Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
line official dreamers
facebook dreamers
twitter dreamer
instagram dreamers
youtube dreamers
google plus dreamers
How It Works?
Dreamland
>
Fan Fiction
Different Dimension: The Beginning
Posted by KaptenJe | Kamis,01 Juni 2017 at 16:33
2
37472
Status
:
Complete
Cast
:
OC, BTS, EXO, Lovelyz, GFriend, EXID, AOA, BTOB, Seventeen, ZE:A. NU'EST, B1A4, The Ark, RV
Different Dimension: The Beginning

CHAPTER 26 : The Unfinished Song

Science Club

Kesibukan bukan hanya terlihat di Lapangan sekolah, namun juga di ruang klub sains. Beberapa anggota baru klub sains juga terlihat sibuk membantu para sunbae mengatur stand mereka yang juga akan berpartisipasi dalam pentas seni hari ini. “Eugh!”, keluh Eunha yang kini tengah berdiri di atas salah satu kursi kelas, mencoba meraih sebuah kardus berisi peralatan yang terletak di atas lemari. Tak lama kemudian, masuklah dua orang siswa kelas 1 bernama Jung Chanshik dan juga Lee Chanhee yang merupakan sepupu dari sang ketua klub sains, Lee Howon. “Noonaaa~”, sapa Chanhee ramah ketika melihat Eunha di dalam ruangan klub. “Noona, noona! Igo bwayo! Aku mendapat banyak sekali permen dari para sunbaenimdeul yang akan menjaga stand tata boga nanti! Kkkk! Mereka memberikan ini karena mereka pikir aku ini lucu! Kkk!”, ujar Chanhee berbinar.

“AISH SHIKKEURO!”, seru Eunha frustasi karena sejak tadi, tubuh kecilnya tak mampu meraih kardus berisi peralatan tersebut. Ia lekas turun dari kursi dan menghampiri Chanhee. “Daripada sejak tadi kau terus saja mengoceh, lebih baik kau bantu aku mengambil kardus itu”, ujar Eunha sambil menunjuk kardus yang belum juga mau beranjak sedikitpun dari tempatnya tersebut.

“Ah….kenapa kau tak bilang sejak tadi noona!”, ujar Chanhee. “Serahkan semua pada Lee Chanhee!”, ujar Chanhee sambil menepuk dadanya bangga. Ia menyerahkan permen permen tersebut pada Eunha dan berjalan lalu naik ke atas kursi. “Eugh! Eugh!”, Chanhee terlihat berusaha menarik kardus tersebut, namun apa daya, tubuhnya juga kurang tinggi.

“Naeryeowa”, ujar Chanshik.

“Ah chakkaman! Hal su isseo! Eughhh~”, gumam Chanhee. “Huff…aku menyerah”, ujarnya tak lama kemudian. Ia pun turun dengan pasrah. Kali ini giliran Chanshik yang naik ke atas kursi tersebut. Dengan postur tubuh yang lebih tinggi dari Chanhee dan Eunha, ia dengan mudah mengambil kardus tersebut.

“Huwaaa Chanshik-ah gomawo!”, seru Eunha berbinar. Chanhee cemberut melihat reaksi Eunha pada Chanshik. “Neo do jalhaesso, Chanhee-ah”, sambung Eunha tak lupa mengucapkan terima kasih pada Chanhee yang juga sudah berusaha untuk membantunya.

“Heheh…”, Chanhee kembali tersenyum mendengar ucapan Eunha. Ia merogoh tas nya dan menyerahkan sebotol banana milk pada Eunha. “Untukmu noona, agar kau bisa tumbuh tinggi!”, ujar Chanhee.

“Psh…neo jincha….gomawo”, ujar Eunha.

“Lalu aku bagaimana?”, Tanya Chanshik memelas.

“Kau sudah tinggi, tak perlu minum susu lagi”, sungut Chanhee.

Eunha tertawa melihat interaksi kedua hoobaenya tersebut. “gurae….tolong bawakan ini pada yang lainnya yang sedang berada di stand…aku akan membereskan ruang klub”, ujar Eunha.

“Arasseo!”, jawab Chanhee bersemangat. “Ah…ngomong ngomong…aku belum melihat Howon hyung sejak tadi”, sambung Chanhee.

“Nado….aku juga belum melihatnya sejak tadi…aku akan memberitahumu, jika aku melihatnya nanti”, ujar Eunha.

“Ne noona!”, jawab Chanhee segera melakukan apa yang diminta Eunha.

***

05.00 PM

Festival pentas seni berlangsung meriah. Sejak pukul 10, para stand menampilkan hasil karya dari klub masing masing. Setelah istirahat makan siang pukul 12 tadi, festival berlanjut dengan menampilkan aksi-aksi panggung dari para siswa. Dan kini, acara semakin dekat menuju acara utama. Kali ini, Jinyoung dan sang teman Jinwoon, tengah menunggu giliran mereka untuk tampil. “Mana Jinyoung? Dia jadi tampil tidak sih? Lama sekali…aku mengantuk…hoaahhmm~”, gumam Donghyun malas.

“Memangnya Jinyoung akan menampilkan lagu apa?”, Tanya Eunhee sembari bergandengan tangan dengan sang kekasih, Kim Kyungjae.

“Kemarin saat aku latihan dengan Yuju noona, aku mendengarnya menyanyikan music metal..yyeeaaahh~!”, seru Seungcheol asal sembari menunjukkan lambang music metal dengan kedua tangannya.

“Eii Solma! Anak seperti Jinyoung tak akan melakukan hal itu”, sanggah Mingyu.

“Dasar idiot”, gumam Sungjae. Yang ternyata didengar oleh Seungcheol. Ia sungguh tak pernah mempercayai sedikitpun ucapan Seungcheol.

“Mworago?! Ya kemari kau…mau kuhajar hah?”, balas Seungcheol menghampiri Sungjae yang refleks segera bersembunyi di belakang tubuh kekasihnya, Mina. “Aish jajungna”, gerutu Seungcheol, sementara Sungjae meledek Seungcheol dengan menjulurkan lidahnya pada namja itu.

“Aish…kalian ini…sudahlah”, ujar Mina menengahi.

Eunkyo menghela nafas melihat Sungjae-Mina serta Kyungjae-Eunhee. Ia mencoba mengedarkan pandangannya ke tempat lain dan matanya tertuju pada Mingyu dan Sujeong yang tengah terlihat berbincang begitu akrab. “Sejak kapan mereka jadi akrab begitu?”, gumam Eunkyo dalam hati. Ia menghela nafas pelan dan kembali mengedarkan pandangannya ke tempat lain. Dan kali ini, matanya menangkap Hyungshik yang tengah duduk berdampingan dengan Nana. Namja itu terlihat tengah menyuapkan sepotong kue pada Nana. Eunkyo terperangah melihat hal tersebut. “Bahkan Hyungshik dan Nana….kau menyedihkan sekali Kim Eunkyo…”, gumam Eunkyo tertunduk lesu. “NGUOOONNGG~”, tiba tiba terdengar suara bising dari arah panggung.

