DREAMERSRADIO.COM - Dreamers, tahukah kamu siapa paling banyak menyelamatkan penduduk Bosnia-Herzegovina dari pembantaian Nazi pada Perang Dunia II? Jawabnya adalah merpati pos.
Namun tidak ada gelar pahlawan untuk burung itu. Tidak pula ada penerimaan ramah dan santun dari warga Sarajevo dan kota-kota lain di Bosnia-Herzegovina, apalagi penghormatan.
Merpati, pos atau bukan, adalah binatang menjengkelkan bagi penduduk Sarajevo. Burung-burung itu hinggap di balkon-balkon rumah, mencari remah roti, dan buang kotoran sembarangan.
Muslim Bosnia juga melupakan jasa merpati menyelamatkan keluarga mereka pada konflik 1992-1995. Saat itu Serbia memutus semua komunikasi, yang membuat Muslim Bosnia terisolasi di Sarajevo.
Satu-satunya alat komunikasi adalah merpati. Burung ini mengirim pesan tertulis ke Muslim Bosnia di kota-kota lain, atau ke pasukan perlawanan di garis depan.
Sebagai penyampai pesan, merpati telah digunakan manusia sejak ribuan tahun. Adalah Bangsa Persia yang kali pertama melakukannya, yaitu ketika invasi mereka ke Yunani gagal total.
Di Eropa, tidak ada perang tanpa keterlibatan merpati sebagai penyampai pesan. Namun seusai perang, merpati dilupakan. Di Bosnia, merpati disingkirkan begitu saja. Hanya sedikit yang berusaha mengenang perannya sebagai penyelamat ribuan Muslim Bosnia.
Dari yang sedikit itu terdapat Ramiz Recep, pria berusia 74 tahun yang beternak merpati. Ia beternak merpati sejak usia dini, dan menggunakan merpatinya saat konflik 1992-1994. Kini, ia menghabiskan hari-harinya hanya untuk merpati.
Recep, dan semua peternak, melatih merpati untuk balapan. Di Bosnia, balap merpati adalah olahraga yang sangat mahal. Merpati mampu terbang seribu kilometer, melintasi negara-negara Balkan. Kadang kembali, tapi ada pula yang tidak karena ditangkap atau kepincut lawan jenis.
Kantor berita Anadolu melaporkan di Bosnia ada 35 asosiasi merpati. Jumlah ini menurun drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian merpati tetap dihargai sangat tinggi. Sang pemenang bisa berharga 250 ribu euro, atau Rp 4 miliar.