CHAPTER 2 : CHERI
2.
Hari ini Cheri bangun lebih awal agar ia tidak terlambat lagi.
Kalian pasti berpikir sebenarnya ia ingin bertemu dengan sunbae tampannya lagi, tapi, tidak. Dia tidak ingin dihukum lagi, dia terlalu malas untuk menjalankan hukuman konyol seperti itu.
Cheri menyiapkan buku-buku yang akan ia perlukan pada pelajaran hari ini, bercermin sebentar dan mengikat satu rambut coklatnya yang sedikit ikal. Lalu, ia turun kebawah untuk sarapan bersama keluarganya.
"Pagi, Mom." sapa Cheri sambil menghampiri Ibunya.
Ibunya mencium kening Cheri, "Pagi, Sayang," kata Ibunya.
Cheri duduk di kursi dekat ayahnya dan mengambil sepotong roti yang telah disiapkan Ibunya.
"Heh! Kau tidak akan mengucapkan selamat pagi padaku, Park Cheri?" tanya seorang laki-laki yang duduk di hadapan Cheri dengan mata yang setengah melotot dan mulut yang mengunyah roti.
"Kau ingin sekali, ya, aku ucapkan selamat pagi?" kata Cheri dengan nada mengejek.
"Hei! Aku ini kakakmu!"
"Tapi aku tidak punya kakak idiot sepertimu, Park Chanyeol."
"Kau harus memanggilnya oppa, Cheri. Walaupun idiot, dia tetap kakakmu, dan kau juga tidak kalah idiot!" kata seorang perempuan yang duduk di sebelah Cheri sambil menahan senyum.
"Tuh, dengarkan apa kata Chorong noona, dasar Cheri-si-idiot." ucap Chanyeol.
Ibu dan Ayah mereka hanya senyum-senyum saja melihat kelakuan anak-anaknya. Cheri yang melihat kedua orang tuanya tersenyum hanya mendengus kesal dan melanjutkan sarapannya.
Cheri menyelesaikan sarapan lebih dulu dari yang lain.
"Cepatlah, kalian bedua. Aku tidak ingin dihukum gara-gara terlambat lagi." gerutu Cheri.
"Suruh siapa kau selalu telat bangun." jawab Chorong sambil memakan potongan terakhir rotinya.
Ayahnya telah selesai makan dan berkata, "Sudah, sudah. Ayo kita berangkat," lalu dia mencium Istrinya dan berjalan menuju mobilnya.
"Mom, kami berangkat, ya." pamit Chorong pada Ibunya yang menciumi keningnya.
"Dah, Mom." kata Cheri
"Dah, Sayang."
"Hei!!! Tunggu aku, bisa tidak sih!?" kata Chanyeol kesal yang belum menghabiskan roti dimulutnya dan langsung keluar menuju mobil.
---
Anak-anak keluarga Park ini memang sekolah di sekolahan yang sama, yaitu, School of Performing Arts Seoul.
Park Chorong, anak pertama keluarga Park ini sekarang sudah duduk di kelas 12, ia berada di kelas 12-1.
Chorong merupakan anak populer, karena selain dia cantik dan imut, dia juga sangat berbakat menulis lirik lagu, dance, piano, menyanyi, dan juga merupakan salah satu senator.
Banyak lelaki yang jatuh hati pada Chorong, tetapi belum ada orang yang bisa memikat hatinya.
Park Chanyeol, anak kedua ini sekarang sudah kelas 11 dan berada di kelas 11-6. Ia juga merupakan anak populer dan punya banyak fans, tentu saja. Siapa, sih, yang tidak suka dengan cowok super ganteng pemilik suara bass dan berbakat dalam memainkan berbagai alat musik serta jago rap? Selain itu dia juga jago basket, tapi menurut Cheri, Chanyeol itu orangnya idiot sekali. Bodoh memang orang-orang yang suka dengan kakaknya itu.
lalu ada Park Cheri, anak terakhir keluarga Park yang baru saja masuk sekolah seni itu, dia berada di kelas 10-5. Cheri memiliki banyak perbedaan dengan kedua kakaknya, jika Chorong dan Chanyeol adalah anak populer, tetapi Cheri bukan, mungkin setidaknya belum. Tapi, Cheri tidak mau jadi anak populer, karena ia sangat pemalu dan benci jadi pusat perhatian, tapi dia ingin naik ke atas panggung. Aneh, bukan?
