CHAPTER 1 : Potret Wajah Sendu
“Hyeri-ah… ayo cepat turun nak. Sarapanmu sudah siap.”
Suara merdu sang ibu kembali terdengar untuk ketiga kalinya. Hyeri belum juga turun dari kamarnya. Tak ada jawaban sekalipun dari Hyeri. Ibunya menyerah, Ia pun terpaksa mengecek langsung ke kamar putri satu-satunya itu.
Tok tok tok…
“Hyeri-ah… Ayo keluar nak. Kita sarapan. Kau tidak boleh terlambat sayang. Ini hari pertama ujian kenaikan kelasmu kan?
“…”
“Hyeri-ah… Hyeri??” sahut ibu yang tidak ditanggapi Hyeri.
Tidak ada jawaban apa-apa dari Hyeri. Ibunya pun tiba-tiba khawatir, takut kejadian beberapa tahun lalu kembali terjadi pada Hyeri. Ibu Hyeri pun mencoba untuk membuka kamar putrinya tersebut, namun terkunci.
Apa yang harus kulakukan? Apa yang terjadi dengan putriku didalam?
Rasa cemas semakin menggerogoti hati sang ibu pagi itu. Ibu Hyeri mencari kunci kamar cadangan yang ia simpan di kotak kecil lemari kamarnya.
“Ketemu!!”
Ibu Hyeri kembali ke kamar Hyeri dan membuka pintu kamar dengan kunci cadangan yang diambilnya.
Klik!!!
“Hyeri-ah…” panggil Ibu Hyeri sambil melihat ke sekeliling kamar anaknya.
“Eom.. Eommaaaa…” suara Hyeri terdengar pilu seperti sedang menangis
“Hyeri-ah! Kau dimana nak??”
“Eomma… “ suara Hyeri semakin keras terdengar.
Dari kamar mandi!!
Ibu Hyeri segera membuka pintu kamar mandi dan menemukan Hyeri terduduk disamping bathtub dengan handuk yang masih membalut tubuhnya sambil menangis terisak dan memegangi dadanya seakan terasa sesak.
“Eomma… “ Isak Hyeri sesak.
“Nak… Kenapa sayang?? Kenapa disini??”
Hyeri hanya menangis sambil sering menarik nafas yang terasa semakin sesak didadanya. Ibunya paham apa yang sedang terjadi dengan putrinya. Ia pun membantu putrinya berdiri dan membawanya keluar dari kamar mandi. Ibu Hyeri mengantarkannya kembali kekamarnya dan menenangkannya dengan mendekap erat tubuh Hyeri yang terasa dingin. Sesak didada Hyeri semakin lama berkurang, dan sang Ibu dapat merasakan degup jantung putrinya yang tidak lagi kencang seperti sebelumnya saat di kamar mandi. Ibu Hyeri membantu putrinya untuk berganti pakaian, karena Hyeri tampak gemetaran karena kedinginan. Entah sudah berapa lama Hyeri terduduk dikamar mandi dengan hanya terbalut handuk seperti itu.
“Eomma… Hari ini aku ujian. Aku ganti pakaian lagi saja ya?? Aku sudah baikan kok.” Hyeri tersenyum dengan wajahnya yang masih terlihat pucat.
Ibunya melirik kearah mata putrinya dengan tatapan ragu dan cemas.
“Eomma.. aku benar-benar sudah baikan. Geogjonghajimaseyo… O??”
“Haahh….” Terdengar hembusan nafas sang ibu.
“Ibu tau hari ini hari pertama ujianmu. Tapi, melihatmu seperti tadi, ibu takut terjadi hal lebih buruk disekolah. Apa kau yakin sayang??”
“O.. Aku yakin. Ayolah. Aku akan semakin takut kalau harus ujian susulan sendiri.”
“…”
“Eomma?? Kenapa malah diam?? O?? Ayolah… Lihat! Wajahku sudah ceria lagi, tidak apa-apa lagi kan?” sambil menyunggingkan senyuman termanisnya meskipun wajahnya masih pucat.
