CHAPTER 1 : Oneshot
Di desa terpencil terdapat gadis cantik yatim piatu. Ia bekerja menjadi penjual bunga. Meski hasilnya tidak sebanyak itu, ia tetap bersyukur. Ia masih bisa memenuhi kebutuhannya. Setiap harinya, ia membuat karangan-karangan bunga yang menarik dan juga banyak pesanan-pesanan untuk pemakaman, kelahiran bayi, dan terkadang untuk lamaran yang dipesan seorang pria untuk seorang wanita yang beruntung.
Naeun POV
Aku menunggu Namja itu, Namja pelanggan setiaku. Bukan karena aku menunggu uangnya. Tidak. Aku hanya menunggu dia, aku menyukai dia lama sekali yaitu sejak pertama kali melihatnya dan itu sudah berbulan-bulan yang lalu. Yah.., meskipun dia mempunyai pacar beruntung yang selalu diberi bunga olehnya. Tetapi entah mengapa aku semakin cinta padanya meskipun aku tidak akan pernah mengutarakan perasaanku ini.
Kringcing. Aku melihat seorang Namja dan Yeoja yang sepertinya mereka adalah sepasang kekasih.
“Selamat datang” sapaku dengan ramah dan kembali menyelesaikan karangan bunga.
“Ah ne” sang lelaki membungkuk.
“Oppa, aku ingin bunga itu!” sang wanita menunjuk bunga mawar merah. Melihat itu, hanya membuatku iri. Wanita beruntung, pacarnya sangat romantis.
“Aku pesan sebuket bunga mawar merah” pesan Namja itu.
“Ne” aku segera memberikan pesanannya.
Kringcing. Dia datang! Namja itu! Oh, lagi-lagi jantungku berdegup kencang. Sadarlah Naeun-ah, dia sudah punya pacar!
“Bisakah aku memesan sebuket bunga mawar merah dengan mawar putih dipinggirannya? Seperti biasanya” pinta Namja itu.
Aku mengangguk, aku segera mengambil sebuket bunga itu. Ya, aku sudah mempersiapkan semuanya. Bukankah dia setiap hari datang ke toko ku? Aku memberikan sebuket bunga itu malu-malu. Aku memandang wajah tampannya. Oh Tuhan, mengapa pipiku menjadi panas setiap aku disampinya? Gawat kalau pipiku bersemu, aku akan malu.
“Gamsahamnida” ucapnya lalu membayarnya.
“Um.., Tuan” panggilku.
“Nde?” sahutnya.
“Bolehkah aku tahu namamu?” tanyaku ragu.
“Namaku Choi Jungsoo. Jangan memanggilku Tuan, aku terlihat sangat tua” ujarnya. “Panggil saja dengan sebutan ‘Oppa’ Umm.. bukankah kau seumuran denganku? Dan bolehkah aku tahu namamu juga?” tanya Namja yang bernama Jungsoo itu. Dia tanya namaku? Namaku? Oh ayolah, pasti pipiku sangat merah sekarang.
“Namaku Son Na Eun. Panggil saja Naeun” jawabku.
“Son Na Eun” Jungsoo mengangguk-angguk berarti mengerti. “Nama yang bagus. Aku ingin tahu mengapa Anda bekerja? Bukankah Anda terlalu muda Naeun-ssi?” tanya Jungsoo. Dia memanggil namaku? Oh Tuhan, ini suatu kejutan!
“Aku hanya memenuhi kebutuhanku” jawabku dengan menunjukkan senyumku yang paling indah.
“Oh, begitu. Baiklah, sampai jumpa Naeun-ssi” Jungsoo melambaikan tangan.
“Ne, ...Oppa” aku juga melambaikan tangan. Aku masih melihatnya yang mulai menjauh. Aku menghela nafasku lalu memegangi dadaku yang masih saja berdegup tak normal. Ini sungguh seperti mimpi! Tetapi sayangnya terlalu singkat. Aku harap aku semakin dekat dengannya.
Sudah jam lima sore, waktunya untuk menutup toko. Aku segera menutup pintu masuk dan menguncinya. Aku berjalan menuju rumahku yang kira-kira berjarak dua meter dari toko bungaku. Aku membuka pintu rumahku.
“Aku pulaaang!” teriakku. Tak ada yang menjawab, aku mengela nafasku.