Cheri sebenarnya sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Chorong, tapi dia berpenampilan berbeda dengan Chorong dan Chanyeol, maka dari itu tidak banyak yang tahu bahwa Cheri adalah adik mereka, sebab, Cheri berpenampilan seadanya saja, ia tidak mau terlalu menunjukkan kecantikannya, bahkan dia tidak tahu bahwa dia cantik sekali, dan dia tidak terlalu peduli dengan penampilannya.
Walau begitu, jika soal bakat, Cheri adalah gudangnya. Selain bisa menyanyi, menari dan memainkan berbagai alat musik dengan baik, Cheri juga bisa menulis lirik lagu, bermain basket, rap, dan masih banyak lagi bakat yang ia sembunyikan untuk dirinya sendiri.
Tapi, Cheri adalah orang yang dingin jika bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya, sebenarnya dia malu bila bertemu orang baru, karena dia tidak terlalu suka suasana baru.
---
Sesampainya di sekolah, Cheri, Chanyeol dan Chorong pamitan pada Ayah mereka dan melesat pergi ke kelasnya masing-masing.
Cheri sampai di kelasnya, di kelas 10-5. Ia masuk ke dalam kelas dan mendapati teman sebangkunya, Irene sudah duduk manis di bangku mereka.
“Hey, Cher,” sapa Irene, “tumben kau datang pagi-pagi seperti ini.”
“Iya, aku malas dihukum.” jawab Cheri.
“Hei, kau ini! Jika sedang malas di hukum saja kau baru datang pagi-pagi. Dasar!” gerutu Irene.
“Sudahlah. Pelajaran pertama pelajaran siapa, sih?” tanya Cheri.
“Hmmmm, sebentar, aku cek dulu,” Irene membuka buku jadwal pelajarannya dan melihat jadwal hari ini, lalu ia berkata, “pelajaran pertama adalah pelajaran Matematika, Mr. Choi.”
“Shit!” umpat Cheri, “kenapa pagi-pagi begini diberi matematika, sih?”
Irene hanya mengangkat kedua bahunya, “Jangan bilang kau akan ke ruang latihan vocal lagi, Cher!”
“Hebat! Kau baru saja membaca pikiranku, ya?” kata Cheri sambil senyum-senyum.
“Kalau kau bolos terus, kau akan dapat nol di ujian, Cheriku sayang.” Irene memberitahunya.
“Masa bodohlah, aku tidak perduli.”
Bel tanda jam pelajaran mulai pun berbunyi.
“Aku pergi, ya, ren. Terserah lah kau mau bilang apa pada Mr. Choi, aku benar benar tidak perduli.” kata Cheri sambil berjalan keluar kelas menuju ruang latihan vocal.
“Dasar cewek berandalan.” gerutu Irene sambil melihat Cheri keluar kelas.
---
Cheri berjalan melewati koridor demi koridor menuju ruang latihan vocal. Sesampainya disana, dia langsung duduk didepan sebuah piano. Lalu, Cheri mulai bernyanyi sambil memainkan piano.
maeumi yebbeun sarami doelgeyo
nameul meonjeo saenggakhaneun saram doelgeyo
eommaui sarangui baraemdeuleul jikyeogalgeyo
nawa ggumeul hamgge nanudeon
nae meoril biskyeojudeon eommaga saenggakna
eoddeokhajyo ajik jakeun nae mami
eommaui soneul noheumyeon honja jalhal su isseulji
ajik bujokhan geos gata nan duryeoun geolyo
jihyero-un eommaui ddal doelgeyo
eodilgado jarangseureon ddali doelgeyo
eommaui sarangui baraemdeuleul jikyeogalgeyo
haneobsi boyeojun sarangmankeum
ddaseuhan mameul gajilgeyo
sujubeo jaju pyohyeon moshaessjyo
eomma jeongmalro saranghaeyo
I’ll become a person with a beautiful heart.
I’ll become a person who thinks of others first.
I’ll protect the expectations of mother’s love.
The mother who used to share my dreams,
and brush my hair, I think of her.
What do I do? My heart is still small.
If I let go of my mother’s hand, will I be okay on my own?
I fear that I still lack so much.
I’ll become a wise daughter of my mother.
Give me the strength.
I’ll become a praiseworthy daughter no matter where I go.
You’ve been there for me.
I’ll protect the expectations of my mother’s wishes.
Like the unconditional love you’ve shown me,
I’ll have a warm heart.
I was shy and couldnt often express,
That mother, I really do love you.
