CHAPTER 1 : Once And For All
Siapa yang mengetahui dengan pasti tentang perasaan seorang pria? Tidak ada. Yunhee akan mengacungkan kedua jempolnya dalam kekaguman jika saja ada seorang wanita yang dapat menebak isi hati seorang pria. Terlebih lagi, dia bukanlah tipe wanita yang dapat dengan mudah menaklukan hati seorang pria.
Namun, berbeda halnya dengan pria yang satu ini. Cho Kyuhyun. Pria yang sudah lebih dari tiga tahun bersamanya. Pria tolol yang setiap hari selalu menyempatkan waktunya untuk datang ke apartemennya. Pria tolol yang rela menghabiskan waktu dengan percuma hanya untuk menemaninya menulis, tanpa melakukan apapun selain memandanginya dari sofa. Pria tolol yang mampu membuat Yunhee berpikir bahwa dia adalah satu-satunya wanita yang pria itu butuhkan dalam hidupnya. Tentu, meskipun sampai sekarang Yunhee sendiri tidak mengetahui isi hati pria itu.
“Kau menggangguku, kau tahu itu, Kyu?” Yunhee melempar tatapan sinisnya ke arah Kyuhyun yang duduk sofa beberapa langkah saja darinya.
“Memangnya apa yang sudah aku lakukan? Sejak tadi aku diam saja.” Elakan Kyuhyun terdengar tidak lebih dari sebuah rengekan manja, dia memang selalu melakukan itu di hadapan Yunhee.
“Kau menatapku selama dua setengah jam.” Yunhee memberitahunya. “Itu sungguh mengganggu.”
“Aku senang menatapmu.”
“Aku sedang menulis.” Yunhee menekankan.
“Lalu?” Kyuhyun malah memasang wajah tampa berdosanya.
“Aku kesulitan mendapatkan fokusku kalau ditatap seperti itu, kau bodoh!”
“Kau juga seperti itu kalau sedang makan.” Kyuhyun bangkit dari sofa, kemudian melangkah pelan untuk berdiri di samping Yunhee. “Aku hanya mencoba untuk membuatmu terbiasa.”
Kali ini Yunhee harus mengangkat kepalanya untuk bertemu dengan mata Kyuhyun, dia mendelik tajam. “Tidak ada yang berhasil membuatku keluar dari kebiasaanku, termasuk kau.”
“Oh, benarkah?” Tantang pria itu, bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga Yunhee. “Aku akan menjadi orang pertama yang berhasil mengubahmu.” Bisiknya.
Bagaimanapun, pria itu selalu berada di sisinya, setiap detiknya. Terlepas dari kenyataan bahwa Kyuhyun memiliki sejuta rahasia di balik kehidupannya. Bahkan Yunhee sendiri tidak menemukan sejengkalpun fakta tentang kesibukan apa yang tengah Kyuhyun jalani atau dan seberapa banyak teman yang dia miliki, kecuali latar belakang keluarga, kekayaan yang dimilikinya sebagai satu-satunya pewaris perusahaan ayahnya, dan siapa yang dia kencani saat ini.
Masih tidak mengerti? Oh, yang benar saja. Sebenarnya Yunhee juga sama tololnya seperti Kyuhyun. Bagaimana tidak? Kyuhyun sudah memiliki seorang kekasih bahkan sebelum Yunhee mengenalnya, tapi gadis itu tetap saja memberanikan dirinya untuk bersama Kyuhyun. Bukan, bukan Yunhee yang menginginkan ini. Tapi Kyuhyun. Kyuhyun lah yang memaksakan dirinya untuk tetap bersama Yunhee, terlepas dari kenyataan bahwa dia telah memiliki seorang kekasih.
Apakah ini hubungan terlarang? Sudah pasti. Apakah Yunhee menyangkalnya? Tentu tidak. Gadis itu sadar betul tentang hubungan macam apa yang sedang dia jalani bersama Kyuhyun. Dia bahkan tidak takut akan ketahuan atau semacamnya, karena dia sama sekali tidak mengenal siapa kekasih Kyuhyun kecuali namanya saja. Yeonjin. Ya, nama kekasih Kyuhyun adalah Jung Yeonjin. Hanya itu yang Yunhee tahu sejauh ini. Selebihnya tentang dimana gadis itu tinggal, seberapa sering Kyuhyun menemuinya, sejauh mana mereka berhubungan, dan seberapa dalam perasaan Kyuhyun terhadap Yeonjin… Yunhee sama sekali tidak tahu. Sama sekali.
