku senang jika bisa membantu. Sepertinya bibi juga kekurangan tenaga” ungkap Chaeri berbasa-basi ia ingat akan penampilan Sungjin yang tadi memakai celemek sepertinya ia juga sedang membantu membuat Kimchi.
“Aigoo kau memang anak manis, sama seperti ibumu, kajja masuk kedalam” Ibu sungjin menuntun Chaeri untuk masuk kedalam rumahnya.
Chaeri terperangah ketika maelihat halaman rumah Sungjin. Rumah bergaya tempo dulu ini penuh dengan keranjang berisikan sawi dan lobak tak ketinggalan juga gentong-gentong yang terbuat dari tanah liat terlihat disana, sementara jumlah tenaga yang membuat kimchi hanya ada 3 orang saja, Sungjin dan dua bibi yang sedang mencuci sawi dan lobak.
“Chaeri~ya pakai ini agar bajumu tak kotor” Ibu Sungjin memberikan celemek berwarna hijau dan juga satu set sarung tangan karet berwarna pink pada Chaeri. Chaeri menerimanya dan langsung memakainya. Ia melihat Sungjin yang menggunakan kembali celemek serta sarung tangannya, slayernya sengaja tak ia pakai. Chaeri kembali tertawa. Ia benar-benar geli melihat pria memakai atribut berwarna pink. Sungjin pura-pura tak memperdulikannya walaupun dalam hatinya ia malu dan mengutuk celemek ini habis-habisan.
Chaeri mulai memotog-motong lobak bersama Ibu sungjin dengan cekatan, Chaeri memang sudah biasa membuat kimchi bersama ibu dan juga kedua bibinya, jadi hal seperti ini bukanlah hal yang baru untuknya.
“Aigoo bibi benar-benar tak ingat padamu, dulu bibi terakhir melihatmu saat kau masih kelas 5 SD, sekarang kau sudah besar dan cantik” puji Ibu Sungjin, Chaeri tersipu malu.
“Chaeri~ya kau sekolah dimana sekarang?” tanya Ibu Sungjin lagi.
“Aku bersekolah di SMA Haneul, sekarang sudah tingkat 2 Bi”
“Benarkah?? Sungjin juga sekolah disana, ia juga tingkat 2, apa kalian saling mengenal?” Chaeri melirik kembali pada Sungjin, ia tak tahu jika Sungjin adalah teman satu sekolahnya ia benar-benar tak pernah melihatnya, karena kelas laki-laki dan perempuan memang terpisah.
“Benarkah?? Aku tak pernah melihatnya” Aku Chaeri polos. Sungjin yang juga mendengarnya tak percaya.
“Aku juga tak kenal dengannya” balas Sungjin Cuek. Chaeri tersenyum pahit.
Hari sudah petang,acara membuat kimchi pun telah usai, kini Chaeri sudah bersiap untuk pulang. Chaeri mengecek ponselnya disana terdapat dua buah pesan dari Wonpil dan Junhyeok.
From Wonpil :
Mianhae, aku tak bisa menjemputmu. Aku sedang pergi memancing dengan Ayah.
From Junhyeok :
Chaeri~ya mian aku tak bisa menjemputmu, aku ikut memancing dengan Wonpil.
“Aigoo, bagaimana ini??” Chaeri mengacak poninya gusar tatkala membaca pesan dari kedua saudaranya itu. Pupus sudah harapannya untuk dijemput.
“Chaeri~ya, Pulanglah bersama Sungjin. Ia akan mengantarkanmu sampai rumah” ucap Ibu Sungjin, sang anak membulatkan matanya terkejut dengan keputusan sepihak ibunya.
“Eomma~” protes Sungjin tak setuju.
“Ahh tidak usah bi, aku bisa pulang sendiri dengan bus” tolak Chaeri ramah, ia tahu bahwa Sungjin tak mau mengantarkannya jadi ia lebih baik menolak.
“Haiss, bukankah kau tak membawa dompetmu?? Tadi ibumu menelponku memberitahu. Sudah kau harus diantar Sungjin” Ibu sungjin memberi kode pada anaknya untuk menurut dengan wajah yang super garang. Mau tak mau Sungjin menurut.
“Haiihh.. Benar, biar aku antar. Aku juga akan pergi keluar. kajja” Ucap Sungjin terpaksa.
Sungjin mengeluarkan sekuter maticnya dari garasi, sementara Chaeri menunggu diluar bersama Ibu Sungjin.
“Naiklah” perintah Sungjin dingin, Chaeri memutar bola matanya malas.
“Bibi aku pamit pulang, terimakaih untuk kimchinya” Chaeri membukuk berpamitan sambil menenteng bungkusan yang berisikan Kimchi dari ibu Sungjin.
