DREAMERS.ID - Pada saat berpidato perpisahan George W Bush dalam ibadah pemakaman kenegaraan sang ayah, George HW Bush memberikan momen di mana gelak tawa hingga derai air mata mewarnai Katedral Nasional Washington pada Rabu (5/12).
Bush Junior mengawali pidatonya dengan ungkapan yang berbunyi, "Yang terutama adalah mati muda selambat mungkin." yang disambut tawa seisi ruangan, George kembali melontarkan gurauannya dengan menuturkan sejumlah cara yang sudah ditempuh oleh ayahnya untuk mengamalkan ungkapan tersebut.
"Di usia 90 tahun, George HW Bush keluar dari pesawat menggunakan parasut dan mendarat di St. Ann's by the Sea di Kennebunkport, Maine, gereja di mana ibunya menikah dan tempatnya beribadah. Ibu sering bilang bahwa ia memilih lokasi itu untuk berjaga-jaga jika parasutnya tak mengembang," katanya.
Ia kembali bercanda dengan mengatakan bahwa George HW Bush sudah tahu caranya mati sejak masih kecil, ketika penyakit infeksi Staph hampir merenggut nyawanya, juga saat ikut berperang di Pasifik.
"Beberapa tahun kemudian, ia sendirian di Pasifik dalam sebuah sekoci darurat, berdoa agar tim penyelamat menemukannya lebih dulu sebelum musuh," katanya.
Sebelum menjadi politikus, George HW Bush memang mengabdi dalam angkatan bersenjata AS hingga mencapai puncak kepemimpinan sebagai panglima. Dengan jenjang karier yang panjang, George tak pernah lupa dengan keluarganya dan cara bersenang-senang.
Bush Junior bahkan mengatakan bahwa ayahnya punya grup surat elektronik khusus untuk membahas lawakan terbaru bersama teman-temannya. Menurut Bush, dengan pengalaman ayahnya melihat situasi perang dan menyaksikan kematian teman-temannya sendiri, George HW Bush sangat menghargai hidup.
"Ayah selalu sibuk, selalu bergerak, tapi tak pernah terlalu sibuk untuk berbagi cinta dalam hidupnya bersama orang-orang yang ada di sekitarnya," tutur Bush Junior.
"Ayah bisa memahami orang-orang dalam hidupnya. Dia sangat berempati. Dia menghargai karakter dari asal usul seseorang. Dia tidak sinis. Dia selalu mencari kebaikan dari tiap orang, dan pasti menemukannya," katanya.
Pada akhirnya, Bush menganggap ayahnya dapat menjadi contoh yang baik sebagai seorang bapak, kakek, kerabat, dan teman selama 94 tahun ia hidup dan akhirnya mengembuskan nafas terakhir Jumat pekan lalu.
"Jumat lalu, ketika saya diberi tahu hidupnya tinggal hitungan menit, saya meneleponnya. Orang yang menjawab telepon itu berkata, 'Saya rasa dia bisa mendengarmu, tapi tak mengatakan apa-apa seharian ini.' Saya berkata, 'Ayah, aku mencintaimu, dan ayah sudah menjadi ayah yang baik.'" tutur George W Bush.
Melanjutkan pidatonya, ia berkata, "Dan kata-kata terakhir yang ia ucapkan di Bumi ini adalah, 'Saya juga mencintaimu.'"
Setelah melanjutkan pidatonya selama beberapa menit, suaranya mulai bergetar. George W Bush pun tak kuasa menahan tangis ketika menyampaikan salam perpisahan untuk ayahnya.
"Melalui air mata kami, kami ingin bersyukur atas berkat karena dapat mencintai dan mengenalmu, pria yang hebat dan mulia, ayah terbaik bagi putra dan putri kami," ucap George W Bush tersedak menahan tangis.
Meski demikian, ia mengaku senang mengetahui ayahnya akan dikuburkan di samping ibunya, Barbara, dan adiknya, Robin, yang meninggal akibat leukimia saat masih berusia tiga tahun.
"Dalam duka, kami tetap tersenyum mengetahui bahwa ayah memeluk Robin dan memegang tangan ibu lagi," tutur George W Bush.
(nou)