Bukan karena Yunhee memiliki hak untuk tahu. Nyatanya, dia bukan siapa-siapa bagi Kyuhyun, bukan juga kekasihnya. Mereka hanyalah orang biasa yang dipertemukan oleh takdir dalam satu kampus, satu kelas, dan satu apartemen dengan lantai berbeda.
Mereka adalah teman, sudah pasti. Tapi teman dalam tanda kutip. Semua orang di kampus bahkan mengetahui dengan jelas bahwa hubungan Yunhee dan Kyuhyun lebih dari sebatas teman, karena keduanya selalu menunjukkan bahasa tubuh yang berbeda saat berinteraksi. Mereka pun tahu bahwa si pewaris perusahaan tekstil ternama di Korea Selatan ini sudah memiliki kekasih. Namun, Kyuhyun dan Yunhee sering menyangkal dugaan mereka yang menganggapnya seperti itu, keduanya selalu menjawab dengan “kami hanya teman.”
Itulah mengapa dia menganggap Kyuhyun dan dirinya sendiri adalah dua orang tolol yang tega mempertaruhkan citra mereka sendiri hanya untuk memenuhi satu sama lain. Mereka menyebutnya… nyaman. Untuk apa keluar dari zona nyaman jika mereka bisa mendapatkan itu hanya dengan saling melengkapi satu sama lain?
Dia, Lee Yunhee, berani bersumpah bahwa Cho Kyuhyun telah membuatnya benar-benar hampir putus asa untuk dapat mengetahui isi pikiran pria yang satu ini.
Sekali waktu Yunhee pernah membentak Kyuhyun dalam pertengkaran mereka, seperti. “Kau bodoh! Aku tidak akan menjadi Selirmu ketika kau sangat membutuhkan pengalihan dari Ratumu. Kau hanya datang sembunyi-sembunyi kemudian pergi begitu saja. Kau pikir aku mau diperlakukan seperti itu!?”
Awalnya pertengkaran itu dipicu hanya oleh sebuah permasalahan kecil menyangkut masakan Yunhee yang pernah Kyuhyun bilang tidak enak. Tapi tentu saja, Yunhee bukan wanita biasa pada umumnya. Dia memang banyak bicara, dia juga sering sekali menyangkutpautkan suatu permasalahan sehingga menjalar ke sembarang arah. Dan berakhirlah mereka dengan pertengkaran hebat. Kyuhyun biasanya akan beringsut begitu saja dari apartemen Yunhee, tidak akan kembali dalam beberapa hari. Pria itu bahkan mengacuhkan Yunhee di kampus.
Ketika Kyuhyun mulai merasa lelah dengan amarahnya terhadap Yunhee, pria itu akan mengetuk pintu kamar tetangganya tersebut dan meminta maaf. Saat Yunhee tak membukakan pintu untuknya, dia akan pergi dengan meninggalkan setangkai mawar merah di depan pintunya dengan secarik kertas bertuliskan, Bagaimana aku bisa tahan tak berbicara untuk waktu yang cukup lama dengan wanita cerewet sepertimu? Selir? Kau adalah Ratu-ku.
Paginya, Yunhee menemukan hadiah tersebut saat dia berniat berangkat ke kampus. Dia mendengus jijik membaca kertas sok romantis itu. Ketika dia baru saja keluar dari apartemen, di depannya Kyuhyun sudah menunggu dengan gaya khasnya di atas motor hitam kesayangannya.
“Naiklah.” Pinta Kyuhyun.
Yunhee membuang muka ke samping, tangannya bersedekap. Dia sedang melindungi dirinya dari hawa dingin pada musim itu sekaligus dari tatapan tajam Kyuhyun. Dia tidak marah, dia hanya masih kesal. Tentunya setiap pria tahu betul bahwa hubungan tak berstatus seperti ini sangat dibenci oleh wanita manapun. Oh, mungkin hanya Kyuhyun saja yang bodoh dan tidak mengerti.
“Kau masih marah padaku?” Kyuhyun bertanya dari balik helmnya, sehingga Yunhee tidak dapat melihat ekspresi pria itu. Lupakan kenyataan bahwa dia sedang membuang muka. “Kau ini sering sekali membesar-besarkan kejadian, kau tahu itu?”
