Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
line official dreamers
facebook dreamers
twitter dreamer
instagram dreamers
youtube dreamers
google plus dreamers
How It Works?
Dreamland
>
Fan Fiction
당신에게 기다릴게 (I’LL BE WAITING FOR YOU)
Posted by KaptenJe | Sabtu,05 September 2015 at 20:07
1
579
Status
:
Ongoing
Cast
:
Kim Hyun Kyung, Lee Ji Hyeon, Jung Dong Ha, Shin Dong Woo
당신에게 기다릴게 (I’LL BE WAITING FOR YOU)

CHAPTER 1 : 당신에게 기다릴게 (I’LL BE WAITING FOR YOU)

당신에게 기다릴게

I’LL BE WAITING FOR YOU

Black Romance present…

A story by JH_Nimm

 

Title: I’ll be Waiting for You

Also known as: Waiting for You

Genre: Romance, Sad, Hurt

Rating: T (PG-15)

Length: Oneshot

Cerita ini adalah FIKTIF belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat dan kejadian semata-mata karena ketidaksengajaan.

All casts are belong to God, but this story is JH Nimm’s.

Don’t re-shared without my permission.

Don’t forget to leave your appreciation.

Happy Reading… Thank you… :3

 

Note: yang di tulis miring adalah FLASHBACK!!!

 

BGM:

Byul Ha – Without Love (Mask OST)

Moon Myung Jin – The Secret I couldn’t to Tell (Kill Me Heal Me OST)

Moon Myung Jin – One Person (Mask OST)

 

Cast(s):

  • Kim Hyun Kyung
  • Lee Ji Hyeon
  • Shin Dong Woo
  • Jung Dong Ha (Hyun Kyung’s homeroom teacher)
  • And another cast.

 

== GLOSARIUM ==

  1. Seonsaeng/ Seonsaengnim = Guru
  2. Annyeong haseyo = Apa kabar/ Halo
  3. Jeoneun Lee Ji Hyeon imnida = Saya Lee Ji Hyeon
  4. Kaja = Ayo
  5. Wae/ Waeyo = Mengapa/ Kenapa
  6. Mworago = Apa
  7. Ne = Iya
  8. Gomawo = Terima kasih
  9. Mianhae = Maafkan aku
  10. Bogoshipeo = Aku merindukanmu
  11. Noona = Kakak (sebutan dari laki-laki untuk perempuan)
  12. Saranghae/ Saranghamnida = Aku mencintaimu
  13. Aniya = Tidak/ Bukan
  14. Geurigo = Lalu

 

 

== PROLOGUE ==

Ia datang dengan tanpa ragu mengulurkan tangannya untuk menguatkanku

Namun ia tak mempedulikan bahwa dirinya pun terluka, sama seperti diriku

(August 29, 2015)

 

            Akhirnya aku bisa menginjakkan kakiku lagi di sini, di tanah kelahiranku, setelah selama 4 tahun aku berada di negara orang lain. Selama 4 tahun ini aku merindukan suasana dan hiruk-pikuk kota yang telah membesarkanku bahkan kota dimana aku dilahirkan, Seoul. Tidak banyak yang berubah, masih sama seperti dulu. Hanya mungkin satu hal yang aku sadari yang berubah adalah diriku sendiri, dimana sekarang aku sudah bukan Kim Hyun Kyung yang dulu, ah aku harap seperti itu. Aku harap dengan kembalinya aku kemari, aku telah berubah menjadi Kim Hyun Kyung yang baru. Dengan menginjakkan kakiku di negara orang lain, aku harap aku bisa membuang semua kenangan buruk dan sifat burukku di sana.