“Eo? Jinyoungie-da!”, seru Mingyu sambil menunjuk kea rah panggung. Eunkyo refleks mengangkat wajahnya dan melihat sosok Jinyoung dan partnernya, Jinwoon sudah berdiri di atas panggung dengan masing masing membawa sebuah gitar listrik. Alunan gitar listrik Jinyoung dan Jinwoon meraung-raung saling bersahutan, membuat keduanya terlihat sebagai musisi rock.

“Solma………”, gumam Sungjae terperangah ketika apa yang diucapkan Seungcheol menjadi kenyataan. Seungcheol sendiri tersenyum puas, meskipun awalnya ia hanya berbicara asal, namun ia puas ketika apa yang diucapkannya menjadi kenyataan. Tak hanya Sungjae, teman-temannya yang lain pun tak percaya dengan apa yang tengah mereka saksikan.

Jinyoung dan Jinwoon saling beradu gitar listrik mereka selama kurang lebih menit, hingga tak lama setelahnya, lampu panggung meredup dan kembali menyala tak lama kemudian. Kini, sosok Jinyoung sudah terlihat duduk dengan sebuah piano di depannya dan Jinwoon memegang sebuah gitar akustik dengan seorang siswa lainnya yang berada di belakang untuk memainkan drum. “Malam ini…aku dan rekanku, Jinyoung, akan memainkan sebuah lagu…yang sejujurnya ingin kupersembahkan untuk seseorang…yaitu…Yeeunie”, ujar Jinwoon tersenyum. Sebuah lampu tersorot pada seorang siswa berambut panjang lurus, Yeeun, yang merupakan kekasih dari Jinwoon. Sorak sorai terdengar memenuhi lapangan, menggoda Jinwoon dan Yeeun yang tersipu malu. Eunkyo tersenyum tipis menatap moment romantis tersebut. “Sebenarnya, lagu yang akan kunyanyikan ini…adalah lagu ciptaan Jinyoung, namun aku meminjamnya…”, canda Jinwoon yang membuat para penonton tertawa. “Lagu ini berjudul, The Unfinished Song”, ujar Jinwoon. Jinwoon memberi sinyal pada Jinyoung untuk segera memulai pertunjukkan mereka.

Suara alunan piano mengalun indah melalui jari-jari Jinyoung yang bergerak cepat di atas tuts piano dan suara Jinwoon pun mulai terdengar berkolaborasi dengan melodi indah yang diciptakan Jinyoung.

[JINWOON]

I didn’t know during then,

As i crouched down because of fatigue,

About all your sincerity as you reached your hand out,

Willingly covering up for me.

If I close both your eyes and listen,

I can hear the warmth of your smile,

I can hear you next to me.

Because i want to run towards you,

Even if i don’t know where the road is leading to,

This world that’s encircling me,

Makes me want to move.

My heart is crying out deep inside,

All the words that i couldn’t say during then,

All the words that surfaced from my heart,

I want to send them all to you,

With this song…..Yeeun-ah…

Tak lama kemudian, kendali vocal berpindah dari Jinwoon pada Jinyoung.

[JINYOUNG]

I couldn’t stay calm,

My messy heart made me into a clumsy person,

The dreams that I’m far from are still far away,

Please don’t let go of my hand.

Even you can’t see it,

That sparkle in your pupils,

Your face that takes me away.

Because i want to run towards you,

Even if i don’t know where the road is leading to,

This world that’s encircling me,

Makes me want to move.

My heart is crying out deep inside,

All the words that i couldn’t say during then,

All the words that surfaced from my heart,

I want to send them all to you,

With this song……Kim Eunkyo

(Song by No Reply – The Unfinished Song)

SPLASH! Lampu sorot yang semula menyorot Yeeun, kini berpindah pada Eunkyo. Yeoja itu terlihat terkejut atas apa yang tengah terjadi, begitu juga dengan teman-temannya yang berdiri di dekat Eunkyo. “Omo omo ige mwoya?”, gumam yang lainnya. Eunkyo hanya terpaku di posisinya menatap Jinyoung yang masih tersenyum menatap ke arahnya. Kini dilihatnya, namja itu bangkit dari posisinya dan berjalan menuruni panggung dan berjalan menghampirinya. Namja itu kini berada di hadapannya, menatapnya.

*Flashback*

“Arasseo…na kalkke”, pamit Jinyoung hendak bergegas ke ruang panitia, namun Chulsoo menahannya. “Wae Chulsoo-ya?”

“Bisa kita bicara sebentar?”, gumam Chulsoo.

“Arasseo”, ujar Jinyoung mengajak Chulsoo pergi ke tempat yang sedikit tenang. “Bicaralah”, ujar Jinyoung.

Chulsoo terlihat sedikit ragu. Sebelum akhirnya ia memutuskan untuk membicarakan apa yang dirasakannya selama ini. “Neo….apa sebenarnya perasaanmu pada Kim Eunkyo?”, Tanya Chulsoo to the point.

Jinyoung terdiam sejenak. “Molla…..aku merasa nyaman berada di dekatnya”, ujar Jinyoung.

“Tolong pastikan….aku tak mau melihatnya kecewa karenamu”, ujar Chulsoo tegas. “Dan aku tak akan membiarkannya”, sambungnya.

“Wae…kau menyukainya?”, Tanya Jinyoung.

Chulsoo terdiam sejenak mendengar pertanyaan Jinyoung. “Ne…aku menyukainya”, jawab Chulsoo tegas.

“Lalu kenapa kau tak menyatakan perasaanmu padanya?”, Tanya Jinyoung.

“Karena aku tahu bahwa bukan aku, namja yang disukainya”, ujar Chulsoo tersenyum getir. “Dan kurasa kau tahu siapa namja yang disukainya…”, sambung Chulsoo menatap Jinyoung.

“Kau….sungguh tak mau mencoba menyatakan perasaanmu? Kita tak pernah tahu isi hati seseorang”, bujuk Jinyoung sekali lagi.

Chulsoo menggeleng sejenak. “Tidak….tidak untuk saat ini….”, gumam Chulsoo. “Aku tahu…aku bisa melihatnya bahwa bukan aku lah namja yang disukainya…tapi kau”, ujar Chulsoo yakin.

Jinyoung terdiam sejenak. Sesungguhnya, ia memang berniat untuk menyatakan perasaannya malam ini pada Eunkyo. “Neo jincha gwenchana?”, Tanya Jinyoung tak enak hati.

“Eo….na gwenchana…kau tak perlu khawatir….semoga beruntung…Jinyoung-ah”, ujar Chulsoo melangkah menjauhi Jinyoung. Namun, ia menghentikan langkahnya sejenak dan berbalik menoleh pada Jinyoung. “Manfaatkan dengan baik kesempatan yang kuberikan padamu ini…tapi kau harus ingat satu hal, sekali saja kau menyakitinya, maka aku akan segera merebut kesempatan itu darimu”, ujar Chulsoo.

