DREAMERS.ID - Park Won Soon yang ditemukan tewas diduga kuat bunuh diri di pegunungan utara Seoul setelah 7 jam pencarian kini makin jadi pembicaraan. Pasalnya, Park sempat dilaporkan atas duhaan kasus pelecehan terhadap sekretarisnya, plus beberapa track record-nya dulu.
Sebelumnya, melansir The New York Times via Detik pada Jumat (10/7), Park sempat membatalkan jadwal resminya dan mengabarkan jika dirinyaabsen karena sakit. Sehari setelah sekretarisnya mengatakan telah dilecehkan secara seksual oleh Park pada tahun 2017.
Anak perempuan Park mengatakan pada polisi jika ayahnya meninggalkan rumah setelah meninggalkan ‘pesan’ yang sebelumnya diberitakan mirip dengan wasiat. Di mana laporan itu segera memicu spekulasi jika Park bisa saja bunuh diri.
Sayangnya, kasus dugaan pelecehan seksual ini dirasa sangat ironis bagi mage Park karena sebelum menjadi walikota, Park dikenal sebagai pengacara hak asasi yang terkemuka dan berpengaruh di Korea Selatan. Ia pun kerap menangani kasus besar, termasuk kasus pelecehan seksual pertama Korea Selatan.
Ia dikenal gencar berkampanye untuk hak-hak wanita penghibur, budak seks Korea yang dijebak atau dipaksa bekerja di rumah bordil untuk Tentara Jepang selama Perang Dunia II. Selama massa diktator militer tahun 1980-an, Park membantu memenangkan putusan bersalah terhadap seorang perwira polisi yang mencabuli seorang aktivis mahasiswa perempuan selama interogasi.
Baca juga: Hampir 50 Persen Anak Muda di Seoul Hidup Miskin
Pada 1990-an, ia membantu memenangkan ganti rugi untuk asisten pengajar di Universitas Nasional Seoul yang menuduh profesornya menolak mempekerjakan kembali setelah dia memprotes kemajuan seksual yang tidak diinginkan. Itu adalah kasus pelecehan seksual pertama dalam sejarah Korea Selatan.Terlebih, gerakan #MeToo beberapa tahun belakangan juga menyebar di seluruh Korea Selatan yang mengarahkan ke serangkaian kasus oleh orang-orang terkemuka di Negeri Ginseng. termasuk sutradara teater, politisi, profesor, hingga pemimpin agama. Banyak terdakwa telah meminta maaf dan mengundurkan diri dari posisi mereka. Beberapa telah menghadapi tuntutan pidana.
Bulan April lalu, Wali Kota Busan, Oh Keo Don mengaku melakukan pelanggaran dan mengundurkan diri setelah seorang pegawai negeri menuduhnya melakukan pelecehan seksual terhadapnya di kantor. Ada pula tahun 2018, Ahn Hee Jung, bintang terkenal dalam pemerintahan Partai Demokrat yang dipimpin Preside Moon Jae In mengundurkan diri sebagai Gubernur Provinsi Chungcheong Selatan.
Hal ini dikarenakan sekretarisnya menuduhnya berulang kali melakukan pelecehan seksual terhadapnya. Ahn pun dijatuhi hukuman tiga setengah tahun penjara atas tuduhan pemerkosaan. Presiden Moon memang mendukung gerakan #MeToo, namun tuduhan terhadap rekan-rekannya di partai secara khusus mengganggu pemerintahannya yang liberal.
Park, Ahn dan Oh semuanya dianggap anggota terkemuka Partai Demokrat presiden. Politisi dengan latar belakang seperti mereka telah lama diperlakukan oleh Korea Selatan sebagai orang yang memiliki moral yang lebih tinggi daripada rekan-rekan konservatifnya.
(rei)