            Satu hal yang kurindukan dari tanah ini adalah bukan hanya tentang masa-masa semenjak aku lahir hingga aku menginjak remaja di sini. Akan tetapi juga ini mungkin bisa dikatakan sebagai cinta pertamaku yang masih kukenang dan kuingat dengan baik. Mungkin ini tampak seperti cerita klasik di novel-novel bertemakan romansa, tetapi memang beginilah kisah cintaku. Dimana aku kembali untuk mencari cinta pertamaku yang sayangnya harus tertinggal di sini sebelum sempat aku mengungkapkannya. Sayang sekali. Tapi ada harapan besar bahwa aku akan kembali bertemu dengannya. Seseorang yang datang padaku dan mengulurkan tangannya untuk menguatkanku yang tanpa kusadari aku membutuhkannya hingga aku merasa bahwa ia memang ditakdirkan untukku.

****

 

Flashback 4 years ago…

            Di tahun terakhirnya di Seoul International High School, masih saja seorang pemuda tampan bernama Kim Hyun Kyung itu tampak bermalas-malasan. Bahkan sebuah kebiasaan dimana ia selalu menyandarkan kepalanya pada meja dan tak mempedulikan guru yang tengah menyampaikan beberapa materi pelajaran yang seharusnya ia pelajari. Memang tanpa perlu dijelaskan pun sudah sangat tampak bahwa Hyun Kyung kehilangan semangat untuk melanjutkan sekolah di tengah semua hal yang sedang ia alami. Di saat ini, ia sungguh tak mempedulikan apapun. Ia hanya membutuhkan untuk tidak mengingat hal-hal yang memang hanya akan menyakitinya. (http://jh-nimm.blogspot.com)

            Setelah 2 jam pelajaran Bahasa dan Sastra Korea berlalu, Hyun Kyung masih betah untuk menyandarkan kepalanya pada meja. Matanya terpejam walau sebenarnya ia tidak benar-benar tertidur. Ia hanya membutuhkan untuk membenamkan semua penglihatannya untuk menjadi gelap dan meredam pendengarannya dari kebisingan-kebisingan yang selalu saja membisikkan bahkan berteriak di telinganya.

            “Anak-anak, hari ini aku membawa seseorang yang sedang menjalankan tugas akhirnya di sini. Aku harap kalian bisa bekerja sama dengannya,” ucap Jung Seonsaeng[1].

            Murid-murid pun terfokus pada seorang gadis yang memang datang bersama dengan Jung Seonsaeng itu. Seorang gadis berambut panjang kecokelatan dengan roman wajah yang merupakan percampuran antara Asia-Eropa itu.

            “Annyeong haseyo[2], jeoneun Lee Ji Hyeon imnida[3]…

            Gadis itu mulai memperkenalkan dirinya. Ketika mendengar suara gadis itu, Hyun Kyung mulai mengangkat kepalanya dan melihat ke depan kelas dimana ada Jung Seonsaeng dan gadis bernama Ji Hyeon itu.

            “Mulai hari ini, Ji Hyeon akan membantuku untuk menjadi wali kelas kalian. Jadi aku harap kalian tidak melakukan tindakan yang hanya menimbulkan masalah,” ucap Jung Seonsaeng.

            “Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik…” timpal Ji Hyeon.

            Entah apa yang merasukinya, namun kini mata Hyun Kyung hanya tertuju pada Ji Hyeon. Seorang gadis yang baginya memiliki sebuah pesona tersendiri dan mampu membuatnya tertarik hanya dalam waktu singkat. Mungkin inikah yang di sebut dengan cinta pada pandangan pertama? Hyun Kyung pun tidak bisa menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut.

Flashback END…

****

 

            Di sini, di pintu gerbang ini aku memulai langkahku dan memasuki area sekolah yang pernah menjadi tempatku mendapatkan pendidikan. Masih tampak sama. Yang berbeda hanyalah murid-murid yang kutemui kini bukanlah teman-temanku. Aku menyadari, ini memang sudah sangat lama. Meskipun bagi kebanyakan orang, 4 tahun hanyalah waktu yang singkat, tapi bagiku ini terlampau lama. Apalagi jika disandingkan dengan kerinduan yang ku pendam pada seorang gadis yang membuatku selalu ingin bertemu lagi dan lagi dengannya.