“Psh…kenapa kau yakin sekali bahwa aku akan mengecewakannya?”, Tanya Jinyoung tersenyum kecil.

“Molla…tapi jauh di lubuk hatiku, aku yakin bahwa kesempatan ini akan datang menghampiriku”, ujar Chulsoo tersenyum lalu bergegas pergi meninggalkan Jinyoung.

*End of Flashback*

Jinyoung mengulurkan tangannya pada Eunkyo. Yeoja itu masih terlihat sedikit ragu. Jauh di belakang Eunkyo, Jinyoung melihat sosok Chulsoo berdiri memperhatikannya. Namja itu mengangguk pelan. Jinyoung kembali mengalihkan perhatiannya pada Eunkyo. “Kkokjongma….aku tak akan mengecewakanmu”, gumam Jinyoung.

Eunkyo pun perlahan meraih tangan Jinyoung dan namja itu mengajak yeoja itu ke atas panggung, bersamaan dengan Jinwoon yang juga meminta kekasihnya untuk naik ke atas panggung dan bernyanyi bersama.

“Sepertinya Jinyoung benar benar salah minum obat”, gumam Sungjae asal yag refleks mendapat sikutan pelan, dari Mina.

***

Seungcheol kini sudah berada di belakang panggung bersama Yuju. Beberapa menit sebelum penampilan Jinyoung berakhir, ia akan segera tampil. “Ouw…Jinyoung-ah..daebak…”, puji Seungcheol bangga akan temannya tersebut. “Noona…haruskah aku melakukan apa yang dilakukan Jinyoung?”, canda Seungcheol pada Yuju yang terlihat gugup.

“Aish! Neo”, sungut Yuju.

Seungcheol tertawa melihat reaksi Yuju. Tak lama kemudian, matanya menangkap Eunha dan L yang berjalan menghampirinya. “Yooo chingudeul! Sedang apa kalian?”, sapa Seungcheol.

“Apa kau melihat JungAh ssaem?”, Tanya L.

“Tadi aku melihatnya di ruang music”, ujar Seungcheol.

“Gurae..kaja…gomawo Seungcheol-ah”, jawab L cepat sembari menarik Eunha menuju ruang music.

“Ada apa dengan mereka? Kenapa mereka terburu-buru begitu?”, Tanya Seungcheol bingung.

“Sepertinya mereka juga akan bersiap-siap….”, ujar Yuju. “Geundae….kenapa Eunha belum mengenakan baju untuk tampil nanti?”, gumam Yuju tak kalah bingung.

***

L dan Eunha menemukan JungAh ssaem di ruang music. “Ssaem”, tegur L.

“Eo? Kalian? Apa kalian sudah siap? Apa….Eunha yang akan menjadi partnermu?”, Tanya Jungah ssaem.

L dan Eunha saling menatap sejenak satu sama lain. “Aniyo ssaem…aku belum bicara sedikitpun pada partnerku”, ujar L.

“Mworago? Tapi L…sebentar lagi kau akan tampil, tepat setelah Seungcheol selesai”, ujar Jungah ssaem khawatir.

Eunha menyerahkan selembar kertas lusuh pada Jungah ssaem. Jungah ssaem membaca sejenak apa yang tertulis di kertas tersebut. Tangannya gemetar ketika membaca kata demi kata yang tertulis di dalam kertas itu. “I…Ini….”

“Itu adalah lirik lagu yang akan dinyanyikan oleh partnerku dan aku akan mengiringinya dengan petikan gitar..” ujar L. “Dan aku ingin….kau menampilkan lagu itu bersamaku…ssaem”, ujar L.

“H…Hh…hikss….”, tangis Jungah ssaem pecah ketika mendengar ucapan L tadi.

Eunha mengeluarkan sebuah kertas lainnya dan menyerahkannya pada Jungah ssaem. Yeoja itu segera membuka dan membaca apa yang tertulis di dalamnya:

Uri Eomma,

Eomma….aku sudah berjanji padamu bahwa aku akan menyelesaikan lagu ini. Aku tahu kau sering sekali mendendangkan lagu ini meskipun aku belum sempat menyelesaikannya. Maka dari itu aku berusaha keras untuk menyelesaikannya demi dirimu. Aku ingin sekali menyanyikan lagu ini denganmu di festival tahunan sekolah….dan esok…hari itu akan datang. Aku tak sabar menantikannya. Sekali lagi….

Saeng-il chukkadeurimnida…uri yeppeun eomma….kau adalah wanita tercantik dalam hidupku. Saranghaeyo, eomma….

Kim Myungsoo

 

Setelah Jungah ssaem selesai membaca surat tersebut, L menyerahkan sebuah kotak pada yeoja itu. “Ini hadiahmu ssaem….saeng-il chukkadeurimnida…uri Jungah ssaem”, gumam L tersenyum. Ia membuka kotak tersebut. Kotak yang pada akhirnya mereka temukan setelah melalui berbagai macam hal buruk. Petunjuk Help dan Different Dimension, menunjukkan Kim Myungsoo yang kini sudah berada di alam berbeda begitu membutuhkan pertolongan saat itu. Sementara petunjuk Darkness dan Hidden, mengacu pada lokasi kotak tersebut yang terkubur di dalam tanah.  Dan ketiga petunjuk terakhir yaitu Leaf, Gold, dan Pearl, adalah petunjuk yang menggambarkan bentuk benda tersebut. Sebuah bros berbentuk daun yang terbuat dari emas dan beberapa mutiara menghiasi tepiannya, terpajang indah di dalam kotak tersebut.

“Hiks…aku….hikss….dulu aku sangat menginginkan benda ini…hikss…”, gumam Jungah ssaem.

“Kurasa Myungsoo Hyung bekerja begitu keras untuk mewujudkan keinginanmu ssaem”, ujar L.

Eunha mengambil bros tersebut dan menyematkannya di baju Jungah ssaem. “Yeppeoyo….ssaem”, ujar Eunha tersenyum. “Ije geumanhaeyo…kau akan tampil sebentar lagi”, sambung Eunha sembari menyeka air mata Jungah ssaem.

“B-Bagaimana…hiks…bagaimana aku harus berterima kasih pada kalian…hikss….”, gumam Jungah ssaem terisak. Ia menggenggam tangan L dan Eunha erat.

“Tentu saja dengan tampil bersamaku malam ini”, ujar L tersenyum.

Tangis Jungah ssaem pun mereda. “Arasseo”, ujar Jungah ssaem menyetujui ajakan L.

“Geundae…kau tak bisa tampil dengan polos seperti ini…siapa yang bisa mendandani Jungah ssaem?”, L melirik Eunha sejenak. “Eyy…kau tak bisa diharapkan…kau saja tak pernah berdandan”, ledek L.

“Ya! Neo!”, seru Eunha sebal.

