DREAMERS.ID - Hingga saat ini para ahli masih terus meneliti mengenai virus corona yang masih menyebar dan terus emmakan sejumlah korban di setiap negara. Sebuah penelitian di JAMA Network Open, menemukan perbedaan antara gejala COVID-19 dan flue pada anak-anak, yang ternyata memiliki banyak kesamaan.
Para peneliti dari Children's National Hospital menganalisis data 315 anak yang didiagnosis positif COVID-19 dan 1.402 anak yang didiagnosis flu selama rentang waktu Maret-Mei 2020. Peneliti kemudian membandingkan gejala, tingkat rawat inap, dan kebutuhan perawatan intensif pasien.
Hasilnya, kedua penyakit tersebut memberikan hasil yang sama, dengan adanya perbedaaan yang kecil. Peneliti menemukan, anak-anak lebih sering mengalami sesak napas akibat flu daripada COVID-19. Sedangkan pada anak positif COVID-19 masalah pencernaan paling sering ditemukan.
Penelitian menemukan, gejala yang ditimbulkan dari anak positif COVID-19 adalah gejala yang biasanya timbul pada pasien flu, seperti demam, batuk, masalah pencernaan, tubuh terasa nyeri, sakit kepala, hingga nyeri dada.
Baca juga: Ada Puluhan Artis Korea Dinyatakan Positif COVID-19 Sepanjang 2021
Dilansir dari Business Insider, sebanyak 76 persen pasien anak COVID-19 mengalami demam. Angka ini lebih tinggi daripada 55 persen anak pasien flu dengan demam. Selain itu, sebanyak 26 persen anak dengan COVID-19 mengalami muntah-muntah dan diare, lebih tinggi dari hanya 12 persen pasien flu dengan gejala yang sama.Selain dari segi gejala, peneliti juga melihat dari faktor rawat inap di antara kedua penyakit. Keduanya menghasilkan tingkat rawat inap yang sebanding dengan angka 21 persen anak dengan flu dan 17 persen anak dengan COVID-19.
Peneliti juga menemukan perbedaan mengenai kebutuhan perawatan intensif di antara kedua penyakit. Sebanyak 7 persen kasus flu pada anak membutuhkan perawatan intensif. Angka itu lebih tinggi dari 5,7 persen kasus COVID-19 pada anak.
Namun, peneliti mengungkapkan masih sulit untuk membedakan antara gelaja flu dengan COVID-19, dan masih membutuhkan studi lebih lanjut untuk memastikan perbedaan diantara kedua penyakit tersebut.
“Masih sangat sulit untuk membedakan keduanya hanya berdasarkan gejala. Pengujian jadi satu-satunya cara yang paling tepat,” ujar salah satu penulis studi, Xiaoyan Song dikutip dari CNN Indonesia.
(Rie127)