DREAMERS.ID - Otoritas senior bidang perkeretaapian India menyampaikan penyebab terjadinya tragedy kecelakaan kereta api berkecepatan tinggi Coromandel Express. Yang diungkapkan, berkaitan dengan kesalahan sistem pemberian sinyal interlocking elektronik ke kereta api.
Melansir Kumparan, Jaya Verma Sinha yang adalah seorang otoritas senior bidang perketaapian India menyampaikan jika hasil penyelidikan awal mengungkapkan jika sebuah sinyal telah diberikan pada kereta api tersebut untuk melaju di jalur utama, namun berubah haluan.
Kereta api yang mengangkut 2.296 penumpang itu memasuki jalur melingkar yang berdekatan dan menabrak kereta barang yang sedang parkir dan berasal dari arah berlawanan.
“Tabrakan tersebut membalikkan gerbong Coromandel Express ke jalur lain, menyababkan kereta cepat Yesvantpur-Howrah Superfast Express yang menabrak reruntuhan kereta dan juga tergelincir,” kata Sinha.
Padahal menurut Sinha, Coromandel Express sedang tidak dalam kecepatan tinggi kala itu. Sementara kereta pengangkut barang memang sering diparkir di jalur lingkar yang berdekatan karena untuk mengalokasikan jalur utama bebas untuk kereta penumpang yang melintas.
Baca juga: Anehnya Penjelasan dan Ekspresi Sopir Truk Usia 18 Tahun Pelaku Tabrakan Beruntun di GT Halim
Kembali ke masalah interlocking elektronik yang terjadi, penyelidikan masih dilakukan untuk mengungkapkan apakah kesalahan tersebut disebabkan oleh teknis atau human error. Namun Menteri Perkeretaapian India Ashwini Vaishnaw mengindikasikan jika ada factor kelalaian manusia yang terlibat dalam kecelakaan yang merenggut nyawa sekitar 275 orang ini.“Komisaris keselamatan kereta api telah menyelidiki masalah ini dan membiarkan laporan investigasi keluar, tetapi kami telah mengidentifikasi penyebab insiden dan orang-orang yang bertanggung jawab atas insiden tersebut,” kata Vaishnaw.
Sistem Interlocking sendiri adalah mekanisme keselamatan yang dirancang untuk memastikan pergerakan kereta api tetap aman dan efisien Ketika sedang melaju di persimpangan, stasiun dan titik persinyalan. Karena itu system ini berperan agar kereta tidak menabrak kereta lain yang tengah melaju dari arah berlawanan atau berada di dekatnya.
“Sistem ini 99.9 persen bebas dari kesalahan. Tapi 0.1 persen kemungkinan selalu ada untuk kesalahan,” kata Sinha.
Kabar terkini, sejumlah warga masih terus mencari keluarganya yang terlibat kecelaan maut tersebut. Bahkan, pusat bisnis di Distrik Balasore, Negara Bagian Odisha, menjadi ‘kamar jenazah’ atau tempat jenazah disimpan karena kamar jenazah rumah sakit sekitar kehabisan tempat.
"Saya sudah ke rumah sakit, saya sudah mencari jenazahnya, tetapi saya tidak dapat menemukannya," kata Seema Choudary, seorang warga yang tengah mencari suaminya sambil terisak.
(rei)