Aku sendiri lupa bahwa Nenek sudah tiada. Aku berharap suara Nenek menyahutku. Hari-hariku sangat sepi. Mungkin karena aku sudah tak mempunyai keluarga satupun. Makan sendiri, bermain sendiri, semuanya sendiri. Membuatku sedikit malas beraktifitas.
Ah ne, aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Son Na Eun. Panggil saja Naeun. Aku anak yatim piatu. Ayah dan ibuku meninggal 14 tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan. Yah.., aku bersyukur bisa selamat dari kecelakaan itu. Lalu aku dirawat Nenek setelah kecelakaan itu. Nenekku adalah penjual berbagai macam bunga. Sejak kecil aku membantu Nenekku, berjualan bunga dan berkebun. Dan sekarang.. aku mewarisi toko bunga Nenek. Sungguh menyedihkan, bukan? Yah.., seperti inilah takdir hidupku.
Aku berjalan menuju kebunku. Aku sangat mencintai kebunku. Bahkan kebunku ini bagaikan surga —menurutku. Bagiku, hanya bunga-bunga yang menjadi temanku. Tak ada yang lain. Selain beberapa macam bunga yang sangat cantik, aku hanya menyukai bunga daisy putih yang menurutku artinya adalah kepolosan dan cinta setia. Kebun ini tentu saja milik nenekku yang di wariskan kepadaku. Karena aku adalah cucu yatim piatu yang tak mempunyai apa-apa. Akhirnya, nenekku mewariskan semuanya padaku. Aku bersyukur, aku masih beruntung. Meski kehidupanku sangat miris.
Kebun indah ini adalah kebun rahasia —kata Nenekku. Aku pasti akan merahasiakan kebun ini, tak memberitahu kepada siapapun. Kecuali kepada orang yang spesial bagiku. Aku merebahkan tubuhku di rerumputan kebun, menatap bulan purnama di langit sana.
“Apakah... hidupku akan kesepian?” tanyaku. “Apakah... takdirku adalah seseorang yang kesepian?” ucap tanyaku lagi. Aku berlari ke wilayah bunga daisy dan duduk di ayunan di dekat bunga kesukaanku.
“Daisy, aku ingin menjadi sepertimu. Aku ingin menjadi bunga yang sangat di gemari orang-orang. Aku ingin orang-orang gemar kepadaku dan menemaniku” ucapku pada bunga daisy itu. Konyol, bukan? Berbicara dengan bunga? Beginilah, jika aku merasa sangat kesepian.
Naeun End POV
***
“Eomma.. Appa..” gumam Naeun dalam tidurnya sambil memeluk gulingnya erat dan tersenyum lebar. Pasti gadis itu sedang memimpikan Ayahnya dan Ibunya sekarang.
Kriiiiing~
Naeun terlonjak bangun, lalu ia menatap jam itu. Matanya menjadi bulat dengan sempurna. Ini sudah jam delapan pagi dan sudah waktunya untuk membuka toko bunganya. Dengan segera Naeun berlari menuju kamar mandi.
Naeun berjalan menuju tokonya dengan mata yang terpejam. Sesekali Naeun menguap. Rasa kantuk Naeun masih belum bisa hilang.
“Naeun-ssi” panggil seseorang. Naeun menoleh.
“Oh? O..Oppa?” sahut Naeun. “Um.., untuk apa Oppa pagi-pagi kemari?” tanya Naeun. “Umm.., aku baru akan membuka toko. Maaf, tadi aku bangun telat” tambah Naeun. “Ingin membeli bunga lagi?” tanya Naeun lagi.
“Tidak, aku hanya ingin membantumu” jawab Jungsoo denga senyumnya.
“Huh? Membantuku?” tanya Naeun ragu.
“Ne, boleh kan?” tanya Jungsoo.
“N..ne” Naeun mengangguk.
Naeun hanya tersenyum terus sambil sesekali melirik Jungsoo. Pipinya terlihat sangat merah seperti tomat sekarang. Jungsoo yang dilirik oleh Naeun daritadi akhirnya tidak enak.
“Kenapa kau tersenyum terus Naeun-ssi?” tanya Jungsoo.
“Huh? Apanya? Tidak tidak” sahutku cepat. “Jangan panggil aku dengan embel-embel ‘ssi ’, terlihat seperti tidak akrab” tambah Naeun.