            “Oh, Hyun Kyung-a…”

            Sebuah suara yang memang sangat familiar dan tak asing bagiku. Suara Jung Seonsaeng yang masih saja tampak sama padahal sudah 4 tahun berlalu. Ia masih saja tampan dan berkarisma seperti biasa. Ia memelukku, sebuah pelukan hangat dan memang kurasakan ada begitu kerinduan yang tulus dari Jung Seonsaeng. Ya, karena bagaimanapun aku ini pernah menjadi muridnya dan Jung Seonsaeng hingga saat ini pun masih menjadi guru yang paling kusukai. (http://www.twitter.com/JH_Nimm)

            “Kaja[4]…

            Tanpa ragu, Jung Seonsaeng mengajakku ke balkon. Sebuah tempat yang memang dahulu menjadi tempatku untuk sekedar berbagi cerita bersama dengan wali kelasku ini.

            “Kapan kau kembali?” tanyanya.

            “Sekitar 2 hari yang lalu,” jawabku.

            “Ini sudah sangat lama sekali, bukan? Kau tampak begitu banyak berubah…” ucap Jung Seonsaeng seraya menepuk bahuku.

            “Seonsaengnim[1]…

            Seketika ada sedikit keraguan untuk mengajukan sebuah pertanyaan yang sudah kusiapkan sejak aku kembali ke Korea.

            “Wae[5]?” tanya Jung Seonsaeng.

            Bagaimanapun aku harus menanyakannya.

            “Ada sesuatu yang ingin kutanyakan,” jawabku.

            “Mworago[6]?” tanya Jung Seonsaeng yang bagiku tampak tidak mengantisipasi apapun yang akan kutanyakan itu.

            “Ji Hyeon Seonsaengnim…” seketika lidahku kelu ketika Jung Seonsaeng menatapku.

            Oh, ini bukanlah pertama kalinya ia menatapku seperti itu. Tapi kenapa ini justru membuatku seperti mendadak kehilangan kata-kata? Apa Jung Seonsaeng tahu apa yang sejatinya hendak kutanyakan.

            “Kau menyukainya?” tanya Jung Seonsaeng.

DEG!

            Sebuah pertanyaan yang seketika seolah sanggup membuat jantungku berhenti berdetak untuk sejenak.

            “Wae? Kenapa reaksimu seperti ini? Apa kau terkejut karena aku mengetahuinya?”

            Jung Seonsaeng menghujaniku dengan pertanyaan seolah tak memberikanku kesempatan untuk memberikan jawabanku. Selalu seperti itu.

            “Dengarkan aku, bagaimanapun aku adalah gurumu dan kau adalah muridku. Terlebih kau adalah murid yang paling kusayangi terlepas dari semua masalah yang pernah kau ceritakan, dan juga bagaimanapun aku dan kau sama-sama seorang pria. Mana mungkin aku tidak bisa menangkap hal seperti itu. Aku bahkan sudah menyadari bahwa kau menyukai Ji Hyeon sejak pertama kali kalian bertemu,” jelas Jung Seonsaeng. (http://www.facebook.com/JHnimm.official)

            “Ba… bagaimana bisa?” tanyaku.

            “Aku selalu memperhatikanmu. Bahkan ketika kau bersama Ji Hyeon, itu membuatku tersenyum sendiri. Saat itu, kau tampak seperti pemuda yang masih polos dan berani menyukai gadis yang lebih tua darimu. Itu sangat lucu, tapi bagaimanapun juga itu sangat indah, Hyun Kyung-a,” jawab Jung Seonsaeng.

            Ah, rupanya Jung Seonsaeng menyadarinya.

            “Dan sekarang kau kembali kesini untuk menemuinya, bukan?” tanya Jung Seonsaeng.

            “Ne[7]…” jawabku tanpa ragu.

            Jung Seonsaeng hanya tersenyum. Mungkin ia mendengar intonasiku bernada tegas dan memang menandakan bahwa aku begitu ingin bertemu dengannya.

            “Kau masih menyukainya?” tanya Jung Seonsaeng.

            “Ne…” jawabku.

