DREAMERS.ID - Korea Selatan dan Korea Utara telah membuka kembali jalur komunikasi langsung pada hari Selasa (27/7) pukul 10 pagi, yang menjadi tanda bahwa Presiden Moon Jae In dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan memulihkan rasa saling percaya dan meningkatkan hubungan yang baik.
“Kedua pemimpin berbagi pemahaman untuk memulihkan rasa saling percaya dan sekali lagi mendorong hubungan mereka ke depan,” kata Park Soo Hyun, sekretaris senior komunikasi publik Moon, dikutip dari Korea Herald.
Menurut sumber Cheong Wa Dae, para pemimpin mulai saling mengirim surat sejak 27 April pada kesempatan peringatan ketiga Deklarasi Panmunjeom sejak pembicaraan puncak pertama mereka di desa lintas perbatasan pada 2018 lalu.
Hingga baru-baru ini, para pemimpin dilaporkan berbagi pendapat tentang banyaknya masalah yang tertunda seperti COVID-19, hujan lebat di Utara, dan pembicaraan damai antar Korea.
“Menyelenggarakan pertemuan puncak tidak ada dalam agenda,” kata seorang pejabat senior Cheong Wa Dae tanpa menyebut nama. “Diskusi mereka dilakukan melalui surat. Tidak ada panggilan telepon.”
Pemulihan akses komunikasi terjadi setelah 13 bulan pasca runtuhnya diplomasi antara kedua Korea. Pada Juni tahun lalu, Pyongyang memutuskan semua jalur saluran komunikasi dengan Korea Selatan sebagai protes atas kegagalan Seoul untuk menahan selebaran anti-Pyongyang yang dikirim oleh pembelot Korea Utara.
Tak lama kemudian, Korea Utara menghancurkan gedung penghubung antar-Korea di kota Kaesong yang didirikan sebagai tanda niat baik, setelah KTT antar-Korea 2018 yang menghasilkan tiga pertemuan Kim dengan Presiden AS Donald Trump pada saat itu.
Baca juga: Film Dokumenter Kontroversi Ibu Negara Korea 'First Lady' Segera Dirilis
Dengan kesepakatan terbaru, empat hotline Seoul ke Pyongyang telah dioperasikan, di mana dua hotline oleh Kementerian Unifikasi dan dua dioperasikan oleh Kementerian Pertahanan. Kementerian juga mengkonfirmasi bahwa mereka berhasil melakukan panggilan telepon pertama setelah beberapa bulan."Kami mencoba melakukan panggilan pertama pada pukul 10 pagi, tetapi percakapan sebenarnya dimulai sedikit setelah pukul 11 pagi karena beberapa masalah teknis," kata seorang pejabat Kementerian Unifikasi tanpa menyebut nama, menambahkan percakapan pertama berlangsung sekitar tiga menit.
Kedua Korea biasa melakukan panggilan telepon pada pukul 9 pagi dan 5 sore, setiap hari melalui hotline. Pejabat itu mengatakan bahwa panggilan telepon biasa bisa dilakukan sekali dalam sehari, lalu selanjutnya panggilan telepon kedua seharusnya dilakukan di kemudian hari.
Hotline lintas batas lainnya, seperti yang dipasang di Cheong Wa Dae atau di agen mata-mata Seoul, tampaknya belum sepenuhnya pulih, mengingat diskusi masih berlangsung untuk pemulihan lengkap saluran komunikasi antara kedua Korea.
“Untuk Selatan, masalah yang paling mendesak adalah membuka kembali saluran komunikasi dengan Utara. Kami akan terus bekerja untuk pemulihan total. Mempertimbangkan pembatasan kontak tatap muka di tengah COVID-19, kami juga berencana untuk membuat sistem baru untuk pertemuan virtual untuk pembicaraan yang lebih lancar antara kedua Korea,” kata pejabat kementerian itu.
“Pemulihan hotline adalah titik awal dari dialog yang ditangguhkan antara kedua Korea. Belum ada hal spesifik yang dibahas,” kata pejabat Cheong Wa Dae.
Sementara itu, Korea Utara juga mengkonfirmasi kesepakatan terbaru pada hari sebelumnya, mengatakan restorasi akan memainkan peran positif dalam meningkatkan hubungan antara kedua belah pihak.
“Para pemimpin tertinggi Korea Utara dan Selatan sepakat untuk membuat langkah besar dalam memulihkan rasa saling percaya dan mempromosikan rekonsiliasi dengan memulihkan terputusnya jalur komunikasi antar-Korea,” tulis kantor berita resmi Korea Central News Agency.
(rzlth)