“Sudahlah anak-anak…jangan khawatir…aku bisa-“

“Perlu bantuan?”, sebuah suara menginterupsi mereka. Sosok Shinmi yang terlihat begitu cantik malam itu, muncul di ambang pintu.

***

08.00 PM

Di area festival, terdengar suara riuh karena penampilan Seungcheol dan Yuju yang menyihir para penonton. “Ah…mendengar lagu romantis dari Seungcheol dan Yuju sunbae, membuatku ingin terus memelukmu Songhee-aahh~”, ujar Seungyeol merayu Songhee.

“Seungyeol-ahhh~ Ppoppo~”, balas Songhee genit. Ia memajukan bibirnya dan Seungyeol pun juga melakukan hal yang sama. Ia memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya hendak mencium Songhee namun…ia merasakan sesuatu yang aneh. “Eung….Songhee-ah…kenapa wajahmu terasa datar begini?”, Tanya Sungyeol dengan mata masih terpejam.

“Mworago?”, Tanya Songhee.

“Aaaakkkk!!”, tak lama kemudian Sungyeol berteriak ketika ia merasakan sebuah tangan menutupi wajahnya dan mendorongnya, memisahkannya dari Songhee. Sungyeol membuka matanya dan menemukan sosok Howon kini berdiri di depannya dengan telapak tangan namja itu menempel di wajahnya. “YA AISH! LEE HOWON MWOYA?!”, sungut Seungyeol menepis tangan Howon dari wajahnya.

“Itu ucapan terima kasihku untukmu dan yeojachingumu ini”, ujar Howon sambil melirik sebal Songhee. “Karena sudah mengerjaiku dan Precise”, sambung Howon.

“Ya! Asal kau tahu harga tiket pertunjukan itu mahal sekali~! Aku dan Songhee sudah rela membelikannya untukmu dan Precise! Aish…I namjaga….hatinya sudah membatu sepertinya”, gerutu Sungyeol pada sahabatnya tersebut. “Minggir kau”, sungut Sungyeol mendorong Howon dan menghampiri Songhee. “Mengganggu saja…kaja Songhee-ah…jangan dekat dekat Howon…mungkin dia sedang datang bulan”, ledek Sungyeol mengajak Songhee menjauh dari Howon.

“Tch…membatu…”, gerutu Howon sebal. “Ya aish! Menyebalkan sekali mereka”, rutuknya pada Songhee dan Sungyeol.

“Bilang saja kau iri pada mereka”, ujar suara lainnya. Howon menoleh dan mendapati Precise berjalan menghampirinya. Yeoja itu tertawa karena sejak tadi mendengarkan perdebatan Howon dan Sungyeol.

“Iri katamu? Tch…yang benar saja…mereka kampungan sekali”, rutuk Howon.

“Kau bisa menyampaikan rasa terima kasihmu pada Sungyeol dengan cara yang lebih baik”, ujar Precise.

“Kenapa aku harus melakukannya? Mereka mengerjai kita berdua”, gerutu Howon.

“Tapi aku menikmati pertunjukan malam itu…begitupun denganmu”, ujar Precise.

“Mwo?! J-Jangan asal bicara!”, sanggah Howon.

“Aku tak asal bicara….sejak awal aku sadar, bahwa kau yang duduk di sampingku saat itu. Kau tak berhenti berucap ‘Wow…whoaah…daebak’, setiap kali melihat pertunjukan demi pertunjukan malam itu”, ujar Precise menjelaskan secara detail apa yang dilihatnya malam itu.

“Aish…cham…”, gerutu Howon pelan. Ia benar benar sudah di skak mate oleh Precise. TUK! “Awww! Ya!”, seru Howon ketika tiba tiba Precise mengetuk kepalanya. “Sejak kapan kau jadi kurang ajar padaku?”, gerutu Howon.

“Sejak kau memintaku untuk melihatmu sebagai seorang namja, seperti aku melihat L”, ujar Precise tersenyum tipis.

Howon terdiam sejenak. “I…itu…”

“Kau punya waktu sampai acara ini berakhir untuk menjelaskan itu semua padaku….kuharap, aku mendengar apa yang memang ingin kudengar darimu”, ujar Precise tersenyum lalu bergegas pergi meninggalkan Howon.

***

Seungcheol dan Yuju turun dari panggung setelah menyelesaikan penampilan mereka. Di tengah jalan, keduanya berpapasan dengan L, Eunha, Jungah ssaem dan juga Shinmi. “Ssaem”, sapa Seungcheol dan Yuju sembari sedikit membungkuk demi menyapa guru mereka.

“Pertunjukkan kalian bagus sekali”, puji Jungah ssaem.

“Kamsahamnida”, jawab Yuju dan Seungcheol berbarengan.

“Ssaem, sudah waktunya”, ujar L terburu-buru. Jungah ssaem hanya tersenyum pada Yuju dan Seungcheol, lalu bergegas mengikuti L menuju panggung.

“Ya, kau tidak jadi berduet dengan L?”, Tanya Seungcheol bingung.

“Ne? Aku? Aniya…aku tak bisa bernyanyi…aku hanya akan mempermalukan diriku sendiri jika berduet dengan L sebagai acara puncak”, sungut Eunha.

“Tapi….di toko pakaian kemarin…”, ujar Seungcheol.

“Jung Eunha!”, tiba-tiba Shinmi muncul memotong ucapan Seungcheol.

“Ne onnie?”

“Tadi Howon mencarimu…aku juga ingin menemuinya..kaja”, ujar Shinmi terburu buru sembari menarik Eunha pergi dari hadapan Seungcheol dan Yuju.

“Ada apa dengan mereka?”, Tanya Yuju bingung.

“Mollayo”, jawab Seungcheol sembari mengangkat kedua bahunya.

***

On the stage

Jungah ssaem dan L sudah siap di posisi mereka masing-masing. Lampu panggung masih dipadamkan sembari memberi jeda agar penampil bisa bersiap-siap. “Kali ini…akhirnya kita sampai di acara puncak!”, seru MC memberi aba-aba bahwa acara puncak akan segera dimulai. “Apa kalian siaaap??!”, seru sang MC. Terdengar teriakan riuh rendah dari para penonton. “Mari kita sambut! Duet antara Kim L dan Kepala Sekolah kita tercinta!! Jungah ssaem!”, seru MC bersemangat. Lampu perlahan menyala dan tepuk tangan terdengar membahana di depan panggung.

Jungah ssaem terlihat sedikit gugup melihat para audiens yang begitu antusias. L menyentuh lembut pundak yeoja itu. “Tenanglah ssaem…”, gumam L tersenyum.

“Ne”, balas Jungah ssaem.

“Kau siap?”, Tanya L sekali lagi dan disambut anggukan oleh Jungah ssaem. Tak lama kemudian, alunan petikan gitar yang dimainkan L pun mulai terdengar mengalun indah. Disusul suara lembut Jungah ssaem yang memperindah pertunjukan puncak malam itu. Kata demi kata yang tertulis dalam kertas lusuh milik Myungsoo pun mengalir dari bibir Jungah ssaem.