            “Hyun Kyung-a, maaf jika aku harus mengatakan ini, tapi sayangnya kau tidak bisa menemuinya di sini,” ucap Jung Seonsaeng.

            “Waeyo[5]?” tanyaku.

            “Setelah kelulusanmu, ia juga lulus dan kudengar ia melanjutkan kuliah S3nya di luar negeri. Terakhir aku berkirim kabarnya hanya satu tahun setelah kelulusanmu dan ia berada di Jerman. Tapi sekarang aku tidak tahu apakah ia sudah kembali atau masih berada disana,” jawab Jung Seonsaeng.

            Ah, rupanya dia berada jauh dariku. Padahal kurasa, aku akan bertemu lagi dengannya.

            “Hyun Kyung-a, jika kau percaya dan yakinkan dirimu, maka aku juga yakin kau akan bertemu lagi dengannya,” ucap Jung Seonsaeng.

            Setelah mendengar ucapan Jung Seonsaeng, tanpa kuperintahkan walau kusadari, aku berjalan menaiki tangga yang akan membawaku ke atap sekolah. Sebuah tempat yang memang menjadi tempat terbaik bagiku untuk menyendiri kala itu.

****

 

Flashback 4 years ago…

            Siang yang cukup terik. Jam istirahat kali ini pun tampak Hyun Kyung pergi ke sebuah tempat untuk menyendiri dan menghindari keramaian yang membuat suasana hatinya semakin memburuk itu. Ia tampak menaiki tangga yang akan mengantarkannya menuju ke atap sekolah. Sebuah tempat yang memang menjadi peraduannya untuk menyendiri dan betah menatap langit yang luas. Juga membuatnya betah untuk membuka matanya selebar mungkin dan membiarkan angin berhembus menerpanya. Hingga tanpa ia kehendaki, selain karena angin yang menerpa, mata indahnya mulai dipenuhi oleh buliran bening yang perlahan mulai jatuh dan semakin deras hingga membentuk sungai kecil di pipinya. (http://jh-nimm.blogspot.com)

            Tanpa Hyun Kyung sadari, rupanya ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Ia adalah Ji Hyeon. Setelah memastikan bahwa Hyun Kyung puas menangis, Ji Hyeon pun perlahan mulai berjalan mendekati Hyun Kyung. Ia berdiri dibelakang Hyun Kyung dan kemudian menyodorkan sebuah botol air mineral dengan selembar sticky notes berisi sebuah tulisan.

            ‘Jangan biarkan air matamu yang berharga itu mengalir begitu saja. Cheer Up!’

            Sebuah kalimat yang singkat. Hyun Kyung pun membalikkan badannya dan menatap Ji Hyeon. Ji Hyeon pun memberikan isyarat pada Hyun Kyung untuk menerima botol air mineral itu. Hyun Kyung pun menerimanya.

            “Aku mungkin memang tidak tahu apa yang tengah terjadi padamu, tetapi aku yakin pasti itu sangat sulit bagimu. Karena hal itu sangat sulit, maka kau menangis. Tapi itu bukanlah sebuah masalah. Sebagai seorang lelaki, kau juga harus menangis. Karena menangis setidaknya bisa mengurangi beban dihatimu itu sedikit demi sedikit. Menangis bukan berarti bahwa kau tidak mampu menahannya lagi,” ucap Ji Hyeon.

            Hyun Kyung tidak mampu untuk berkata apapun. Ia hanya menatap sosok gadis yang memang akhir-akhir ini selalu memenuhi ruang pikirannya itu.

            “Hyun Kyung-a, ibuku pernah mengatakan bahwa air mata itu berharga, jadi jangan biarkan ia mengalir untuk sesuatu yang tidak seharusnya kau tangisi. Maka mulai saat ini, aku harap kau tidak membiarkan air mata itu mengalir lagi. Ingatlah, bukan hanya air matamu yang berharga, tetapi juga dirimu,” ucap Ji Hyeon.

            TING TONG TENG!!!

            Bel pertanda masuk sudah kembali berbunyi.

