Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
line official dreamers
facebook dreamers
twitter dreamer
instagram dreamers
youtube dreamers
google plus dreamers
Dreamland
>
Lifestyle
>
Article
Kisah Haru Atlet Jafro, dari Rp 60 Ribu Hingga Gapai Medali Emas Asian Games 2018
29 Agustus 2018 20:00 | 1441 hits

DREAMERS.ID - Nama Jafro Megawanto sudah tak asing bagi telinga banyak orang, khususnya masyarakat Indonesia, pasalnya ia telah  menambah perolehan medali emas Indonesia di Asian Games 2018 pada cabang olahraga paralayang.

Selain itu, Jafro juga menyumbang medali emas di nomor akurasi beregu putra atau men's team accuracy. Namun semua prestasi tersebut tidak didapat dengan mudah. Seperti dilansir Kompas, Jafro yang merupakan anak petani harus membulatkan tekad untuk menekuni dunia olahraga terbang dengan parasut itu.

Berawal dari itu, muncul motivasi dalam diri Jafro untuk menjadi atlet paralayang. Jafro ingin seperti atlet yang selama ini berlatih di lapangan tersebut.

"Karena lihat senior pada jadi atlet. Bisa mengharumkan nama daerah, mengharumkan nama Indonesia. Jadi saya ikut termotivasi," katanya.

Lalu, pada saat Jafro sudah menginjak pendidikan di SMP Muhammadiyah 8 Kota Batu, Jafro mendapat tawaran untuk menjadi atlet paralayang. Adapun yang menawarinya adalah Yosi Pasha, Manajer Komunitas Paralayang Ayokitakemon. Tawaran itu tidak disia-siakan.

Jafro bergabung dalam komunitas itu, menjalani pendidikan, mulai belajar terjun, hingga akhirnya memiliki lisensi jadi atlet paralayang. Atlet kelahiran 18 Maret 1996 yang kini berusia 22 tahun itu terus menjalani latihan. Terjun dari ketinggian dengan parasut menjadi bagian tak terpisahkan dalam hari-harinya.


Image source: Kompas

Pada tahun 2011, Jafro mulai menuai prestasi dengan menjadi juara 3 yunior Batu Open Paragliding. Prestasinya sebagai atlet paralayang terus menanjak. Berbagai kejuaraan, baik nasional maupun internasional ia ikuti.

Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat tahun 2016, Jafro meraih medali emas. Puncaknya saat Jafro meraih emas di gelaran Asian Games yang saat ini masih berlangsung.

Budi Sutrisno, ayah Jafro, tidak menyangka anaknya bakal menjadi atlet paralayang berprestasi. Sebab, dirinya yang merupakan keluarga petani tidak mungkin bisa mendidik anaknya menjadi atlet, apalagi atlet paralayang.
 
Namun, ia tidak pernah melarang anaknya yang menjadi tukang lipat parasut.

"Awalnya lipat parasut, cari uang untuk jajan. Kadang dicemooh, kok main terus le, bantu bapaknya sana. Tapi namanya anak kecil masih suka bermain. Saya biarkan. Pokoknya tidak sampai terjerumus ke hal yang negatif," katanya.

Baca juga: Cerita Kocak Dira Sugandi Yang 'Dimodusin' Siwon Super Junior

Sutrisno melihat peluang dalam diri anaknya setelah mendapat tawaran untuk menjadi atlet paralayang. Perjalanan Jafro sebagai atlet paralayang tidak mudah. Apalagi ia berasal dari keluarga yang pas-pasan.

"Ada peluang harus kami kejar. Kami secara ekonomi tidak mampu, tapi ada tawaran, alhamdulillah," katanya.

Orangtuanya yang bekerja sebagai petani pun sempat meminta Jafro berhenti. Namun Jafro bergeming. Atlet kelahiran 18 Maret 1996 itu optimistis dengan bakatnya.

"Pernah saya suruh berhenti latihan karena biaya. Tapi tetap berangkat, tetap berlatih," kata Suliasih. 

Melihat tekad anak keduanya itu, Suliasih tidak lagi mengucapkan kata menyerah ke anaknya. Setiap biaya untuk ongkos Jafro latihan selalu ia usahakan. Keluhan tentang tidak adanya biaya selalu ia pendam supaya tidak mengurangi semangat anaknya.

Padahal, untuk sekadar sewa ojek untuk latihan, Jafro sedikitnya menghabiskan uang Rp 60.000 dalam sekali latihan. Hal itu jika Jafro terjun sebanyak empat kali dengan harga ojek sekali antar Rp 15.000.

Kini, Sutrisno sudah menyaksikan prestasi anaknya. Medali emas Asian Games 2018 untuk Indonesia. Sutrisno sangat bangga anaknya bisa mengharumkan nama Indonesia.

Budi Sutrisno, bapak Jafro mengungkapkan hal yang sama. Ia mengaku tidak pernah melarang kehendak anaknya untuk selalu meningkatkan prestasinya. Meskipun dengan pembiayaan yang kurang.

"Selalu saya usahakan. Meskipun utang, pokoknya bisa berangkat. Dan biaya pendaftaran ada," ungkapnya.

Budi Sutrisno dan istrinya merupakan petani. Karenanya, waktunya selalu habis di ladang. Mereka juga memelihara seekor sapi perah untuk menunjang keberlangsungan keluarga.

(mdi)

Komentar
RECENT ARTICLE
Advertise with Us
sales & marketing : sales@dreamers.id
enquiries : info@dreamers.id
Get Our Application for Free
MOST POPULAR
BACK TO DREAMLAND | TOP | View Desktop Version
CONTACT US
Dreamers.id
dreamersradio