[Kim Jungah – My Bell]

Time goes by so fast

Then I thought of the ring you always like to come

I love you in my life again and give me a whisper

Happy with the powers that do meet again, like a song

 I’m fine, I pretend I’m doing good so far,

but it’s a good pain

Call this song, I thought I will come back to my shaky heart

Somewhere I’m sure there can be together under the same sky

As always I love you in my life

Teriakan serta tepuk tangan meriah mengiringi ketika Jungah ssaem mengakhiri duet tersebut. Jungah ssaem tertunduk sedih karena air mata yang sejak tadi ditahannya, kini tak bisa lagi dibendungnya. L bergegas menghampirinya dan merangkul yeoja itu. Ia membantunya berdiri dan membimbingnya ke depan panggung untuk menyapa penonton.

“JUNGAH SSAEM! JUNGAH SSAEM! SARANGHAEYO JUNGAH SSAEM!”, para siswa meneriakkan nama Jungah ssaem demi menghibur yeoja itu.

Jungah ssaem pun mengangkat wajahnya yang sejak tadi tertunduk. Matanya berpendar memperhatikan wajah setiap muridnya yang tak henti hentinya meneriakkan namanya. Hingga, matanya terhenti pada satu sosok yang berdiri tepat di tengah kerumunan. “M-Myungsoo-ya….”, gumamnya amat pelan. Ia melihat Myungsoo berdiri di sana dan menatapnya. Ia melihat namja itu tersenyum bangga padanya seolah sejak tadi, ia benar benar menyaksikan penampilannya.

“Aku bangga padamu eomma….meskipun kini ragaku kini tak lagi ada di dekatmu, tapi percayalah bahwa aku akan selalu melihatmu….aku…akan selalu hidup di dalam hati dan pikiranmu. Tetaplah menjadi wanita kuat seperti Eomma yang ku kenal….saranghaeyo…uri eomma”, Jungah bisa mendengar apa yang begitu ingin di sampaikan Myungsoo padanya. Meskipun itu hanya di dalam pikirannya. Ia yakin dan percaya, bahwa Myungsoo selalu hidup di hatinya. Ia melihat Myungsoo menyatukan kedua tangannya dan membentuk sebuah lambang hati yang ditujukan hanya padanya. Dan sosoknya, perlahan menghilang tak lama setelahnya.

“Ssaem”, ucapan L membuyarkan lamunan Jungah. “Mereka menunggumu mengucapkan sesuatu”, ujar L.

“Ah…n-ne…”, ujar Jungah ssaem. “K-Kamsahamnida….untuk semua murid-muridku…baik kalian para penonton, penampil dan juga semuanya yang sudah bekerja keras untuk mewujudkan acara tahunan di sekolah ini. Tahun ini menjadi tahun yang sangat berarti bukan hanya bagi kalian semua, tapi juga bagiku. Setelah kejadian buruk yang menimpa kita semua waktu lalu, aku bangga kini kita semua bisa kembali bangkit. Terima kasih anak-anak….aku menyayangi kalian semua”, ujar Jungah ssaem mengakhiri pidatonya sekaligus menutup festival tahunan malam itu dan juga menandakan bahwa para siswa akan menikmati liburan akhir semester. L membantu Jungah ssaem menuruni panggung. Teriakan nama Jungah ssaem terus terdengar bahkan hingga sosok Jungah ssaem hilang dari panggung.

***

A Week Later….

“Aish arasseo!”, sungut Eunha sembari berjalan menuju beranda kamarnya. Ia tengah berbicara dengan L melalui telepon. Begitu ia keluar, ia melihat Seungcheol sedang bersantai di beranda kamarnya sendiri. Ia memutuskan teleponnya dengan L dan melirik kea rah Seungcheol. “Ya Choi Seungcheol!”, tegur Eunha dari beranda rumahnya.

“Eung??”, jawab Seungcheol acuh. Ia asik duduk di kursi malasnya dan berjemur menikmati pancaran matahari.

“Hyungshik akan mengadakan pesta bbq malam ini”, ujar Eunha.

“Ara”, jawab Seungcheol cepat. “Kau mau berangkat jam berapa?”,sambung Seungcheol. Karena rumah mereka searah, maka mereka terbiasa pergi kemanapun bersama.

“Molla…terserah kau saja”, jawab Eunha.  “Lagipula aku ada urusan…jadi kau pergi saja lebih dulu…annyeong”, ujar Eunha cepat lalu bergegas masuk ke kamarnya dan keluar lagi beberapa saat kemudian. “Ah…aku lupa menyampaikannya padamu…Hyungshik mengatakan kau boleh mengajak Yuju sunbae. Bye”, sambung Eunha kali ini benar benar masuk ke dalam kamarnya.

“Tch…mwoya”, gumam Seungcheol tertawa pelan.

***

05.00 PM

Eunha duduk di kursi bagian belakang bus. Ia melamun sejenak dan tiba tiba ia merasa pandangannya sedikit kabur dan berkunang-kunang. “Ani”, gumamnya sembari menggelengkan kepalanya mencoba mengembalikan kesadarannya. “Kini aku sendiri…tak akan ada lagi Seungcheol yang akan menolongku….seluruh perhatiannya sudah akan tercurah pada Yuju sunbae…kau harus mandiri Jung Eunha! Hwaiting!”, gumam Eunha dalam hati. Namun setelahnya, ia kembali melamun.  

***

Incheon Airport

Jungah memeluk Shinmi yang merupakan kekasih dari Myungsoo. “Hati hati Shinmi-ya…jaga dirimu baik-baik”, ujar Jungah ssaem pada Shinmi yang akan melanjutkan pendidikannya di luar negeri.

“Ne…eomma”, canda Shinmi. Ia kemudian membisikkan sesuatu pada Jungah ssaem lalu tersipu malu setelahnya.

“Arasseo…aku akan menyampaikannya padanya”, ujar Jungah ssaem.

 Shinmi lalu mengalihkan pandangannya pada Howon. “Howon-aaahhh…iriwa”, ujar Shinmi memberi sinyal agar Howon memeluknya. “Adik kecilku….aku pasti akan sangat merindukanmu”, ujar Shinmi sambil memeluk erat sang adik.

“Nado noona…kau harus sering mengirimiku surat…ara?”, ujar Howon balas memeluk sang kakak.

“Eung…pasti..kau jangan menyusahkan Eomma dan Appa ara?”, ujar Shinmi.

“Ne…kau tak perlu khawatir”, balas Howon.

Shinmi tersenyum pada Howon. Lalu tatapannya tertuju pada sosok yeoja yang berdiri di belakang Jungah ssaem. Yeoja itu diminta Jungah ssaem untuk menemaninya dan Howon mengantar Shinmi. Seulas senyum usil tergambar di wajah Shinmi. “Precise-ah!”, seru Shinmi.

Precise terkejut ketika Shinmi memanggilnya. “N-Ne?”

“Aku titip Howon padamu ya!”, seru Shinmi sambil melambaikan tangannya.