            “Ah, aku harus kembali masuk ke kelas bersama Jung Seonsaeng. Kau juga jangan berlama-lama di sini,” ucap Ji Hyeon seraya berjalan meninggalkan Hyun Kyung yang masih tertegun menatapnya.

            Hyun Kyung masih betah menatap kepergian Ji Hyeon hingga gadis itu benar-benar menghilang dari jarak pandangnya. Tangannya juga masih dengan erat menggenggam sebotol air mineral yang Ji Hyeon bawakan.

            “Gomawo[8]…” ucap Hyun Kyung pelan bahkan nyaris tak terdengar.

Flashback END…

****

 

            ‘Jangan biarkan air matamu yang berharga itu mengalir begitu saja. Cheer Up!

            Selembar sticky notes yang masih ku simpan dan bahkan aku tidak akan membiarkannya usang dan sobek itu masih kusimpan. Selembar kertas yang bahkan bagi sebagian orang tidak berarti apa-apa, namun bagiku kertas inilah yang berhasil menguatkanku. Ah, tidak, bukan kertas ataupun tulisannya, tetapi seseorang yang menuliskan kalimat itu dan memberikannya padakulah yang menguatkanku. Seseorang yang bahkan hingga saat ini masih kuingat dengan jelas kata-kata yang ia ucapkan untuk menguatkanku yang saat itu begitu terpuruk dan terluka karena badai yang menerpa. (http://www.twitter.com/JH_Nimm)

            Kini kulanjutkan perjalananku menelusuri kota yang sudah 4 tahun tak kukunjungi itu. Dengan sebuah harapan bahwa ada sebuah tempat yang kukunjungi dimana aku bisa bertemu lagi dengannya, gadis yang begitu kurindukan. Hingga tanpa kusadari langkahku terhenti tepat di sebuah taman. Sebuah taman yang sangat ramai dengan begitu banyak orang yang berlalu-lalang. Namun bagiku taman ini justru begitu sepi dan menyisakan sebuah kenangan yang jika kuingat justru hanya akan membuatku terluka.

****

 

Flashback 4 years ago…

            Malam yang terang dengan bulan purnama yang membulat dengan sempurna menghiasi langit yang sayangnya sepi dari bintang yang bertaburan. Tampak Hyun Kyung tengah berjalan untuk menuju ke rumahnya. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika ia melihat sepasang kekasih tengah berjalan dihadapannya. Sepasang kekasih dimana sang gadis adalah Ji Hyeon, seseorang yang sangat Hyun Kyung kenali bahkan hanya melihatnya dari belakang.

            Mulanya Ji Hyeon dan kekasihnya yang bernama Shin Dong Woo itu tampak berpegangan tangan. Namun seiring dengan langkah kaki mereka, Dong Woo justru melepaskan genggaman tangannya dari tangan Ji Hyeon. Bahkan Dong Woo menghentikan langkah kakinya dan membiarkan Ji Hyeon berjalan beberapa langkah didepannya.

            “Berbahagialah…” ucap Dong Woo.

            Mendengar suara Dong Woo, Ji Hyeon pun menghentikan langkahnya.

            “Apa maksudmu mengatakannya?” tanya Ji Hyeon yang bahkan tidak membalikkan badannya untuk menatap Dong Woo.

            “Mianhae[9]…” ucap Dong Woo.

            “Ini bukan seperti yang aku pikirkan, bukan?” tanya Ji Hyeon.

            Dong Woo pun memeluk Ji Hyeon dari belakang, namun Ji Hyeon melepaskan pelukan Dong Woo.

            “Jika ingin pergi, pergi saja, tidak usah seperti ini,” ucap Ji Hyeon.

            “Mianhae…”

            “Haruskah seperti ini?”