“Terimakasih juga karena telah membantu, pergilah hati-hati dijalan” Chaeri pun naik ke jok sekuter matic itu. Dan mereka pun berlalu pergi. Tapi tak lama Motor Sungjin berbalik arah dan berhenti disebuah gudang kecil yang ada didepan rumah Sungjin.
“Ya kenapa balik lagi?? Ada apa??” tanya Chaeri bingung.
“Sebentar, aku hanya mau mengambil barangku dulu” Sungjin turun dari motornya dan berjalan menuju gudang kecil tersebut, ia memasukkan kunci lalu membuka pintunya, diambilah gitar baru yang ia sembunyikan disana. Chaeri semakin bingung melihat tingkah Sungjin.
“Yaa untuk apa gitar rusak itu?? Kau mau menjualnya??” tanya Chaeri tak yakin. Ia mengira gitar itu rusak karena barang itu berasal dari gudang.
“Bukan urusanmu” jawab Sungjin dingin. Chaeri membuang nafasnya kesal.
Mereka pun melanjutkan perjalanannya lagi, tak ada komunikasi diantara mereka, semua sibuk dengan urusan masing-masing. Sungjin sibuk mengendarai motornya sementara Chaeri sibuk menjaga jarak dengan tas gitar Sungjin yang ada dihadapannya karena merasa tas itu kotor. Bukannya mengantar Chaeri sampai rumah, Sungjin malah berhenti di sebuah cafe tempatnya bekerja.
“Turunlah” perintah Sungjin. Chaeri membatu.
“Yaa!! Kenapa kau malah berhenti disini?? Rumahku masih jauh dari sini!!” protes Chaeri di hadapan Sungjin. Sungjin memasang wajah tak pedulinya.
“Tunggulah disini sampai aku selesai bekerja nanti aku akan mengantarmu pulang, aku tak punya banyak waktu” Jelas Sungjin ia masuk kedalam cafe. Chaeri mengejarnya.
“Yayaya!! Shireo!! Kenapa kau membuat keputusan sepihak ini, aku masih mempunyai banyak tugas yang harus ku kerjakan, aku tak bisa menunggu lama!!” omel Chaeri tak peduli banyak pengunjung cafe yang memperhatikan mereka.
“Yasudah kau pulang saja sendiri! Silahkan kau pilih menunggu disini atau pulang berjalan kaki aku tak memaksamu!” Jelas Sungjin ringan, ia menepuk bahu Chaeri dan berlalu pergi.
“Haisss pria ini seenaknya saja!! Andai saja aku membawa dompetku mungkin aku takkan sesulit ini!!” Chaeri mengacak poninya jengkel, ia pun memilih duduk dan menunggu sungjin selesai bekerja.
“Untuk apa dia bekerja paruh waktu, sepertinya keluarganya tak kekurangan uang, hmm apa ia mempunyai surat ijin bekerja dari sekolah?” gumam Chaeri, tak mau mati kebosanan Chaeri pun mengeluarkan ponselnya dan note kecil untuk mengerjakan tugas matematika yang baru setengah ia selesaikan. Ia memang memasukan soal-soal tugas pada ponselnya, untuk ia kerjakan di bus atau dimana saja kalau ada kesempatan. Chaeri memang terbilang anak yang memiliki semangat belajar yang lumayan besar terbukti nilai akademiknya yang bagus, hanya saja beberapa hari kemarin ia memang lebih fokus pada urusan clubnya, karena dianggap sedang genting.
Sungjin naik keatas panggung dengan membawa gitarnya, riuh tepuk tangan menggema di cafe ini padahal Sungjin belum memulai pertunjukkannya.
“Annyeonghaseyo, saya Park Sungjin akan menghibur kalian, semoga kalian menikmatinya” Sungjin mulai bernyanyi, Chaeri membalikkan badannya dan menatap kearah panggung. Ia tercengang melihat penampilan Sungjin. Permainan gitar yang bagus dan suara yang merdu mampu mengalihkan Chaeri akan tugas sekolahnya.
“Daebak!! Benarkah ini si arogan itu?? Suara dan permainan gitarnya sangat luar biasa” komentar Chaeri, ia benar-benar terperangah.
“Dia harus masuk ke clubku” gumam Chaeri sambil mengeluarkan seringainya.
Pertunjukkan Sungjin sudah selesai, jam sudah menunjukan pukul 09.00 malam. Sudah tak terhitung berapa kali Chaeri menguap. Gadis itu terkulai lemas diatas meja. Rasa kantuk, lapar dan haus terus menghajar Chaeri. Ia tak bisa memesan apapun karena tak memiliki uang dan Park Sungjin yang tak mempunyai kepekaan sama sekali, barang satu gelas lemon tea saja ia tak membelikannya, padahal dirinya yang membuat Chaeri menunggu seperti ini.
“Kajja!” ajak Sungjin datar, Chaeri buru-buru terbangun merapikan penampilannya dan mengekor dibelakang Sungjin. Akhirnya ia bisa pulang juga.