“N-Noona!”, seru Howon salah tingkah. Ia sesekali menoleh kea rah Precise. Yeoja itu sama salah tingkahnya dengan dirinya sementara Jungah ssaem terlihat menahan tawa melihat kejadian tersebut.

***

5.45 PM

Eunha tiba di pemberhentian pertama. Ia bergegas turun dari bis dan duduk di halte bis sembari menunggu bis berikutnya. Sudah tiga puluh menit berlalu, belum juga ada satupun bis yang muncul. Ia merasa kondisinya juga tak semakin membaik. Ia pun memutuskan untuk mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan singkat pada L.

To: L

5.45 PM

L-ah, sepertinya aku tak jadi datang ke rumah Hyungshik. Aku ketiduran dan baru saja bangun. Aku malas sekali….kkkk!

Eunha menghela nafas pelan. Ia merasa bosan karena bis yang ditujunya sejak tadi tak juga datang. Ia memutuskan untuk bangun dan berjalan jalan di sekitar tempat itu. Ia mengenal baik area tersebut, karena dulu ia sempat bersekolah di slaah satu sekolah dasar di area tersebut. Langkah kakinya terus melangkah hingga akhirnya ia tiba di ambang pintu sebuah taman kecil. Di seberang taman tersebut, berdiri sebuah gedung sekolah di mana ia dulu belajar. “Kenapa aku harus kemari?”, gumamnya pelan. Ia menerawang memperhatikan setiap sudut dari taman tersebut, menyusuri setiap memori yang dimilikinya. Ia masuk ke dalam gedung sekolah dan langkahnya terhenti di depan sebuah gudang sekolah.  

*FLASHBACK*

“Seungcheol-ah!”, suara nyonya Choi terdengar dari ruang bawah. Seungcheol kecil bergegas turun ke bawah dan bersiap untuk ke sekolah. Namun, langkahya terhenti ketika ia melihat seorang gadis kecil seusianya sudah menunggunya di ruang tamu. “Seungcheol-ah, kemarilah”, ujar Nyonya Choi memanggil Seungcheol. Seungcheol bergegas menghampiri sang Ibu tanpa sedikitpun melepaskan tatapannya pada gadis kecil tersebut. “Seungcheol-ah….hari ini, Paman dan Bibi Jung tak bisa menjemput Eunha karena mereka akan pulang sedikit terlambat…tapi mereka akan mengantar kalian ke sekolah hari ini…kau akan pulang bersama Eunha nanti, arasseo?”, ujar Nyonya Choi lembut.

Seungcheol kembali menatap Eunha yang masih duduk di ruang tamu rumahnya. “aku terbiasa pulang sendiri, untuk apa aku mengantarnya?”, gumam Seungcheol dalam hati. “Ne eomma”, jawab Seungcheol patuh.

***

10.00 AM

Baik Seungcheol dan Eunha, keduanya baru seminggu duduk di kelas satu sekolah dasar. Sehari-hari, Eunha terbiasa di antar-jemput oleh kedua orangtuanya. Berbeda dengan Seungcheol yang lebih memilih untuk pergi dan pulang sendiri karena ia merasa, mampu melakukannya sendiri. Bel sekolah berbunyi, menandakan jam pulang sekolah sudah tiba. Seungcheol bergegas keluar dari kelas karena ia begitu bosan karena pelajaran yang selalu diulang ulang. “Seungcheol-ah”, sebuah suara memanggilnya. Seungcheol terus berjalan mengabaikan suara, yang tentu saja ia tahu siapa sang pemilik suara tersebut. “Seungcheol-ah”, suara itu memanggilnya lagi. Seungcheol pun mau tak mau menghentikan langkahnya dan berbalik gusar. “Ah wae?!”, sungutnya. “Ya Jung Eunha, kalau kau mau pulang denganku kau harus menungguku…aku akan bermain hingga pukul sepuluh malam!”, seru Seungcheol membohongi Eunha. Tak lama kemudian, salah satu orangtua dari teman sekelas mereka, menyapa Seungcheol.

“Seungcheol-ah…Eunha-ya…kalian belum pulang?”, Tanya ibu dari teman mereka tersebut.

“Bibi…bisakah bibi membantuku?”, Tanya Seungcheol. Ia memberi isyarat agar yeoja itu mau mendekat padanya karena ia mau membisikkan sesuatu. “Eunha….hari ini tidak dijemput oleh ayah dan ibunya…bisakah bibi mengantarnya pulang ke rumah?”, bisik Seungcheol.

Wanita itu sedikit terkejut mendengar permintaan Seungcheol. “Tentu saja aku bisa…tapi…Bukankah rumah kalian searah? Jika aku mengantarnya, lalu bagaimana denganmu?”

“Aku akan pulang sendiri….bibi tak perlu khawatir”, ujar Seungcheol bangga.

“Arasseo…jika itu maumu…tapi kau harus segera pulang arasseo?”, ujar wanita itu mengingatkan Seungcheol.

“Siap bibi!”, seru Seungcheol.

“Jung Eunha, kau akan pulang bersamaku dan Mi-ran….kaja”, ujar Ibu dari Mi-ran tersebut. Meskipun sedikit bingung, namun Eunha mematuhi ucapan Ibu dari Mi-ran. Ia menoleh menatap Seungcheol.

“Annyeong~”, ledek Seungcheol sembari menjulurkan lidahnya pada Eunha. Ia segera berlari meninggalkan Eunha dan berkumpul bersama teman temannya yang lain. Eunha menatap sedih Seungcheol, namun ia tetap mengikuti Mi-ran dan ibunya menuju mobil. Namun, ketika ia akan naik mobil, sebuah ide terlintas di kepalanya. “Eum…bibi…tempat pensilku tertinggal di kelas”, gumam Eunha.

“Jincha? Gurae…ambillah…aku akan menunggumu di sini”, ujar Ibu Mi-ran.

“Aniyo…Bibi duluan saja…eum..sebenarnya Eomma akan menjemputku…hanya saja, ia akan datang sedikit terlambat. Bibi pulang saja duluan”, ujar Eunha.

“Tapi…tadi kata Seungcheol-“

“Seungcheol tak mau menemaniku menunggu eomma….aku bisa menunggu eomma sendiri…gwenchanayo”, ujar Eunha.

“Gurae?”, gumam Ibu Mi-ran berpikir sejenak. “Arasseo…tapi kau tak boleh pergi jauh-jauh dari tempat ini agar Ibumu tak kesulitan mencarimu”.

“Ne Bibi…kamsahamnida”, ujar Eunha. Ibu Mi-ran pun berpamitan dan bergegas pergi dari hadapan Eunha. Eunha menoleh ke belakang. Dilihatnya, teman teman Seungcheol tengah berkeliling lapangan sembari meneriakkan nama Seungcheol. Eunha bergegas menghampiri mereka. “Ada apa? Di mana Seungcheol?”