            “Ji Hyeon-a…”

            “Pergilah…”

            “Mianhae…

            “Aku katakan PERGILAH!!!” (http://www.facebook.com/JHnimm.official)

            Dong Woo pun meninggalkan Ji Hyeon. Walaupun memang sejatinya perpisahan tersebut bukanlah hal yang baik Ji Hyeon ataupun Dong Woo inginkan, tapi pada akhirnya pun mereka harus berpisah. Setelah selama 4 tahun mereka menjalin hubungan, mereka juga harus bertemu pada akhir dari hubungan mereka. Bukan karena bosan ataupun karena ada orang lain, tetapi karena Dong Woo yang harus mulai melanjutkan jejak Ayahnya didunia militer.

            Melihat kejadian tersebut, ingin sekali Hyun Kyung berlari dan menghampiri Ji Hyeon untuk kemudian memeluk Ji Hyeon dan membiarkan Ji Hyeon untuk menangis sepuasnya dalam pelukannya. Namun langkah kakinya tidak merestuinya untuk bahkan berjalan mendekati Ji Hyeon. Hingga akhirnya Ji Hyeon pun mulai berjalan menjauh dari jaraknya yang masih betah tertegun menatap kepergian Ji Hyeon.

Flashback END…

****

 

            Tepat di titik ini aku merasa bahwa aku ini hanyalah seorang pengecut. Bahkan aku merasa bahwa saat itu aku tidak pantas di sebut sebagai seorang pria. Karena bagaimana bisa saat itu aku hanya berdiri terdiam dan menatap kepergian gadis yang kusadari bahwa aku mencintainya itu menangis dan meninggalkan taman yang pasti menyisakan sebuah luka mendalam baginya itu. Ah, jika saja saat itu aku memiliki sedikit keberanian, mungkin aku juga bisa menguatkannya seperti ia menguatkanku. Namun apa yang kulakukan? Aku terlalu pengecut. Betapa bodohnya aku.

****

 

A few months later…

            Sudah cukup lama aku berada di sini, namun aku masih belum bisa menemukan tanda-tanda bahwa aku akan bisa bertemu kembali dengan Ji Hyeon. Gadis yang begitu kurindukan itu masih juga belum bisa kutemukan jejak-jejak keberadaannya. Membuatku begitu khawatir dan takut bahwa sesuatu mungkin telah terjadi padanya. Tetapi aku tidak boleh berpikiran buruk, aku harus yakin bahwa dia baik-baik saja dan aku akan bertemu dengannya. Atau mungkinkah kini dia sudah menikah dan membangun hidup baru? Bagaimanapun dia 6 tahun lebih tua dariku, aku tidak bisa memperkirakan apa yang akan terjadi. Dia cantik, pintar, sangat menarik dan begitu baik, aku yakin pasti bukan hanya aku yang jatuh cinta padanya. Tetapi di luar sana juga begitu banyak pria yang bahkan menyukainya lebih dari aku dan juga mungkin saja sanggup membuatnya jatuh cinta.

            Tunggu… (http://jh-nimm.blogspot.com)

            Tidak jauh dari tempatku berdiri, dapat ku lihat sosok seorang gadis yang meskipun tampak dari belakang, namun secara kusadari dengan baik, dapat membuatku melangkahkan kakiku untuk mendekat padanya. Begitupun seiring dengan langkah kakinya yang membawaku semakin dekat dengannya, jantung ini semakin berdetak kencang. Setiap detik dan setiap jarak yang membuatku semakin dekat dengannya, semakin membuatku ingin memastikan bahwa dia adalah Ji Hyeon, seorang gadis yang ku cari. Sebelum ia melangkahkan kakinya untuk pergi, sebelum aku memastikannya, aku harus menahannya.

            “Lee Ji Hyeon…”

            Hingga tanpa ku halangi, sebuah nama itu akhirnya meluncur dengan bebas dari mulutku. Menyebutkan sebuah nama yang memang begitu kurindukan, terlebih sang pemilik nama yang kini akan kupastikan bahwa dia adalah pemilik hatiku juga.

            DEG!!!

            Tanpa pernah kupikirkan sebelumnya, gadis itu berbalik dan menatapku. Wajah ini…

            “Kim Hyun Kyung?”

            Suara ini…

            “Benar, ini aku, Kim Hyun Kyung,” jawabku.