“Hey kau masuklah ke club bandku” Chaeri menghadang Sungjin dengan brosur clubnya yang ia perlihatkan tepat didepan wajah Sungjin. Sungjin tak tertarik ia menyingkirkan lengan Chaeri begitu saja.
“Haiss Ya!!” Chaeri tak menyerah, ia kembali menghadang Sungjin dengan mengadahkan tangannya dihadapan Sungjin.
“Apa??” tanya Sungjin.
“Berikan surat ijinmu untuk bekerja paruh waktu dari sekolah” pinta Chaeri, ia tersenyum menang. Ia tahu bahwa Sungjin tak mempunyai itu.
“Shireo!” tolak Sungjin dingin, ia berjalan meninggalkan Chaeri menuju motornya.
“Kau pasti tak mempunyainya kan?? Aigoo~ bagaimana bisa kau berani bekerja paruh waktu tanpa surat ijin dari sekolah?? Kau tahukan hukumannya jika kau bekerja secara ilegal?? Kau akan dikeluarkan” jelas Chaeri datar sambil mengeluarkan seringainya. Sungjin membatu.
“A.. aku punya, tapi aku tak membawanya!” bohong Sungjin ia tampak gelagapan.
“Gotjimal!! Ya~ aku adalah asisten guru park, semua surat ijin tentang kesiswaan aku yang membuatnya, aku ingat aku belum pernah mengetikkan namamu” terang Chaeri, ia merasa akan menang.
“Masuklah ke Clubku, maka aku akan merahasiakannya pada guru park dan juga ibumu” tawar Chaeri lagi.
“A KU TAK MA U!!” Jawab Sungjin persuku kata, tepat dihadapan wajah Chaeri, membuat gadis berpipi bulat itu memundurkan wajahnya beberapa centi sambil mengerjap-kerjapkan matanya.
“Silahkan saja kalau kau mau melaporkan pada guru Park, ibuku atau kepala sekolah sekalipun, aku tak peduli! Karena kau tak punya bukti apapun kalau aku bekerja disini. Cahh~ ini untukmu, kau bisa menggunakannya untuk ongkos naik bus dan kembaliannya bisa untuk membeli beberapa camilan dijalan” Sungjin meraih lengan chaeri dan memberikan 1 lembar uang 5000 won. Pria itu pun berlalu pergi dengan motornya meninggalkan Chaeri begitu saja. Chaeri membulatkan mata dan mencengkram uang itu kuat-kuat, ia benar-benar jengkel, apa ia sudah kalah??. Jika tahu akan seperti ini, seharusnya ia pulang saja dari tadi dengan berjalan kaki. Ini membuatnya seperti seorang pengemis. Ia benar-benar tak menyangka ada pria seperti ini.
“Dasar pria kurang ajar, awas saja kau! Jangan menyesal jika aku melaporkanmu!!Haisss!” geram Chaeri, ia menghentak-hentakkan kakinya meluapkan kejengkelannya dan berlalu pergi.
.
.
10.00 AM – Haneul Senior Highschool
Chaeri tengah membawa box berisikan properti yang harus ia berikan pada club teater, sebenarnya ia tak mau melakukannya jika saja guru Park tak mengancamnya. Ia sungguh kesal pada Club teater yang sudah mengambil anggota clubnya. Ditambah ia masih jengkel dengan kejadian semalam, saat Sungjin meninggalkannya dan ia yang harus begadang sampai jam 01.00 malam untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
“Haiss pria menyebalkan itu!! Kelas apa dia?? Lihat saja dia, akan ku kuliti jika aku bertemu dengannya!!” umpat Chaeri. Langkahnya terhenti ketika ia melihat seseorang yang tengah asyik mengintip di balik tirai panggung, ia pun mendekati orang tersebut.
“Apa yang kau lakukan disini??” tanya Chaeri penasaran, ia pun ikut melihat kearah pandang pria itu.
“Kau sedang mengintip mereka??” tebak Chaeri.
“Yaa Jaebeom~ah aku mendapatkan tempat terbaik, disini aku bisa melihat Bae Suji dengan jelas” ujar Sang pria tersebut yang kenyataannya salah mengira. Tebakkan Chaeri benar bahwa pria itu tengah mengintip anggota teater yang tengah berlatih, Ia pun menepuk punggung pria itu emosi, pria itu berbalik dan terkejut melihat Chaeri disini dan bukan temannya. Chaeri sama terkejutnya ketika melihat Sungjin ada dihadapannya. Pria yang ingin sekali ia habisi.
”Kau!!” mereka saling tunjuk bersamaan.
“YAA!! Kau mengintip anak-anak teater eoh??” amuk Chaeri, Sungjin gelagapan.
