DREAMERS.ID - Kelompok pembersih pantai menemukan fenomena yang cukup mengejutkan mengenai sampah-sampah yang hanyut sampai ke Guernsey, Kepulauan Channel, Inggris. Pasalnya, sampah-sampah itu berasal dari negara yang berjarak ratusan bahkan ribuan kilometer dari sana.
Melansir laman Daily Mail via Kompas, sampai dari seluruh dunia itu berasal dari Korea selatan, Argentina, Turki, Rusia, Spanyol, Malaysia bahkan Indonesia. Temuan ini sekaligus jadi bukti nyata jika pesisir Inggris menjadi ‘tempat pembuangan sampah dunia’.
Beberapa sampah yang ditemukan itu termasuk tumpukan plastik, karet, jaring, polister, perkakas hingga karung. Asal sampah itu pun dapat dilacak melalui kode serial dan bahasa pada labelnya sehingga bisa diketahui dari negara mana sampah itu berasal.
Sebagai contoh, produk WD40 yang berasal dari Korea Selatan berarti menunjukkan kaleng itu telah mengapung sejauh lebih dari 9.400 kilometer. Sementara ada pula kaleng berkarat dari Argentina yang sampai pulau tersebut berarti telah menempuh perjalanan laut sejauh 11.200 kilometer.
Seorang fotografer bernama Richard Lord yang bergabung dengan kelompok pembersih pantai selama 10 tahun itu pun mengunggah foto-fotonya ke media sosial.
Baca juga: Sering Terlihat Mengambang, Peneliti ITB Ungkap Ternyata Styrofoam Bukanlah Penyebab Banjir
"Pembersih pantai menemukan produk dari AS, Spanyol, Kanada, Argentina, Perancis, China, Korea Selatan, Indonesia, Yunani, Tunisia, Turki, Singapura, Nigeria, Korea Selatan, Malaysia, Rusia, Jerman, Denmark, dan Belanda," kata Richard Lord.Ada pula pemberish pantai lainnya, Janet Unitt yang mengaku pernah menemukan sampah dari Asia Timur seperti botol kosong jus jeruk.
"Kemudian semakin saya membersihkan tanjung yang berbatu, semakin saya menemukan barang-barang dari Eropa dan Asia Timur," ucapnya. "Mengapa sebuah pulau kecil di tengah-tengah Selat Inggris mendapat sampah dari lokasi yang jauh? Itu membuat saya marah,"
Julian Kirby dari Friends of the Earth pun mengatakan jika pemerintah perlu memperkenalkan undang-undang yang harus menghentikan penggunaan plastik tidak perlu. "Masyarakat pesisir di seluruh dunia harus berurusan dengan gelombang harian dari polusi plastik," tuturnya.
Nyatanya kasus sampah plastik tidak hanya viral di Indonesia karena fenomena puas mati dengan isi perut sampah plastik berkilo-kilo di Kepulauan Wakatobi. Tapi isu ini bisa membuat siapa pun menjadi ‘pelaku’ maupun ‘korban’ jika tidak menyadari bahayanya membuang sampah sembarangan dan tidak menghentikan penggunakan plastik sekali pakai.
(rei)