            Gadis itu tersenyum dan senyuman ini, wajah ini, suara ini, hanya satu Ji Hyeon yang memilikinya. Lee Ji Hyeon, akhirnya kita bertemu lagi.

            “Kau…”

            Seolah aku tak mempedulikan apa yang akan ia katakan ataupun apa yang ia tanyakan, aku hanya peduli akan kerinduanku padanya. Hingga akhirnya seluruh tubuhku seolah memerintahkanku untuk memeluknya dengan erat seolah aku tak boleh melepaskannya. Ketika aku memeluknya dengan tiba-tiba, aku yakin ia pasti sangat terkejut. Namun aku tak peduli, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku begitu merindukanmu. Setelah sekian lama. Bahwa aku juga menyukaimu, bukan, aku mencintaimu sebagai seorang pria sekarang.

            “Bogoshipeo[10]…” ucapku.

            Tidak ada reaksi apapun. Bahkan ini justru tampak tidak seperti yang aku harapkan bahwa ia akan memelukku juga. Ah, atau mungkin aku yang terlalu berharap?

            “Sudah sangat lama…” ucapku seraya melepaskannya dari pelukanku.

            Ia tersenyum. Lagi-lagi senyuman yang begitu kurindukan. Senyuman yang sangat manis dan tulus, seolah seorang malaikat memang merasuki dirinya. Ia tampak begitu murni dan hangat. Membuatku merasa damai setiap aku bersamanya. Bahkan jikapun hanya melihatnya.

            “Kau semakin tampan…” ucapnya.

            “Seonsaeng… ah, bagaimana sekarang aku memanggilmu? Bolehkah aku memanggilmu Noona[11]?” tanyaku. (http://www.twitter.com/JH_Nimm)

            “Kenapa tidak?” jawabnya.

            Ah, manis sekali. Ingin sekali rasanya aku mencubit hidungnya juga pipinya yang masih tampak seperti pipi anak-anak itu.

            “Noona, kau tetap cantik, selalu cantik dan semakin cantik,” ucapku.

            “Oh, apa dengan pergi ke luar negeri sekarang membuatmu pandai menggoda?” tanyanya.

            “Aku bukan sedang menggodamu, tapi aku bicara kenyataan,” ucapku.

            “Kau ini…”

            Ia memukul lembut lenganku, seperti yang biasa memang ia lakukan dulu.

            “Noona, bolehkah aku memberitahumu satu kenyataan lagi?” tanyaku.

            Ku pikir, ini bukan waktu yang salah untuk mengungkapkan perasaanku. Apapun yang terjadi dan apapun jawabannya. Bahkan apapun kenyataannya.

            “Tentu…” jawabnya.

            Kutatap matanya, mata indahnya dan kugenggam tangan mungilnya yang hangat itu.

            “Noona…

            “Eum?”

            “Saranghae[12]…

            Kata-kata itu meluncur dengan lancar dari mulutku hingga sanggup menimbulkan sebuah reaksi terkejut dari Ji Hyeon Noona.

            “Maafkan aku karena aku baru mengunagkapkannya sekarang dan aku yakin kau pasti sangat terkejut dengan aku mengungkapkan perasaanku seperti. Bahkan mungkin ini tampak seperti aku tidak memberikan kesempatan padamu untuk berpikir lebih lama. Tetapi inilah kenyataannya bahwa aku mencintaimu bukan seperti seorang murid terhadap gurunya, aku mencintaimu layaknya seorang pria kepada seorang wanita. Satu kenyataan lain yang harus kau tahu adalah bahwa aku mulai mencintaimu sejak lama, sejak pertama kali kita bertemu. Namun saat itu aku belum menyadari bahwa aku mencintaimu, karena aku sadar, saat itu aku masih terlalu muda untuk menyadari bahwa aku dengan tulus mencintaimu,”

            Ji Hyeon Noona hanya terdiam dan menatapku. Sebuah tatapan yang cukup sulit untuk kuartikan.