Cheri menyelesaikan lagunya, dan mulai akan menyanyi lagi ketika tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari seseorang. Cheri membalikkan badan, melihat kebelakang dan mendapati seorang laki-laki tengah bertepuk tangan sambil bersandar di pintu masuk.
“Apa yang sedang kau lakukan disana?” tanya Cheri dingin.
“Mendengarkanmu.” jawab laki-laki itu.
“Sejak kapan?” tanya Cheri lagi.
“Sejak kau mulai bernyanyi,” Laki-laki itu tersenyum dan berjalan ke arah Cheri, “kau punya suara yang sangat indah, nona.”
“Thanks,” Cheri menunjukan sedikit senyumnya, “Mengapa kau ada disini, dan tidak mengikuti kelas?”
“Aku sedang menjalankan tugas.”
“Tugas? Tugas apa?” Cheri mengangkat satu alisnya.
“Menangkap orang-orang yang suka membolos.” jawab laki-laki itu sambil tersenyum dingin.
“What the hell!” Cheri terlonjak kaget, lalu ia segera beranjak berdiri dan bersiap akan berlali, tapi, ia kelewat lambat. Laki-laki itu telah berhasil menangkap tangannya.
“Mau kemana, nona?” cowok itu menatap Cheri, “ayo, ikut aku ke ruang kesiswaan.” katanya.
“Tidak mau!” seru Cheri sambil meronta-ronta melepaskan genggaman laki-laki itu yang sangat erat, yang sebenarnya sia-sia saja karena Cheri kan perempuan, ia tidak sekuat laki-laki.
“Harus mau! Suruh siapa kau membolos!” teriak laki-laki itu sambil menggiring Cheri menuju ruang kesiswaan.
Cheri sangat benci hari ini.
Benci. Benci. Benci.
Sesampainya di ruang kesiswaan, Cheri hanya terus-menerus mendengus kesal. Bagaimana ia tidak kesal? Hari ini dia sudah sengaja datang pagi-pagi agar ia tidak dihukum hukuman-hukuman Mr. Go yang konyol, tapi ia malah ditangkap laki-laki sialan gara-gara membolos! Ini sama saja usahanya bagun pagi-pagi tidak ada gunanya.
“Selamat pagi, Mr. Go.” sapa laki-laki itu.
“Pagi, Myungsoo,” kata Mr. Go, “siapa yang membolos kali ini?”
“Dia, Mr.” jawab Myungsoo sambil melepaskan pegangannya pada Cheri dan menunjuknya.
“Cheri, lagi!!?”
Mr. Go terlihat kesal melihat Cheri yang lagi-lagi bermasalah dengan kedisiplinannya. Cheri hanya menatap Myungsoo dengan tatapan kesal dan tersenyum kikuk pada Mr. Go.
“Baiklah, kau bisa pergi, Myungsoo. Terima kasih.” kata Mr. Go.
“Tak masalah, Mr. Aku permisi dulu.” ucap Myungsoo yang sesaat kemudian langsung pergi meninggalkan Cheri dengan Mr. Go.
Setelah Myungsoo pergi, Mr. Go terlihat begitu kesal dengan Cheri, “Aku benar-benar tidak tahu harus bebuat apa lagi untukmu, Cheri. Kau terlalu sering bolos, walaupun baru kali ini kau tertangkap basah, tapi aku tahu kau sering membolos, dan juga terlambat. Aku bingung harus memberimu hukuman apa agar kau disiplin.”
“Aku tidak bisa berubah begitu saja, Mr.” kata Cheri kesal.
“Baiklah, baiklah,” kata Mr. Go sambil memikirkan sesuatu, “berhubung aku tahu kau sangat berbakat, Cheri, bagaimana kalau hukuman kali ini, yaitu, kau harus mengikuti singing and dancing contest yang akan diadakan sekolah sebentar lagi dan mendapat juara satu?”
“Aku tidak yakin, Mr. Sekolah ini kan punya lebih dari 5.000 siswa.” kata Cheri ragu.
“Tenang saja, aku yakin kau bisa. Aku akan minta seseorang untuk mengawasimu berlatih dan melatihmu juga, yang sebenarnya tidak perlu, sih. Jika kau kalah, maka kau akan aku keluarkan. Kau tidak boleh menolak, Cheri, kau terlalu sering melanggar,” jelas Mr. Go sambil menatap Cheri khawatir, “bahkan sebenarnya beberapa guru sudah tahu bahwa kau sering membolos pelajaran mereka mengatakan kau seharusnya dikeluarkan karena kau terkesan murid biasa saja. Aku hanya memberimu kesempatan, karena aku peduli padamu.”