“A..Ann.. aniyeo, aku sedang membersihkan ruang teater” bohong Sungjin. Chaeri melihat gerak-gerik Sungjin. Ia tak percaya.
“Gotjimal, kau pikir aku ini anak kecil yang bisa kau bodohi eoh??” cibir Chaeri. Ia bersidekap tatapan sangarnya mengintimidasi Sungjin. Membuat Sungjin semakin tersudut. Chaeri mengeluarkan seringainya, ia mendapatkan sebuah ide, ia pun bersiap untuk berteriak.
“Kyaa!! ada penguntiii...” belum selesai Chaeri berteriak Sungjin sudah berhasil membekap mulut Chaeri lebih dulu.
“mmm...mmm” Chaeri meronta meminta dilepaskan, suara kegaduhan itu mendapatkan perhatian dari anak-anak teater mereka pun berbondong-bondong menuju belakang panggung.
“Ya Pria gila!! Apa kau mau membunuhku eoh!!” omel Chaeri setelah berhasil melepaskan bekapan Sungjin.
“Ada apa ini??” tanya Bae Suji, gadis cantik sang ketua club. Sungjin semakin gelagapan ia tertangkap basah.
“Ada seorang peng... akkhh!!!” Rintih Chaeri setelah menerima injakan keras dari sungjin pada kakinya.
“Ani.. kami mengantarkan keperluan untuk club teater, kami pergi dulu, maaf sudah mengganggu” Ucap Sungjin buru-buru, ia pun menggeret Chaeri untuk keluar bersamanya. Sebelum gadis itu membocorkan apa yang sudah ia lakukan tadi.
“YAAA LEPASKAN AKUUU!!!” pekik Chaeri. Sungjin pun melepaskan Tangan Chaeri.
“Haiss, Bekerja tanpa surat ijin, meninggalkanku begitu saja, dan sekarang ketahuan sedang bertindak mesum pada anak-anak teater, aku takkan membiarkanmu begitu saja, akan kulaporkan kau pada guru Park! Kau tahukan bagaimana marahnya guru Park jika tahu ada yang mengganggu anak-anak perempuan??” ucap Chaeri sungguh-sungguh. Ia melihat guru Park yang berjalan memunggungi mereka di ujung koridor. Sebuah keempatan emas untuk Chaeri.
“Yayaya!! Siapa bilang aku mengintip mereka, aku sedang membersihkan ruang teater!!” sangah Sungjin lagi.
“Aku tak peduli!! Park Seongsaenim!!!” teriak Chaeri akhirnya.
“Aku akan melaporkanmu! Tamatlah riwayatmu” Chaeri memamerkan seringainya dan berlari mengejar Guru Park yang hampir menjauh.
“Park Seongsaenim!! Tunggu!!” teriak Chaeri lagi. Guru Park pun berhenti, wajahnya tampak tak bersahabat ketika Chaeri memanggilnya. Sungjin takkan membiarkan ini terjadi, ia tak mau mati dipukuli ibunya karena bermasalah di sekolah. Ia pun ikut mengejar Chaeri.
“Haiss gawat!! Yaa Tunggu!! Aku akan bergabung dengan clubmu!!” teriak Sungjin akhirnya. Ia benar-benar terpaksa. Mendengar itu otomatis langkah Chaeri terhenti. Ia berbalik menatap Sungjin.
“Jinja??” tanya Chaeri tak yakin.
“Jinja, aku akan bergabung, jadi jangan laporkanku pada guru Park” pinta Sungjin lemah. Chaeri tersenyum senang, akhirnya cara dirinya berhasil.
“Yaa Kim Chaeri ada apa??” teriak guru Park. Chaeri berbalik dan memamerkan cengiran kudanya.
“Hee ani, aku hanya ingin memberi tahu bahwa aku sudah menaruh box property itu pada club teater” ucap Chaeri polos maih memamerkan cengiran kudanya.
“Haisss gadis ini, membuang waktuku saja!!” umpat guru Park, ia pun kembali melanjutkan perjalanannya.
Chaeri berbalik pada Sungjin, ia menatap Sungjin lekat-lekat membuat pria itu salah tingkah. Brugghh dengan keras Chaeri menendang tulang kering Sungjin.
“Aakkkhh~, YAA!! Kenapa kau menendangku!!” pekik Sungjin sambil memegangi kakinya yang kesakitan.
“Karena kau telah meninggalkanku dicafe dan membuatku harus begadang mengerjakan tugas!, kajja ikut aku!” Chaeri memimpin jalan.
“Yaa!! Bukankah aku sudah memberimu uang banyak!” protes Sungjin lagi, ia berjalan sambil mengusap kakinya yang sakit. Chaeri berhenti dan berbalik kearah Sungjin.
“Yasudah anggap saja itu kembaliannya!” tukas Chaeri, ia pun kembali memimpin jalan.
(TBC)