“Baiklah”
Krincing~
“Selamat datang” ucap Naeun dengan Jungsoo bersamaan. Mereka saling bertatapan lalu saling membuang muka. Pipi Naeun jadi merah lagi karena insiden tadi.
“Kami pesan sekarang bunga untuk pernikahan kami besok” ucap pelanggan. “Besok tolong diantarkan di alamat ini, karena lusa kami akan menikah” ucap sang lelaki dengan menggandeng seorang wanita yang cantik dan tentu saja adalah calon istrinya.
“Baiklah” jawab Naeun dengan Jungsoo yang lagi-lagi bersamaan. Mereka berdua saling menatap lalu tertawa bersama. “Kau jaga sini ne! Aku akan membuat karangan bunga di belakang. Kau jaga dikasir saja” ucap Naeun dan berjalan menuju belakang.
“Ne” sahut Jungsoo dan masih menatap punggung Naeun yang mulai menjauh. Jungsoo menghela nafasnya. “Tinggal sedikit lagi, Jungsoo-ah” ucap Jungsoo pada didirinya sendiri. Entah apa maksud dari pria ini.
“Naeun-ah, sebuket bunga lily putih” teriak Jungsoo. Tak ada sahutan dari Naeun membuat Jungsoo khawatir akan Naeun. Ia memutuskan untuk ke belakang.
CKLEK
“Ada apa?” tanya Naeun tanpa menatap Jungsoo dan masih fokus mengukir karangan bunganya.
“Kau tidak mendengarku? Ada pelanggan memesan sebuket bunga lily putih” jelas Jungsoo.
“Jinjja? Mianhae, aku tidak mendengar” Naeun menunduk. Jungsoo berjalan mendekati Naeun dan ikut berjongkok.
“Apa kau kelelahan? Aku bisa membantumu mengukir karangan bunga ini” tawar Jungsoo.
“Tidak usah, kau harus jaga tempat kasir dan melayani pelanggan” tolak Naeun. “..Aku minta tolong” tambah Naeun.
“Baiklah, jika kau kehausan kau bisa panggil aku. Aku akan membelikanmu minuman” ujar Jungsoo.
“Ne” Naeun tersenyum.
Jungsoo mengacak-acak rambut Naeun lalu kembali menuju tempat kasir. Lagi-lagi pipi Naeun bersemu merah, ia memegangi dadanya. Terasa jika jantungnya berdegup dengan kencang. Naeun tersenyum kecil.
“Dia peduli padaku” batin Naeun.
***
“Naeun-ah” sapa seseorang.
“Oppa?” balas Naeun. Jungsoo tersenyum.
“Aku membantumu lagi ne? Sepertinya aku akan membantumu setiap hari” jelas Jungsoo. “Tidak apa-apa kan?” tanya Jungsoo.
“Gwaenchana, malah aku bertambah senang. Tapi Oppa, aku akan merepotimu” Naeun menunduk.
“Gwaenchana, aku benar-benar ingin membantumu!” ucap Jungsoo mantap. Naeun tersenyu senang.
“Oppa, bisakah kau mengantarkan karangan bunga ini ke alamat sepasang kekasih kemarin?” pinta Naeun. “Ini alamatnya” Naeun memberikan alamatnya.
“Pasti, tapi aku menggunakan kendaraan apa?” tanya Jungsoo.
“Ada mobil pengangkut di garasi sebelah toko” Naeun membuka garasinya yang berada di sebelah tokonya. “Aku minta tolong ne?” pinta Naeun.
“Ne, aku akan membantumu” jawab Jungsoo dengan mengacak rambut Naeun.
Naeun kembali menjaga tokonya sendirian dengan mengukir Flower Crown untuk dijual juga. bando Flower Crown itu sangat digemari remaja-remaja bahkan anak-anak. Naeun juga suka memakai bando Flower Crown.
Krincing~
“Selamat datang” sapa Naeun dengan ramah. Melihat pelanggannya yang menyeramkan, membuatnya sedikit takut sekaligus khawatir. Naeun segera berjalan mendekati Ahjussi berotot dan berbadan besar itu dengan membawa tongkat kayu kecil. “Anda mau pesan apa, Ahjussi?” tanya Naeun.
“Minggir!” Namja itu mendorong Naeun dan membuat Naeun terjatuh. Setelah itu Naeun segera bangkit.
“Ahjussi, anda memang sebagai pelaanggan sekaligus raja disini tapi bisakah anda bersikap sopan kepada pelayan?” pinta Naeun.