Cheri sedikit kaget mendengarnya. Yang benar saja, hanya karena sering membolos dan terlambat, ia akan dikeluarkan?
“Baiklah, Mr. Aku akan menerima tawaranmu,” kata Cheri memberikan keputusannya, “tolong secepatnya putuskan siapa yang akan mengawasiku dan suruh dia menghubungiku karena aku akan berlatih mulai besok.”
Mr. Go mengangguk, “Kau bisa kembali ke kelas sekarang,” katanya.
Cheri pun meninggalkan ruang kesiswaan menuju kelasnya sambil mulai berpikir bagaimana caranya ia bisa memenangkan sebuah kontes yang pesertanya lebih dari 1000 orang?
---
Sesampainya dikelas, Cheri duduk di bangkunya sambil menempelkan wajahnya pada meja.
“Cih, kenapa kau?” tanya Irene.
“Dihukum.” jawab Cheri singkat.
“Mengapa bisa sampai dihukum?”
“Ketahuan membolos oleh seseorang bernama Myungsoo.” jelas Cheri kepada Irene.
Irene tersontak kaget, “Myungsoo? Maksudmu Kim Myungsoo sunbaenim? School President kita?!” tanyanya lagi sambil sedikit berteriak.
Cheri mengangkat wajahnya dari meja lalu menatap Irene dengan wajah kesal. “Kau kenal dia?”
“Ya ampun, Cheri! Kau tidak tahu dia? Dia School President sekolah kita. Dan dia tampan sekali, dia idamanku! Bagaimana kau bertemu dengannya?”
“Masa bodoh lah. Aku tidak perduli dia siapa, yang penting aku sangat kesal dengannya.” ungkap Cheri masam sambil kembali menempelkan wajahnya pada meja dan memejamkan matanya.
“Ish, kau ini.” gerutu Irene.
***
Bel tanda makan siang datang.
Irene membangunkan Cheri dari mimpinya, “Hey, Park Cheri, kau tidak akan makan siang atau bagaimana, hah?”
Cheri langsung membuka matanya, mengingat ia punya janji untuk mentraktir seseorang untuk makan siang.
Cheri langsung berdiri dan pamitan pada Irene, “Ren, aku duluan ya. Kau makan dengan yang lain saja, aku ada janji.”
Cheri meinggalkan Irene dan langsung berlari menuju kantin. Setelah sampai di kantin, Cheri mengedarkan pandangannya mencari seseorang.
Nah itu dia! Orang yang akan ia traktir duduk di meja paling ujung yang menghadap ke lapang.
“Halo, sunbaenim.” sapa Cheri sambil tersenyum.
Hanbin yang seakan tersadar dari lamunannya membalas senyuman Cheri, “Kau lama sekali.”
“Maaf, tadi aku ketiduran.”
“Oh, baiklah. Aku pesan makanan, ya?” kata Hanbin, “kau ingin pesan apa?”
“Aku pesan apa saja yang kau pesan, sunbaenim.” Jawab Cheri
“Baiklah.”
Beberapa saat kemudian, Hanbin datang kembali ke meja mereka sambil membawa makanan yang mereka pesan. Mereka pun mulai melahap makanan mereka masing-masing.
“Kau mengingatkanku pada seseorang,” ungkap Hanbin, “tapi aku lupa siapa.”
“Park Chanyeol?” tebak Cheri. Tentu saja ia mirip dengan Chanyeol, mereka kan, adik-kakak.
“Ya! Kau benar! Kau mirip dengan Chanyeol, dan kalau dipikir-pikir kau juga mirip noonanya Chanyeol, Chorong noona!” jelas Hanbin dengan mulut penuh makanan.
“Hahahaha.” Cheri tertawa.
“Kenapa kau malah tertawa?” tanya Hanbin
“Benar, tidak ada satupun di sekolah ini yang tahu tentang itu. Aku lupa.” gumam Cheri, tapi Hanbin masih bisa mendengarnya.
“Tahu tentang apa?” tanya Hanbin lagi.
“Aku adik mereka.” ungkap Cheri.
Hanbin terlonjak kaget.
“Kau?” katanya, “kau adik mereka? Serius?”
“Iya, tidak percaya, ya?” Cheri tersenyum masam, “aku memang tidak populer seperti mereka.”
“Tidak percaya! Kau terlihat begitu berbeda dari Chanyeol dan Chorong noona. Tapi soal wajah, kalian memang mirip, sih.” jelas Hanbin.