“O… Baiklah. Kau ke sekolah sekarang. Tapi, ibu yang antar ke sekolah. Oke?”
“Eomma yang antar aku?? Bukannya eomma ada rapat hari ini dikantor??”
“Tidak apa-apa sayang. Ibu bisa cancel rapatnya ke jam 10. Yang terpenting sekarang adalah anak ibu. Ya sudah, sekarang ganti baju. Kau makan dimobil saja ya.. Biar ibu siapkan dulu.” Ucap sang ibu sambil mencium pipi Hyeri.
“O eomma.”
Selepas ibunya keluar dari pintu kamarnya, Hyeri tiba-tiba terduduk lemas diatas kasurnya.
Kenapa penyakit ini susah hilangnya?? Apa yang salah denganku?? Aku sudah berusaha melupakan kejadian yang menimpa ayah, tapi tetap saja penyakit ini selalu menghantuiku. Aku harus bagaimana?
Suara lirih hati Hyeri terus menerus menjerit selama bertahun-tahun. Hyeri sendiri tidak tahu kapan jeritan itu akan berhenti dan meninggalkannya. Hyeri hanya berharap ada malaikat yang segera menjemputnya, sehingga tidak harus merasakan terus jeritan itu.
***
“Yaa!! Hyeri-aaaaah…” teriak Minah dari jauh yang melihat sahabatnya baru memasuki gerbang sekolah”
“Minah-ya…” jawab Hyeri sambil melambaikan tangannya.
Minah berlari melewati koridor sambil melambaikan tangan kearah Hyeri. Hampir beberapa langkah lagi ia sampai dihadapan Hyeri, Minah mendadak menghentikan larinya karena terkejut melihat Hyeri datang bersama bibinya.
“O?? bibi?? Annyeonghaseyo. Bibi kesini mengantar Hyeri?? Kenapa tiba-tiba aku jadi cemas? Apa terjadi sesuatu dengan Hyeri dirumah?”
“O?? Annyeonghaseyo Minah-ya… Begitulah. Kau tolong jaga dia ya. Masih ada 30 menit lagi sebelum ujian, buatlah dia merasa rileks.”
“Oh bibi, aku jadi cemas dengan sepupuku ini. Tenang saja, aku paling bisa diandalkan. Hehe” jawab Minah yang cemas sambil tersenyum.
Minah menggandeng tangan Hyeri dalam sekejap. Minah sangat menyayangi gadis itu, sebagai sepupu dan sahabatnya.
“Minah, gomawo. Tolong jaga aku hari ini ya” ucap Hyeri tersenyum sambil membungkukkan badannya 90 derajat kearah Minah.
“Yaa… Kau berlebihan. Aku ini keluargamu kan??”
Hyeri dan Minah saling tersenyum. Ibu Hyeri pun pergi meninggalkan gerbang sekolah dan kembali menyetir mobilnya menuju kantor. Minah lalu mengantar Hyeri ke kelas dengan menggandeng tangannya yang sedari tadi belum lepas.
***
Ding Dong Ding Dong!!!
“Akhirnya… Ujian hari pertama selesai juga. Sekarang saatnya pulang bersama Hyeri-ku tersayang.” Ucap Minah yang berbicara sendiri sambil membereskan alat-alat tulis dimejanya.
Minah memasukkan semua alat tulis kedalam tasnya dan bergegas keluar dari kelas dan pergi menuju kelas Hyeri.
[ Hyeri~~ aku menjemputmu kekelas. Tunggu Aku :* ]
Message Sent.
Kelas 2-C.
Drrrtt!!!
Getar ponsel Hyeri terdengar dari dalam tas. Hyeri sedikit kesulitan memegang ponselnya sendiri karena tangannya yang basah oleh keringatnya.
“Tanganku basah sekali. Kenapa tidak hilang-hilang?? Padahal ujiannya sudah selesai.” Keluh Hyeri sambil terus mengelap tangannya yang basah dengan tisu yang dibawanya.
“Hyeri-ah… Ayo kita pulang!!” Minah tiba-tiba sudah berada didepan meja Hyeri.