“Kau menghina masakanku dan membandingkannya dengan masakan Yeonjin, menurutmu aku harus berbuat apa? Menemui Yeonjin dan meminta resep darinya atau memohon padanya untuk mengajariku memasak?”
Kyuhyun mendesah dalam keputusasaan dari balik helmnya, membuat Yunhee menoleh ke arahnya. Pria itu menggerak-gerakkan jari telunjuknya yang mengarahkan Yunhee untuk mendekat, dia menurut.
“Cepat, naik.”
“Jalanan penuh dengan salju, kau tidak lihat?” Yunhee menatap sinis pria itu.
“Aku suka salju,” Kyuhyun tiba-tiba saja memberitahu Yunhee. “dan salju tidak pernah membuat masalah denganku. Kami cukup berteman baik.”
Yunhee hanya tahu bahwa Kyuhyun suka makan strawberry pie buatannya.
Beberapa menit kemudian mereka sudah meluncur di tengah jalanan besar melewati hawa dingin dengan menggunakan motor besar Kyuhyun. Yunhee sempat memeluk pinggang Kyuhyun erat-erat tatkala pria itu mengerem mendadak, membuatnya mengeluarkan beberapa sumpah serapah. Terlepas dari rasa kesalnya, Yunhee sempat bertanya pada pria itu di perjalanan mereka menuju kampus.
“Satu fakta lagi yang baru kuketahui darimu, Cho Kyuhyun.” Bisiknya pelan di telinga Kyuhyun.
“Kau menginginkan berapa fakta dariku? Maukah kau membalas perasaanku jika kuberitahukan semuanya?”
Kyuhyun sedang mempermainkannya, pikir Yunhee. Perasaan seperti apa yang pria itu maksudkan saja Yunhee tidak tahu. Dia tidak menjawab pertanyaan itu, dan malah memukul punggung pria itu keras-keras, membuat pria itu menjerit cukup kencang di tengah jalanan. Tentu saja, Yunhee tertawa.
***
Yunhee baru saja menyelesaikan laporannya di kelas saat Kyuhyun datang menyerobot bangku teman Yunhee, kemudian duduk sambil menyeringai di hadapannya.
“Apa?” Ketus gadis itu.
“Kau mau pulang?” Kyuhyun bertanya seperti orang bodoh, dia bahkan tahu bahwa Yunhee sudah bersiap untuk pulang.
“Biar kutebak, kau tidak akan mengantarku pulang karena kau ada kencan dengan Yeonjin?”
“Itu bukan kencan—”
“Aku tidak peduli.” Yunhee memotong perkataan Kyuhyun dengan cepat, dia pura-pura menyibukkan dirinya dengan laporan di atas meja yang sebetulnya sudah selesai.
“Dia sakit dan dia butuh—”
“Ibuku meninggal,” Selanya sekali lagi. “dan itu karena aku terlambat datang ke rumah.”
Yunhee tidak sedang bercerita atau mengulang kisah tragis itu, dia sedang mengingatkan Kyuhyun betapa menyesalnya dia pada waktu itu. Jika saja Kyuhyun…
“Aku berjanji untuk mengantarmu dan aku malah membuatmu menunggu, sehingga kau terlambat pulang ke rumah ibumu.” Tanpa repot-repot, Kyuhyun meneruskan kelanjutan tragedi itu.
Yunhee menghentikan aktifitasnya sesaat, tercekat mendengar kalimat itu. Iya, dia ingat sekali kejadian naas itu. Air matanya hampir mengalir, tapi dia menahannya. “Lebih parahnya adalah kau beralasan bahwa kau tidak tega membuat Yeonjin pulang sendirian, jadi kau mengantarnya dan melupakan aku.”
Itu adalah sebuah pernyataan kekecewaan. Kyuhyun dapat menghitung berapa kali Yunhee melontarkan kekecewaannya semenjak dia mengenal gadiis itu. Dua kali. Tentang masakan dan berakhir dengan pertengkaran peran selir dan ratu, dan tentang ibunya. Bagaimana Kyuhyun tidak merasa bersalah? Dia sering sekali mengecewakan gadis ini, namun gadis ini hanya dua kali menyuarakan kekecewaannya. Apakah Kyuhyun setega itu? Dia bahkan adalah penyebab kematian ibu Yunhee, karena dia terlambat mengantar Yunhee untuk menjenguk sang ibu yang pada saat itu sedang sakit keras.