“Tadi kami sedang bermain petak umpet…tapi sejak tadi, Seungcheol belum juga keluar dari persembunyiannya…ottokhae?”, Tanya salah satu anak itu khawatir.

“Ayo kita cari bersama!”, ajak Eunha. Mereka pun berpencar untuk mencari Seungcheol. Kaki kecil Eunha, membawanya menuju gudang sekolah di mana petugas kebersihan biasa menyimpan alat-alat kebersihan. Ia menyentuh pintu tersebut dan….zzzttt!! tiba-tiba ia tersentak ketika ia merasakan sesuatu yang aneh. Ia tak tahu apa yang dilakukannya, namun ia bergegas menarik sebuah kayu kecil yang menyangga pegangan pintu sehingga pintu terkunci dari luar. Begitu pintu terbuka, ia bergegas menghambur ke dalam gudang yang begitu gelap, sempit dan lembab. “Hhh…hh…….hh….”, Eunha mendengar suara seseorang di sudut ruangan. Ia bergegas bergerak menuju sumber suara dan dilihatnya Seungcheol duduk terpaku sembari memeluk kedua kakinya sendiri. Wajahnya pucat dan ia gemetar ketakutan. “Seungcheol-ah! Seungcheol-ah! Hikss….”, Eunha mulai menangis karena panic melihat kondisi Seungcheol. “Seungcheol-ah…hikss…kau tak boleh mati…hikss….”, isak Eunha refleks memeluk Seungcheol. Tak lama kemudian, Seungcheol balas memeluknya. “Museowo….nan museowo…..hikss….”, gumam Seungcheol ketakutan sembari balas memeluk Eunha.

“Nan Isseo….Seungcheol-ah…”, gumam Eunha mencoba menenangkan Seungcheol yang trauma akan ruangan sempit dan lembab dan merupakan awal di mana ia akhirnya menderita Claustrophobia, yaitu ketakutan akan ruangan sempit dan lembab.

*END OF FLASHBACK*

Eunha menghela nafas pelan. Sejak saat itu, Seungcheol selalu mencoba melindunginya apapun yang terjadi karena sejak itu ia tahu, bahwa Seungcheol menderita Claustrophobia. Eunha menghela nafas pelan. Ia menyentuh pintu gudang tersebut. “Krieeet~”, pintu sedikit terbuka. Ia sedikit menghela nafas lega karena gudang tersebut tak lagi terkunci seperti dulu. Paling tidak, ia tahu tak akan ada lagi yang akan terkunci di dalam sana hingga….

“Andwae…jebal….hh….j-jebal….”, suara rintihan terdengar dari dalam sana. Eunha mengernyitkan dahinya. “Jogiyo…”, tegur Eunha.

“Jebal….jebal….”, gumam suara itu merintih ketakutan. Eunha pun masuk ke dalam gudang tersebut dan alangkah terkejutnya ketika ia menemukan seseorang di dalam sana. “CHOI SEUNGCHEOL?!”, seru Eunha segera bergegas menghampiri namja itu. Ia duduk meringkuk sembari memeluk kakinya sendiri. Wajahnya pucat dan keringat mengucur deras membasahi wajahnya. “CHOI SEUNGCHEOL! YA SEUNGCHEOL-AH!”, seru Eunha mencoba menyadarkan Seungcheol.

Namja itu membuka matanya dan menatap Eunha. “Jung Eunha!”, serunya refleks memeluk Eunha. Eunha balas memeluknya erat. “Kenapa kau lama sekali…aku…aku begitu ketakutan”, gumam Seungcheol.

“Gwenchana…hkss….gwenchana Seungcheol-ah”, gumam Eunha menangis tersedu-sedu. “Gwenchan…”

“Eunha-ya! Jung Eunha!”, suara Seungcheol menggema di telinga Eunha.

***

06.30 PM

L baru saja tiba di halaman rumah Hyungshik. Ia membaca pesan singkat yang dikirimkan Eunha padanya. “Ah…ige mwoya?”, gumamnya kecewa setelah mengetahui bahwa Eunha tak jadi datang. “L-ah”, L menoleh ketika mendengar seseorang memanggilnya. Jungah ssaem bersama dengan Howon dan Precise terlihat menghampiri mereka. “Annyeonghaseyo”, sapa L ramah.

“Eo? Kau datang juga?”, Tanya Howon. “Eunha eodie?”, sambungnya.

“Sayang sekali ia tak jadi datang…”, gumam L sedih.

“Ah…sayang sekali…..”, gumam Howon. Ia lalu melirik lirik Precise yang tak banyak bicara sejak tadi. “A-Aaah! Ssaem, apa kau mau ke dalam? Hyungshik pasti membutuhkan bantuan untuk mempersiapkan semuanya”, seru Howon.

“Ah ne…chakkaman Howon-ah…”, ujar Jungah ssaem bergerak mendekati L. “Shinmi menitipkan salam untukmu L-ah…ia berharap agar ia bisa berbicara banyak denganmu…ini alamat di mana ia akan tinggal di luar negeri nanti…kuberikan padamu, jika mungkin saja kau ingin mengiriminya surat”, bisik Jungah ssaem.

“Shinmi noona?”, Tanya L.

“Eum…kau pasti mengerti….”, gumam Jungah ssaem tersenyum.

L terdiam sejenak membaca alamat tersebut. “Arasseo ssaem…aku akan mengiriminya surat”, ujar L tersenyum tulus. Ia merasa bahwa tak ada salahnya menjalin hubungan pertemanan baru dengan Shinmi. Jungah ssaem tersenyum lega dan segera pergi menyusul Howon, meninggalkan L yang kini hanya tinggal berdua dengan Precise.

“Sepertinya kau sedih ketika mengetahui Eunha tak jadi datang”, ujar Precise mendekati L.

L hanya tersenyum mendengar ucapan Precise. “Siapa yang tak sedih jika anggota kita tidaklah lengkap”, jawab L tenang.

Precise sedikit salah tingkah. Ia memang belum bisa sepenuhnya melupakan namja yang pernah dicintainya tersebut. “Aku….hanya ingin meluruskan satu hal…”, ujar Precise. “Aku….aku sudah melepaskanmu…aku tak akan lagi mencampuri urusanmu dengan siapapun lagi termasuk Eunha”, sambung Precise.

L tersenyum mendengar ucapan Precise. “Gomapta”, balas L. Ia kemudian menyodorkan tangannya pada Precise. “Tapi kita masih berteman matchi?”

Precise terdiam sejenak lalu menyambut tangan L. “Eung tentu saja…”, jawab Precise tanpa mau menatap L.

“Kuharap kita tak lagi bertengkar karena hal kecil”, ujar L.

“Nado”, balas Precise yang akhirnya bisa tersenyum lega.

L berjalan mendahului Precise dan menyusul Howon. Ia menyentuh pundak namja itu. “Aku yakin, kau pasti bisa menjinakkannya”, bisik L sambil menepuk pelan pundak Howon.