            “Sebelum kau bertanya apa yang membuatku mencintaimu adalah satu hal. Kau datang dengan tanpa ragu mengulurkan tanganmu untuk menguatkanku, sedangkan saat itu bahkan kau tidak tahu apa yang tengah terjadi meskipun memang pasti Jung Seonsaeng menceritakannya padamu sedikit demi sedikit. Sebelum aku bertemu denganmu, aku ini hanya Kim Hyun Kyung yang selalu tidur di kelas dan memiliki banyak masalah di sekolah dan di dalam rumahku sendiri. Tapi setelah kedatanganmu, perlahan kedamaian itu mulai kembali datang dan aku pikir bahwa kau adalah obat yang aku butuhkan untuk menyembuhkan setiap luka yang aku alami,” (http://www.facebook.com/JHnimm.official)

            “Hyun Kyung-a…”

            “Dan satu hal yang harus aku akui kekuranganku sebagai seorang pria adalah aku ini hanya seorang pengecut. Karena disaat kau terluka, aku justru tidak bisa datang padamu dan mengulurkan tanganku untuk menguatkanmu sebagaimana yang kau lakukan untukku. Maafkan aku…”

            Ji Hyeon Noona pasti sangat terkejut dengan kalimat panjang yang kusampaikan hanya untuk menjelaskan apa yang memang kupendam sejak lama. Sejak 4 tahun yang lalu. Dimana memang yang kukatakan saat ini hanya sebagian kecil dari banyak hal yang ingin kukatakan padanya.

            “Noona, kau pasti sangat terkejut?”

            “Eoh…”

            “Apa begitu sulit bagimu untuk mempercayai apa yang aku katakan?”

            “Aniya[13], bukan begitu…”

            “Geurigo[14], wae?”

            Ji Hyeon Noona menatapku, lalu tersenyum.

            “Hyun Kyung-a…”

            “Ne…

            “Gomawo…

            Satu kata yang memang begitu sulit untuk kumengerti apa maksud dari jawabannya tersebut.

            “Terima kasih karena telah dengan berani mengungkapkan perasaanmu…”

            Ku tatap Ji Hyeon Noona tepat dimatanya. Aku mencoba mencari dimana letak maksud dari apa yang ia ucapkan tersebut. Namun semakin aku menatapnya, aku menyadari bahwa wajahku semakin dekat dengan wajahnya. Hingga tanpa bisa ku tahan, bibirku menyentuh kedua sayap bibirnya dengan sempurna. Aku tak peduli lagi dengan apa yang akan ia pikirkan, namun aku hanya ingin ia mengetahui perasaanku yang sesungguhnya. Jika kata-kataku tak cukup membuatnya mengerti, maka dengan ini kuharap ia akan mengerti.

            “Saranghae… saranghae, Lee Ji Hyeon… saranghamnida[12]…” ucapku sesaat setelah melepaskan bibirku dari bibir tipisnya yang lembut.

            Ji Hyeon Noona menyentuh wajahku. Sebuah sentuhan hangat tangannya justru membuatku semakin dan semakin merindukannya meskipun saat ini ia tepat berada didepanku, dihadapanku. Ia selalu membuatku merindukannya dan selalu ingin bersamanya. Hingga kusadari, perlahan ku genggam tangan Ji Hyeon Noona dan kembali dengan lancangnya bibir ini menyapa bibir sang gadis yang selalu kurindukan. Namun kali ini, aku juga merasakan sebuah sentuhan lembut dibibirku. Ah, ia membalasnya. Sekarang aku tahu bagaimana perasaanmu, Noona. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

== THE END ==

 

Don’t forget to leave your appreciation. Thank you… J

 

JH Nimm © 2015

Tags:
Komentar
RECENT FAN FICTION
“KANG MAS” YEOJA
Posted Rabu,16 Juni 2021 at 09:31
Posted Senin,20 April 2020 at 22:58
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 23:42
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:08
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:07
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
Posted Sabtu,20 Juli 2019 at 13:06
FAVOURITE TAG
ARCHIVES