“Mwo? Kau berani padaku?” tanya Ahjussi itu. Ia menarik kera baju Naeun, sehingga tubuh Naeun sedikit terangkat. Naeun marah atas perlakuan Ahjussi ini, segera memukul lengan Ahjussi itu dengan tongkat yang dibawanya. “Arrrgh!” rintih Ahjussi itu.
“Anda mau apa datang kesini?” tanya Naeun dan lagi-lagi Ahjussi itu menyakiti Naeun dengan menjambak rambut Naeun.
“Berikan semua uangmu!” suruh Ahjussi itu, lalu merebut tongkat kecil yang di bawa Naeun dan membuangnya. Lalu menodongkan pisau kecilnya dileher Naeun.
“Tidak akan” tolak Naeun.
“Berikan!”
“Andwaeeeeeeee!” teriak Naeun.
“Kau benar-benar!” Ahjussi itu mendorong Naeun sampai jatuh lalu menggeledah toko Naeun.
Naeun jatuh terjungkal. Sehingga kepala Naeun mendarat ke lantai kayunya duluan dan akibatnya kepalanya berdarah, kepala Naeun sangat pusing saat ini. Ia berusaha meraih tongkat kecilnya itu tetapi tubuhnya tidak kuat untuk dibuat gerak. Ahjussi itu masih menggeledah toko Naeun sambil menjatuhkan barang-barang di tokonya dan merusaknya. Lalu Ahjussi itu menemukan dimana uang yang dicarinya itu berada dan langsung mengambil semuanya dengan serakah. Setelah itu ia pergi.
Naeun berusaha berdiri. Karena pusing, rasanya toko ini menjadi terbalik. Bibit-bibit tanaman yang sudah ia sendirikan dan ia bungkus untuk dijual, sekarang semuanya jatuh berserakan bercampuran. Tanaman-tanaman yang sudah Naeun tanam di pot sekarang juga jatuh, tanahnya berserakan begitu juga tanamannya. Naeun segera melihat mesin kasir, tidak ada uang satupun. Ahjussi itu mengambil semuanya.
Naeun mengambil bibit-bibit yang berserakan itu dan menyendirikan dengan jenis-jenisnya. Untung saja Naeun hafal jenis-jenisnya meskipun bentuknya terlihat sama. Tiba-tiba Naeun teringat sesuatu.
“Karangan bunga” gumam Naeun dan segera ke belakang.
Karangan bunga yang sudah selesai diukir dengan susahnya itu dirusak oleh Ahjussi tadi. Bunga karangan yang tadinya segar sekarang menjadi mati dan layu semua. Beginilah jika bunga dirusak mereka akan mati dengan cepatnya. Mata Naeun berkaca-kaca, begitu susahnya ia membuat karangan itu dan sekarang dirusak dengan mudahnya oleh Ahjussi sialan itu. Tubuh Naeun jatuh ambruk ke lantai. Ia menangis.
Jungsoo memarkirkan mobil pengangkut milik Naeun ke garasi setelah itu menuju toko. Jungsoo melihat toko Naeun yang aneh, tidak ramai seperti biasanya. Ia melihat jam tangannya. Ia berlari ke pintu masuk toko. Dan ternyata Naeun menggantinya menjadi tutup. Ia melihat jam tangannya yang ia kenakan, ini masih jam empat. Bahkan toko bunga Naeun itu tutup jam lima sore. Ada apa dengannya? Jungsoo mencoba membuka pintu masuk dan ternyata tidak dikunci, Jungsoo segera masuk. Dilihatnya didalam sungguh berantakan bibit-bibit berserakan, pot-pot bunga berserakan dilantai.
“Naeun-ah” panggil Jungsoo. Tak ada jawaban.
Dengan segera Jungsoo berlari menuju belakang. Dilihatnya Naeun sedang menangis dipojok sana dengan menekuk kakinya dan menenggelamkan wajahnya disana. Jungsoo segera berlari mendekati Naeun.
Mendengar suara langkah, Naeun mengusap airmatanya dan mendongakkan kepala. Terdapat Jungsoo dengan wajah khawatir. Naeun menundukkan kepalanya.
“Apa yang terjadi? ...Kepalamu berdarah? ....Kau menangis?” tanya Jungsoo lalu berjongkok. Naeun tak menjawab.
