DREAMERS.ID - Persiapan jelang perhelatan Asian Games 2018 terus dilakukan, termasuk soal kriminalitas jalanan yang akhir ini marak terjadi di beberapa daerah khususnya di jantung Ibu Kota. Tak main-main, para pelaku kejahatan ini memiliki berbagai macam modus untuk melumpuhkan targetnya.
Hal itu senada dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono. Melansir CNN Indonesia, ia mengingatkan bahwa kejahatan jalanan dapat dilakukan dengan berbagai modus.
Pernyataan itu sekaligus bagian dari upaya polisi yang tengah giat menindak pelaku kejahatan jalanan jelang Asian Games XVIII yang diselenggarakan mulai 18 Agustus mendatang. Kegiatan bertajuk Operasi Kewilayahan Mandiri itu berlangsung selama 3 Juli hingga 3 Agustus.
Kata Argo, salah satu modus yang paling umum adalah dengan menodong baik di ruang publik maupun transportasi umum. Bentuk lain adalah dengan menjambret atau mengambil barang berharga di atas motor.
"Rata-rata mereka tidak satu orang, biasanya target mereka orang yang bawa tas, adapun kadang yang sendirian, dia langsung menodong," kata Argo di Jakarta, Kamis (19/7).
Baca juga: Cerita Kocak Dira Sugandi Yang 'Dimodusin' Siwon Super Junior
Modus kejahatan lain yang umum digunakan adalah modus ban kempes. Modus ini biasanya dilakukan oleh sekitar lima atau enam orang. Para pelaku akan berpura-pura memberitahukan kepada target bahwa ban kendaraannya bocor.Cara mereka memberitahukan tidak bergerombol dimana biasanya, satu anggota kelompok ditugaskan mengetuk kaca mobil korban untuk memberitahu bahwa bannya telah kempes. Modus ini kemungkinan besar akan tercapai jika target menghentikan mobilnya untuk mengecek kebenaran dari ban kempes tersebut.
Polisi mengidentifikasi bahwa pelaku atau penjahat jalanan umumnya tidak beraksi sendirian melainkan tergabung dalam jaringan yang sudah dibentuk. Pelaku kejahatan jalanan seperti jambret, contohnya, memiliki jaringannya masing-masing. Namun setiap jaringan umumnya saling mengenal satu sama lain.
Kelompok kejahatan jalanan juga biasanya menguasai salah satu wilayah tertentu. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi aksinya ketahuan karena dengan menguasai atau mengenal wilayah secara baik, proses pelarian akan lebih mudah. Meski demikian, tidak ada pembagian wilayah yang tegas di antara setiap jaringan.
"Biasanya kalau main di Utara akan di utara terus karena mengenal daerah sana, jadi kalau dikejar petugas kabur di daerah sana lebih enak karena sudah tahu lokasinya," ucapnya.
Dalam rentang 3 Juli hingga 12 Juli ini, Polda Metro Jaya telah mengamankan sekitar 1.952 orang. Sebanyak 320 orang telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka dan 1.551 menjalani pembinaan. Sedangkan dari 320 orang tersebut sebanyak 52 orang ditembak karena melawan petugas, 11 di antaranya tewas.
(mdi)