“Oh, kita pulang bersama??” Tanya Hyeri heran.
“Kau belum membaca sms-ku?? Aku diminta ibumu untuk mengantarmu pulang.” Tanya Minah balik . Minah menatap Hyeri yang masih memegangi tisu ditangannya.
“Tapi, kenapa ada banyak tisu ditanganmu?? Tanganmu berkeringat lagi? Tadi ujian bagaimana? Tidak apa-apa?” Minah kembali bertanya.dengan ekspresi sedikit cemas.
“O.. tanganku dari tadi berkeringat. Padahal ujiannya sudah selesai, tapi masih berkeringat. Untungnya bawa tisu, jadi ujiannya tidak terlalu terganggu.” Hyeri menjelaskan dengan tetap tersenyum manis.
“Aku jadi cemas begini. Ya sudah, ayo kita pulang. Rileks kan pikiranmu, karena ada aku yang menemanimu. Oke??” Minah mengacungkan tangan kanannya sambil membentuk lingkaran dengan ibu jari dan telunjuknya disamping wajahnya.
“Oke bos. Ayo kita pulang.”
***
Halte Bus.
Halte bus yang sepi sedari tadi tiba-tiba terdengar ramai dengan kerumunan siswa SMA. Anak laki-laki yang dari tadi duduk terdiam sambil memicingkan matanya pun tak lama membuka matanya dan melirik ke sekelilingnya.
Sudah banyak orang. Waktunya bekerja!
Terdengar suara ceria dua gadis dari arah kejauhan. Yang satu dengan rambut pendek sedikit diatas bahu dan memakai bandana merah muda, sedangkan yang satu lagi berambut panjang yang diikat tinggi kebelakang. Keduanya sangat cantik dan manis. Akan tetapi, yang berambut pendek tampak sendu dengan wajahnya yang pucat. Meskipun sudah ada polesan lip gloss warna cerah tetap saja tidak menutupi wajah pucatnya. L.Joe terus memerhatikan kedua gadis itu sampai akhirnya mereka duduk sedikit jauh disamping kirinya di bangku halte tersebut.
Dia manis. Tapi, sangat sendu!
***
“Gwenchana?? Tanganmu masih berkeringat?”
“O, aku baik-baik saja Minah-ya. Gomawo.” Senyum Hyeri tak mampu menghilangkan sendunya hari itu.
“Ayo duduk. Kita biarkan kerumunan ini pergi dulu, baru kita naik bus, oke??”
Hyeri mengangguk tanda mengiyakan perkataan sepupu sekaligus sahabatnya itu.
Hyeri mengeluarkan ponsel dan earphone dari dalam tasnya dan memasangkannya ke ponsel miliknya. Tak lama, jari-jari lentik Hyeri dengan cepat menjamah layar ponselnya dan memutar lagu kesukaan miliknya.
I miss you – Girl’s Day
“Kau mau dengar” sambil menyodorkan sebelah bagian earphone-nya kepada Minah.
Minah mengangguk dan mengambil sebelah bagian earphone itu. Mereka pun lalu terhanyut menikmati lagu yang diputar Hyeri di ponselnya. Hyeri mulai bersandar di bangku halte sambil memicingkan matanya.
Tak lama Hyeri sadar, sepertinya ada orang yang terus memandanginya semenjak ia duduk di halte tersebut. Hyeri pelan-pelan membuka matanya dan menolehkan wajahnya ke kanan sambil terus bersandar dibangku halte tersebut. Tampak sesosok laki-laki yang sedang fokus mengarahkan lensa kameranya kearah Hyeri. Hyeri hanya terdiam melihat laki-laki itu. Dan…
Klik!! Kamera itu mengeluarkan bunyi setelah berhasil memotret wajah sendu Hyeri.
Laki-laki itu pun menurunkan kamera yang menutupi wajahnya setelah mendapat satu jepretan wajah Hyeri. Ia sadar bahwa Hyeri memandanginya. Akan tetapi, Hyeri tidak bergeming saat tahu dirinya dipotret oleh laki-laki itu.