“Maaf,” Kyuhyun menemukan dirinya berkata lirih, wajahnya tertunduk.
“Aku lelah.” Gumam Yunhee.
Sontak Kyuhyun langsung mendongakkan wajahnya dan menatap bingung ke mata Yunhee yang sekarang sedang memandang ke luar jendela. Dia merasa bahwa gadis itu mulai menjauh darinya, lupakan kenyataan bahwa dia sedang duduk di hadapannya.
“Aku bisa mengantarmu dulu ke apartemen.”
“Bukan, bukan itu maksudku.”
Kyuhyun bangkit dari bangku yang didudukinya. Tiba-tiba saja dia merasa perlu untuk memandang kea rah lain dan menutup telinganya. Dia tidak sanggup untuk mendengarkan kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut Yunhee. Tanpa pernah Kyuhyun sadari, dia mundur perlahan hingga membentur meja di belakangnya. Dia terhenyak begitu mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Yunhee.
“Biarkan aku hidup sendiri dan tenang tanpa kehadiranmu. Yeonjin lebih pantas untukmu dibanding aku.”
“Kau tidak serius.” Kyuhyun tak menyangka bahwa dia dapat mengeluarkan suaranya. “Kau hanya sedang main-main denganku, Lee Yunhee.”
Yunhee tak menghiraukan racauan pria di hadapannya. Gadis itu mengambil tas dan buku-bukunya dari atas meja, kemudian dengan gesit berlari keluar ruangan.
***
Yunhee berlari ke tempat dimana tidak ada satu orangpun yang dapat menemukannya ketika dia sudah berderai air mata. Dia berlari sekencang yang dia bisa lakukan, asalkan dia menjauh dari Kyuhyun, jauh dari jangkauannya. Tangisnya pecah begitu saja ketika dia sampai di lapangan olahraga yang kini sebagian besar telah tertutup oleh salju.
Yunhee tidak dapat lagi menahan ini, mempertaruhkan semuanya demi kelangsungan hubungan tak berujung ini. Dia harus menyelesaikan semua omong kosong ini secepatnya, akan lebih baik jika mereka berteman. Oh yang benar saja! Dia bahkan tidak tahu apapun mengenai Kyuhyun meskipun untuk menjadikannya seorang teman. Dia tidak mengenal Kyuhyun begitu baik selama ini, Yunhee baru menyadari kenyataan pahit tersebut. Namun, dia telah mengorbankan banyak demi hubungan ini. Perasaannya, hidupnya, dan ibunya.
“Yunhee,” Kyuhyun tiba-tiba saja sudah berada di belakang Yunhee dan menarik lengannya dengan paksa. “Kita tidak bisa menyelesaikan ini dengan caramu.”
“Aku lelah, Kyuhyun! Lepaskan aku!”
“Katakan, apa yang ingin kau ketahui dariku? Aku akan memberikanmu semua yang kau mau, semua yang kau minta. Katakan.”
“Aku ingin kau pergi dari hidupku!” Yunhee berteriak keras, tangisnya semakin menjadi.
“Lee Yunhee!” Kyuhyun membentaknya balik. “Kau tidak akan mengakhiri ini saat ini juga, kan? Tidak. Jangan. Kumohon.” Suara yang keluar kali ini lebih lembut dan lebih memelas.
“Kenapa?” Tantangnya. “Karena kau suka salju? Persetan dengan salju bodoh dan semua hal yang kau sukai, karena aku sama sekali tidak mengetahuinya!”
“Yunhee—”
“Kau salah, Kyuhyun.” Yunhee menyelanya dengan cepat. “Aku pikir aku cukup mengenalmu setelah beberapa tahun bersamamu, tapi aku salah. Aku tidak tahu apapun tentangmu, namun kau terus memaksaku untuk bertahan. Kau pikir itu masuk akal, huh?”
“Aku suka salju karena aku lahir di musim dingin, aku suka strawberry pie karena kau yang membuatnya, aku suka menaiki motor hitamku agar aku bisa merasakan kau memelukku erat, aku suka berkunjung ke kamarmu karena aku ingin terus bersamamu, dan aku pindah ke apartemen sebelah kamarmu adalah karena aku ingin dekat denganmu. Demi Tuhan, Lee Yunhee, apakah itu belum cukup membuktikan perasaanku?”