Cheri hanya tersenyum ketus mendengarnya.
“Pantas saja, kemarin saat aku mengantarmu, aku merasa familiar dengan rumahmu.” ungkap Hanbin.
Cheri menaikan satu alisnya meminta penjelasan.
“Aku sering main ke rumahmu, tapi tidak pernah bertemu denganmu,” kata Hanbin, “soalnya, saat aku ke rumahmu untuk bermain dengan Chanyeol, kau kebetulan selalu sedang tidak di rumah.”
“Oh, begitu.” Cheri mengangguk-angguk.
Cheri dan Hanbin melanjutkan kegiatan makan mereka. Hening sesaat diantara mereka. Tiba-tiba saja terdengar bisikan-bisikan dari orang-orang yang ada di kantin.
“Hanbin sunbae sedang bersama siapa, sih?”
“Apakah mereka pacaran?”
“Tidak mungkin.”
“Cewek itu terlalu biasa. Tidak cocok dengan Hanbin sunbae.”
“Siapa sih cewek itu?”
Orang-orang terus membicarakan mereka sambil memberikan tatapan sinis ke arah Cheri, yang Cheri tebak merupakan fans dari Hanbin. Lama-lama, Cheri merasa risih.
“Apa sih, mau mereka?” gerutu Cheri sambil balas menatap sinis orang-orang di kantin.
“Jangan hiraukan. Biar saja.” kata Hanbin.
“Aku risih, sunbae.” protes Cheri.
Hanbin hanya mengangkat kedua bahunya, “Jika kau sudah selesai, lebih baik kita kembali ke kelas sekarang. Akan ku antar kau ke kelas.”
Tanpa berpikir panjang Cheri meng-iyakan apa kata Hanbin. Mereka pun berjalan bersama menuju kelas Cheri dan orang-orang di koridor langsung memberikan jalan untuk mereka layaknya seorang artis. Bisikan-bisikan mengenai mereka pun mulai terdengar lagi. Semua membicarakan mereka berdua.
Cheri hanya menatap kesal ke arah orang-orang ini, yang menghabiskan waktu mereka untuk bergosip tak jelas. Sesampainya di depan kelas Cheri, Hanbin langsung pamitan untuk ke kelasnya.
“Terima kasih untuk traktirannya, Cheri,” kata Hanbin, “kau pulang sendiri hari ini?”
“Tak masalah, sunbae. Tidak, aku harus menemui seseorang dulu hari ini.” jawab Cheri.
“Oh ya, aku baru saja ingat. Aku juga harus menemui seseorang. Baiklah, sampai jumpa lagi, Cheri.” Hanbin pamitan pada Cheri lalu pergi meninggalkan kelas Cheri.
Cheri masuk ke kelas dan duduk di bangkunya, di sebelah Irene. Baru saja ia akan melanjutkan tidurnya yang tadi diganggu, tapi ribuan pertanyaan keluar dari mulut Irene.
“Kau bersama Hanbin sunbae? Bagaimana bisa? Ada hubungan apa kalian? Kenapa kalian bisa makan bersama? Sejak kapan kalian tahu satu sama lain? Kenapa kau tak cerita padaku, hah? Ceritakan padaku!” tanya Irene.
“Aduh, Irene sayang, nanti saja ya. Aku ingin tidur.” jawab Cheri yang sudah mulai memejamkan matanya.
“Ih, kau ini!!” protes Irene.
“Aku akan cerita, janji. Tapi tidak sekarang, oke?” kata Cheri.
***
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi.
Cheri tidak bisa langsung pulang, karena ia harus menemui sang pengawas latihannya hari ini dan memberi tahu bahwa mulai besok ia akan latihan.
Cheri membereskan buku-bukunya dan beranjak pergi menuju ruang kesiswaan. Jarak dari kelasnya dan ruang kesiswaan cukup jauh, maka dari itu ia membutuhkan waktu sekitar 10 menit sebelum sampai ke ruangan itu. Sesampainya di ruang kesiswaan, dia tidak menemukan siapapun disana. Cheri pun menunggu sambil duduk di sebuah kursi.
Setelah 15 menit kemudian, seseorang datang ke ruang kesiswaan. Awalnya Cheri tidak tahu siapa orang itu karena dia memakai hoodie yang menutup kepalanya.
Cheri berdiri menghampiri orang itu, “Siapa yang kau cari, tuan?” tanya Cheri dengan sopan. Lalu, orang itu berbalik, dan Cheri terlonjat kaget.
“KAU??!!!”