“Mengapa semuanya jadi berantakan begini? Apakah kau ada masalah? Apakah ada yang menyakitimu?” tanya Jungsoo bertubi-tubi. “Jawab aku!” pinta Jungsoo dengan menggoyangkan tubuh Naeun. Tiba-tiba Naeun memeluk Jungsoo lalu menangis.
“Mengapa kau baru datang? Aku takut! Hiks” tangis Naeun pecah. Jungsoo membalas pelukan Naeun. Lalu Naeun menceritakan semuanya. Setelah itu, mereka berdua membersihkan barang-barang yang berserakan.
“Mian, aku tidak memberikan separuh hasil kerja kita. Uangku sudah habis diambil oleh Ahjussi itu” Naeun menunduk. “Lain kali aku akan memberimu separuh hasil pekerjaan kita” ucap Naeun dengan meyakinkan.
“Tidak usah, kau lebih membutuhkannya. Aku hanya ingin membantumu, tak mengharapkan imbalan” tolak Jungsoo. “Apakah kepalamu masih sakit? Biarkan aku mengobatimu” ucap Jungsoo.
“Tidak usah” tolak Naeun.
“Ayolah” Jungsoo menarik tangan Naeun. “Jadi.., Dimana rumahmu?” tanya Jungsoo.
“Apa? Rumah?” tanya Naeun tidak mudeng.
“Ne, aku tidak bawa kotak P3K” jawab Jungsoo. “Apakah dirumahmu ada obat?” tanya Jungsoo.
“Tentu saja, setiap rumah pasti sedia obat” jawab Naeun.
“Baiklah” Jungsoo menggandeng tangan Naeun semangat.
Setelah sampai dirumah Naeun, Jungsoo mengobati luka Naeun. Naeun hanya mematung saat diobati oleh Jungsoo. Ia sedikit shock sedekat ini dengan Jungsoo, rasanya jantungnya mulai copot. Jungsoo juga terlalu pintar dalam mengobati luka seseorang, caranya mengobati sangat sempurna sehingga Naeun tak merasakan perih.
***
Krincing~
“Mian aku agak terlambat, aku akan berkerja dengan semangat hari ini” ucap Jungsoo tiba-tiba membuat Naeun kaget. Naeun tersenyum kecil.
“Ne” sahut Naeun dan melanjutkan membuat Flower Crown.
Setelah beberapa lama, Jungsoo membalikkan badan menatap Naeun yang duduk di belakangnya sedang mengukir flower crown. Jungsoo mendekati Naeun.
“Kejamkan matamu” pinta Jungsoo.
“Huh?” Naeun tidak mudeng.
“Kejamkan matamu” ulang Jungsoo. Jungsoo menyibakkan poni panjang Naeun ke belakang dan menaruh plester demam di dahi Naeun. “Semoga cepat sembuh!” Jungsoo menarik hidung Naeun pelan. Naeun membuka matanya perlahan.
“Bagaimana kau bisa tahu jika aku demam saat ini?” tanya Naeun.
“Aku merasakan bahwa kepalamu panas kemarin dan sekarang kau pucat itu tanda-tandanya sakit, bukan?” jelas Jungsoo.
“Gomawo” ucap Naeun.
“Ajari aku membuat bando cantik itu” pinta Jungsoo.
“Ini namanya ‘Flower Crown’” Naeun memberitahu Jungsoo. Lalu Naeun memberitahukan bagaimana cara mengukir Flower Crown dengan betul.
“Yey! selesai” ucap Jungsoo dengan senyumnya. Naeun hanya tertawa melihat perilaku Jungsoo layaknya anak umur lima tahun. Lalu Jungsoo memakaikan Flower Crown itu di kepala Naeun. “Kau bertambah cantik jika menggunakan ini” puji Jungsoo. Pipi Naeun bersemu lagi.
“Sudah lama aku tidak memakai bando Flower Crown“ ucap Naeun. “Ah ne, ayo ikut aku” ajak Naeun.
Kemana?”
“Aku ingin mengundangmu ke suatu tempat” jawab Naeun.
***
Naeun menutup tokonya lebih awal. Setelah mengunci tokonya, lalu mengajak Jungsoo ke rumahnya. Jungsoo hanya mengikuti Naeun berjalan dari belakang. Lalu Naeun menggandeng tangan Jungsoo. Mungkin Naeun akan membawa Jungsoo ke kebunnya? Naeun membuka pintu yang terdapat tulisan ‘Secret’. Dan terlihat kebun bunga yang sangat luas dan indah, membuat Jungsoo menganga akan keindahan kebun ini. Sangat indah.