“Jika perasaanmu sebesar itu terhadapku, lalu kenapa kau tidak meninggalkan Yeonjin? Kenapa kau tetap menemuinya meskipun kau tahu dengan melakukan itu kau juga melukai perasaanku?”
“Aku tak bisa—”
“And I hate you for that!”
Baru saja Yunhee berniat pergi dari sana, Kyuhyun sudah menariknya lengannya dan membuatnya membalikkan badan sehingga mereka bertatap-tatapan. Yunhee memperlihatkan tatapan bencinya pada Kyuhyun, sementara pria itu malah menatap balik dirinya dengan kelembutan seraya dia membelai pelan sisi wajah Yunhee.
“Aku mungkin tidak bisa meninggalkan Yeonjin, kau tidak perlu tahu alasannya. Yang perlu kau tahu adalah bahwa aku tidak menemukan dirimu dalam diri wanita manapun, bahkan Yeonjin. Aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, aku tidak merasakannya pada Yeonjin. Tapi ketika bersamamu, perasaan itu muncul. Jika orang-orang menyebutnya cinta, kurasa itu kurang tepat.”
Yunhee mengernyit heran mendengar Kyuhyun berhenti berbicara, apalagi dengan kalimat terakhirnya yang membingungkan.
“Karena perasaanku padamu lebih dari sekedar cinta, it’s called affection.”
Dengan itu, Kyuhyun mencium kening Yunhee sepenuh hati. Beberapa detik setelahnya, pria itu menghilang dalam salju yang mulai turun dari langit. Menghilang begitu saja.
***
Semenjak perpisahan itu, Yunhee tak pernah melihat Kyuhyun lagi. Sama sekali. Beberapa tahun kemudian setelah kelulusannya, Yunhee mengetahui dari seorang teman Kyuhyun, Jungha, yang dia temui secara tidak sengaja di sebuah toko buku.
Itu adalah hari tercerah di musim semi. Yunhee dan Jungha memutuskan untuk mengobrol sebentar di sebuah kedai kopi. Jungha memberitahunya bahwa Kyuhyun pindah ke London untuk melanjutkan kuliahnya di sana. Betapa terkejutnya Yunhee mengetahui bahwa ternyata Kyuhyun pindah jurusan di tempat kuliahnya yang baru, dia memilih kedokteran. Jungha juga memberitahunya bahwa Kyuhyun sengaja berpindah jurusan karena Kyuhyun bilang dia ingin menyembuhkan seseorang ketika dia lulus nanti, maka Kyuhyun berusaha keras untuk menjadi seorang dokter.
Yeonjin, yang Yunhee ketahui adalah kekasih Kyuhyun, ternyata memiliki penyakit kronis. Dia mengidap kanker otak yang tak kunjung sembuh dan malah semakin parah, itu dimulai semenjak Yunhee baru mengenal Kyuhyun pada semester pertama. Akhirnya, Yunhee mengetahui alasan kenapa Kyuhyun meninggalkannya. Semua demi kesembuhan Yeonjin.
Beberapa menit setelah Jungha pulang, ponsel Yunhee bergetar. Dia melihat sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Pesan itu berisi:
Ratu-ku, lihatlah keluar jendela.
Yunhee buru-buru mengalihkan pandangannya ke luar jendela, matanya mencari-cari siapa si pengirim pesan tersebut. Saat dia melihat siapa dalang di balik inii semua, dia tersenyum miring. Kyuhyun sedang melambai padanya di seberang jalan dari kedai kopi tempatnya duduk sekarang. Yunhee segera membalas pesan tersebut.
You brat! Senang berlibur di London?
Tak lama, dia mendapatkan pesan masuk lagi.
Yeonjin. Ya, aku masih mencoba menyembuhkannya karena aku peduli padanya.
Tapi seluruh kasih sayangku, kaulah yang telah merebutnya.
Kau sama sekali tak menyisakan sedikitpun untuk Yeonjin, dia akan marah padamu.
Dia tidak mengenalku, jadi itu tidak mungkin.
Dia tahu kau, aku yang memberitahunya. Dia tahu kita? Ya, dia tahu semuanya dan dia memberikan restunya. Jadi, bagaimana menurutmu?
Yunhee bangkit dari kursinya dan melangkah perlahan keluar dari kedai, dia berjalan menuju tempat di mana Kyuhyun berdiri. Sambil tersenyum dia membalas Kyuhyun, masih lewat pesan.
By all means.
END