DREAMERS.ID - Sebelum menjadi pengusaha ternama hingga mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada pilpres 2019, Sandiaga Uno hanya seorang laki-laki biasa dan seorang suami dari keluarga kecil dan sederhana. Ia bahkan mengaku sempat menjadi pengangguran.
Dilansir dari laman detik, Sandiaga Uno mengalami kesulitan keuangan pada awal Desember tahun 1998 untuk biaya kelahiran anak keduanya yang bernama Amyra Atheefa Uno, di Rumah Sakit Medistra Jakarta. Beruntung, dirinya memiliki sahabat SMA bernama Rosan yang memberikan bantuan kepadanya. Setelah itu juga meminjam uang ke Rosan untuk kebutuhan makan anaknya.
"Uang itu mau dia pakai untuk membeli susu Atheera (anak pertama Sandiaga) yang belum berumur satu tahun. Buru-buru saya mengeluarkan uang Rp 50 ribu dari celana. Itu lah kekayaan saya yang tersisa. Sayangnya, uang 50 ribu itu sangat kami perlukan juga untuk membayar ongkos makan siang." kata Rosan.
Kesulitan pertama dirasakan saat kelahiran anak pertamanya, Anneesha Atheera Uno, di Rumah Sakit Hoag, Newport Beach, California, pada 25 Juli 1997. Lantaran bersamaan dengan krisis ekonomi di Asia, yang mana perusahaan tempat Sandi bekerja kena dampaknya, "Sejak pertengahan tahun itu saya tidak lagi menerima gaji," ungkapnya, yang dikutip dalam buku, Kerja Tuntas, Kerja Ikhlas.
Baca juga: Yang Dinanti, Begini Ucapan Sandiaga Uno Kepada Presiden-Capres Terpilih Jokowi - Ma'ruf
Kemudian Sandiaga yang baru lulus master George Washington University, diajak untuk bergabung dengan Sea Power Asia Investment Limited, perusahaan investasi milik Edward Soeryadjaya, kakak dari Soeryadjaya yang berkantor di Singapura. Lalu pindah ke MP Holding Limited, sebelum terbang ke Calgary, Kanada, untuk bergabung dengan NTI Resource.Disana ia menduduki jabatan sebagai Vice Presiden dengan gaji yang besar. Hal yang tak diinginkan terjadi lagi dalam hidup Sandi. Perusahaannya ambruk dan dirinya dipecat dari pekerjaan. Tabungan yang dimiliki hingga sebagian rumah milik mertuanya, bablas karena investasinya ikut dilindas krisis.
Sebagai bapak muda yang masih berumur 28 tahun, Sandi banting tulang dengan segala cara demi bertahan hidup di Singapura. Istrinya yang setia, mulai menjual perhiasannya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sandi terpaksa memboyong istri dan bayinya pulang ke rumah orang tua.
Pengangguran dan tak punya uang sandi memulai segala usahanya dari nol di Jakarta. Beberapa tahun kemudian, ia sukses menjadi pengusaha muda yang kaya raya, hingga kini pada 2019 dirinya maju sebagai calon wakil presiden Indonesia pada pilpres 2019.
Bagaikan pepatah ‘Seberat-berat badan, namun untung dilupakan jangan’ yang artinya, seberat apapun cobaan yang dialami, jangalah cepat menyerah, karena selalu ada hikmah dibaliknya.
(fnj)