“Tempat ini bernama Secret Garden. Sebenarnya tempat ini seharusnya rahasia dan hanya aku yang tahu. Tapi, aku akan memperlihatkan kebun indah ini untukmu. Dan kau adalah orang pertama yang aku ajak disini” jelas Naeun.
“Indah sekali” kagum Jungsoo.
“Ayo ke ayunan sebelah sana” ajak Naeun. “Lepaskan sepatumu dulu!” pinta Naeun. Jungsoo hanya diam. “Tenang saja, rumput ini bersih kok. Aku setiap hari menyiramnya” jelas Naeun. Lalu Jungsoo menyusul Naeun dan duduk di ayunan dekat bunga Daisy.
“Bunga apa yang kau sukai?” tanya Jungsoo memulai pembicaraan.
“Daisy putih” jawab Naeun singkat.
“Kenapa?”
“Karena artinya adalah kepolosan dan cinta setia” jawab Naeun. “Ah ne, kau bisa mengatakan rahasiamu disini dan hanya kita yang tahu cerita kita” tawar Naeun.
“Ada rahasia yang harus aku beritahukan padamu” sahut Jungsoo cepat.
“Eoh? Apa itu?” Naeun membalikkan badannya menghadap Jungsoo dan mulai menyimaknya.
“Rahasia itu adalah...”
“Apa?”
“Aku mencintaimu sejak lama” jawab Jungsoo. Mata Naeun terbelalak, pipinya jadi merah. Jungsoo memetik satu bunga daisy putih dan menyelipkan di daun telinga Naeun. “Maukah kau menjadi yeojachingu-ku?” pinta Jungsoo.
“Ne” Naeun mengangguk mantap.
Jungsoo mendekatkan wajahnya ke wajah Naeun dan Chu~ Jungsoo mencium pipi Naeun. Naeun meneteskan airmata.
“Mengapa kau menangis?” tanya Jungsoo bingung.
“Tidak, aku hanya menangis bahagia” jelas Naeun lalu memeluk Jungsoo erat. Aroma melati di kebun membuat keadaan menjadi sangat romantis. Naeun ikut memetik bunga daisy putih dan menyelipkan di daun telinga Jungsoo.
“Hehe, kau terlihat cantik” canda Naeun.
“Mwo? Aku tampan” koreksi Jungsoo. “Dan kaulah yang cantik” dengan mencubit kedua pipi Naeun.
***
1 tahun kemudian.
Naeun dan Jungsoo merebahkan tubuh di rerumputan kebun Naeun. Mereka melihat bulan sabit yang amat indah itu dengan dikelilingi bintang yang banyak. Sangat indah melihat langit yang dipenuhi banyak bintang disana.
“Lihat bintang jatuh!” tunjuk Jungsoo.
“Wah.., indah sekali” ucap Naeun takjub. “Ramalan bintang jatuh ternyata benar” tambah Naeun. Setelah itu keadaan menjadi hening lagi, Naeun sangat tidak suka keheningan. “Apakah kau masih mencintaiku?” Naeun memulai pembicaraan sambil menatap Jungsoo.
“Hei, pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku akan mencintamu selalu” jawab Jungsoo. Naeun tersenyum dan kembali menatap langit. “Dulu sebenarnya bunga-bunga yang aku beli itu bukan untuk pacarku. Aku berbohong, sebenarnya itu bukan untuk pacarku tapi untuk ibuku. Ibuku suka sekali bunga. Dan aku pergi ke tokomu setiap hari itu sebenarnya bukan untuk membeli bunga, aku hanya ingin dekat denganmu” jelas Jungsoo.
“Jinjja?” tanya Naeun.
“Ne, aku mencintaimu dari dulu” jelas Jungsoo. “Dan sekarang kau adalah kekasihku yang aku cintai” Jungsoo menggandeng tangan Naeun. Naeun tersenyum malu.
Naeun POV
Kini Jungsoo sekarang milikku. Namja cinta pertamaku, dan paling aku sayangi. Dia akan selalu bersamaku. Bersama disisiku selamanya dan di tempat ini. Secret Garden.
Naeun End POV
END