“Mwo?”,gumam Howon terkejut. Ia menoleh ke belakang dan memperhatikan Precise dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Apa lihat lihat?!”, seru Precise.

“A-Ani!”, balas Howon panic dan segera berlari menyusul L.

***

07.00 PM

Eunha membuka matanya perlahan dan samar-samar, ia melihat langit langit kamarnya sendiri. Tak lama kemudian, ia menoleh dan melihat seseorang tertidur pulas dengan kepala bersandar di kasurnya. Eunha memiringkan sedikit tubuhnya dan dengan hati hati menyentuh pipi namja itu. TAP! Namja itu tiba tiba menggenggam tangannya dan membuka matanya. “Kau sudah sadar?”, gumamnya.

Eunha menepis tangan namja yang ternyata adalah Seungcheol. Ia bergegas bangkit dan duduk di kasurnya. “Apa yang kau lakukan di sini? Cepat pulang!”, seru Eunha mengusir Seungcheol.

“Ya Jung Eunha neo-“, gerutu Seungcheol. “Ani! Aku tak mau pulang!”, seru Seungcheol keras kepala.

“EOMMAAAA!!! APPA!! EOM- HNGGGHHH!!”, Seungcheol refleks membekap mulutnya dan kembali memaksa Eunha agar kembali berbaring di kasurnya. Namja itu memegangi kedua tangannya.

“Neo micheosseo?! Kondisimu belum pulih benar!”, seru Seungcheol.

“Lepaskan aku! LEPASKAN AKU!!!”, seru Eunha memberontak, namun Seungcheol tetap tak bergeming.

“Jebal geumanhae…”, gumam Seungcheol melunak. “Kau sedang sakit”

“LALU KENAPA JIKA AKU SAKIT?! APA PEDULIMU?! LEPASKAN AKU!!”, berontak Eunha. “KAU TAK PERNAH MENGERTI PERASAANKU! KAU TAK TAHU BAGAIMANA SAKITNYA AKU KETIKA MELIHATMU SEKARAT DAN BERPIKIR BAHWA KAU SUDAH MATI!! LIHATLAH APA YANG KAU LAKUKAN TADI! KAU MENJEMPUT KEMATIANMU SENDIRI DENGAN MEMASUKI GUDANG TUA TERSEBUT! KAU TAK PERNAH MEMIKIRKAN PERASAANKU! KAU JAHAT! KAU JAHAT CHOI SEUNGCHEOL! Hikkss….”, seru Eunha mengeluarkan isi hatinya selama ini.

“Katakan…katakanlah semua apa yang ingin kau katakan”, gumam Seungcheol namun kini yeoja itu hanya menangis tersedu sedu. “Bukankah aku memang selalu jahat padamu?”, sambung Seungcheol pada Eunha yang kini sudah terlihat sedikit lebih tenang. Ia membantu yeoja itu bangun dan menyandarkannya pada dinding. Ia menghapus sisa sisa air mata di wajah Eunha. “Aku melakukan hal itu….karena aku ingin kau kembali mengingatku…kembali padaku”, ujar Seungcheol.

“Apa…hiks…maksudmu?”, gumam Eunha terisak.

“Kau berjalan jauh meninggalkanku karena kau berpikir bahwa aku yang pergi meninggalkanmu lebih dulu…kau salah Jung Eunha”, gumam Seungcheol. “Aku tak pernah sedikitpun beranjak dari tempat di mana aku berpijak. Aku tetap berada di titik di mana kita terakhir kali berjalan bersama dan kau berjalan mendahuluiku dan perlahan meninggalkanku. Namun aku memilih untuk tetap menunggu di sana, berharap kau akan kembali tapi aku salah. Aku mencoba meneriakkan namamu, tapi kau tak mendengarku. Hingga aku berpikir bahwa aku harus melakukan sesuatu untuk menyadarkanmu bahwa aku tertinggal jauh di belakangmu. Maka dari itu, aku menghadapi ketakutanku. Karena dengan melihatku ketakutan, maka kau akan kembali padaku”, ujar Seungcheol.

“Hikss…hiks….”, Eunha kembali terisak mendengar ucapan Seungcheol.

“Aku memang tidak menyukaimu, tapi aku juga tak bisa hidup tanpamu. Kau selalu bisa menemukanku ketika aku ketakutan…. Kau tahu apa ketakutanku selama ini dan itu adalah kartu matiku yang selalu kau simpan dengan baik. Secara tak langsung, kau memegang kendali hidupku, namun aku terlalu egois untuk bisa menerima kenyataan bahwa kau memegang kuncianku. Maka dari itu, aku bersikap sedikit jahat padamu. Namun kau harus tahu, bahwa sejak saat itu, aku merasa bahwa kau adalah milikku. Aku tak akan melepaskanmu karena kau memegang kartu matiku. Kau adalah milikku Jung Eunha”, sambung Seungcheol.

“T-Tapi…Yuju sun-“, ucapan Eunha terputus ketika Seungcheol membungkam bibir yeoja itu dengan bibirnya dan melepaskannya sejenak.

“Aku memang tak menyukaimu…tapi aku mencintaimu”, gumam Seungcheol. Ia lalu menjauhkan wajahnya dari Eunha. “Kau bisa membuktikan nya dengan bertanya pada Yuju sunbae apakah aku pernah menciumnya atau tidak”, ujar Seungcheol.

“N-Neo!”, seru Eunha memukuli Seungcheol dengan bantal miliknya.

“Y-YA!”, seru Seungcheol merebut bantal milik Eunha. “Seharusnya kau bersyukur bahwa aku tak pernah mencium yeoja lain selain dirimu!”, protes Seungcheol.

“Awas saja jika kau berani menggoda yeoja lain!”, ancam Eunha.

“Mwo? Ya! Kau saja selalu berdekatan dengan L dan Howon, tapi aku tak pernah mengancammu! Apa kau memikirkan perasaanku ketika berdekatan dengan mereka?!”, balas Seungcheol.

Eunha pun terdiam mendengar ucapan Seungcheol. “Arasseo…mian”, gumamnya merasa bersalah.

“Tapi…jika kau sungguh sungguh menyukai Yuju sunabae-“

“Neo!”, sungut Seungcheol gemas. Ia merangkul Eunha dan menariknya ke dalam pelukannya. Keduanya lalu terdiam sesaat.  “Hajima….tolong jangan bersikap seperti ini lagi…”, gumam Seungcheol membelai lembut kepala Eunha.

Eunha sedikit mendongak demi bisa melihat Seungcheol. “Arasseo”, gumamnya tersenyum sembari balas memeluk erat Seungcheol.

- to be continued -

[Final chapter will be released tomorrow. Setting waktu akan kembali ke masa sekarang, karena yang flashbacknya udah selesai sampai di sini ^^] 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tags:
Komentar
RECENT FAN FICTION
“KANG MAS” YEOJA
Posted Rabu,16 Juni 2021 at 09:31
Posted Senin,20 April 2020 at 22:58
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 23:42
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:08
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
FAVOURITE TAG
ARCHIVES